PSK Lembata Yang Bertahan Hidup dengan Pisang Rebus

PSK yang menghuni kos-kosan di pinggiran kota Lewoleba kehilangan pendapatan.

oleh Ola Keda diperbarui 23 Mei 2020, 01:00 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2020, 01:00 WIB
Pekerja seks
Foto : Relawan Komunitas Taman Daun Kabupaten Lembata, NTT saat menyerahkan bantuan kepada pekerja seks yang terdampak covid-19 (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Pandemi virus Corona atau covid-19 yang melanda Indonesia empat bulan terakhir membuat bisnis prostitusi berantakan. Orang-orang diminta berdiam diri di rumah, mencegah munculnya kerumunan massa agar penyebaran virus dapat dikendalikan. Tak terkecuali, mereka yang terbiasa menyalurkan hasrat di ranjang berbayar.

Lantas, bagaimana nasib pekerja seks atau Wanita Tuna Susila (WTS) di Lewoleba, Kabupaten Lembata?

WTS yang menghuni kos-kosan di pinggiran kota Lewoleba, kini dihimpit kesulitan biaya hidup. Pelanggan tak lagi datang, ranjang sepi dan berimbas pada hilangnya pendapatan.

Mawar (bukan nama sebenarnya,) mengaku sepinya pelanggan menguras isi dompetnya. Disaat bersamaan, dia tetap harus mengirimkan uang untuk keluarga, membayar kos, utang, hingga mencukupi urusan perut sehari-hari.

Selama pandemi Covid-19, tempat hiburan malam tempat dia bekerja tutup. Kondisi ini jelas akan menghilangkan penghasilan hariannya sebagai WTS.

"Bahkan, untuk makan sehari-hari pun kadang kami terpaksa mengkonsumsi beberapa buah pisang mentah yang direbus hanya untuk menahan rasa lapar," ungkap Mawar sambil meneteskan air mata.

Wanita 38 kelahiran Jawa ini mengatakan, anak-anaknya yang selama ini menggantungkan hidup mereka tanpa mengetahui pekerjaannya, hanya sanggup dan pasrah memahami kondisi ini.

Saking takut akan virus corona, WTS lainnya, Melati (bukan nama sebenarnya) menyebut, mereka bahkan menolak pelanggan, pria hidung belang yang datang. Terlepas dari pekerjaan yang mereka geluti, Melati mengatakan, Covid-19 telah menghilangkan potensi penghasilan mereka untuk membiayai hidup anak-anak yang saat ini masih menempuh pendidikan.

'Biasanya semalam bisa dapat satu atau dua pelanggan. Tetapi, akhir-akhir ini tidak ada sama sekali. Ada juga yang nekat datang, hanya kami tolak," ungkapnya.

Bantuan Komunitas Taman Daun

Relawan Komunitas Taman Daun pada Senin (18/5/2020) sore menyambangi beberapa lokasi hiburan malam di Kota Lewoleba dan sekitarnya. Mereka membagikan sembako bagi para wanita tuna susila (WTS) di tempat hiburan malam ini.

Satu di antara relawan Taman Daun, John S J Batafor mengungkapkan, awalnya banyak pihak yang tidak setuju bantuan sembako ini diberikan kepada kelompok wanita ini.

Padahal, selain petani, nelayan, tukang ojek dan lain-lain, para WTS ini juga masuk dalam kelompok rentan terdampak pandemi virus corona atau Covid-19. Namun John besikukuh, para WTS ini harus mendapat bantuan sembako.

"Saya dan teman-teman sama sekali tidak melihat praktik negatif yang mereka lakukan. Namun, mereka ini manusia yang berhak mendapat perhatian dan kasih sayang. Kami tidak melihat siapa dia, karena kami hanya fokus melihat masalah kemanusiaan," tandas John.

Dengan wajah sumringah penuh senyum, sebanyak 21 wanita pekerja dunia malam di tempat ini menerima bantuan 40 kg beras dan 4 papan telur dari Relawan Komunitas Taman Daun.

"Semoga sedikit dari keihlasan kami ini dapat mengurangi penderitaan yang sedang dihadapi," ungkap Wilda, anggota Relawan Komunitas Taman Daun.

Simak video pilihan berikut

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya