Liputan6.com, Kupang - Golo Menu merupakan nema desa di Kecamatan Kota Komba bagian Utara, Kabupaten Manggarai Timur, NTT.
Desa yang terkenal dengan penghasil kopi ini memiliki 3.330 populasi penduduk dan hampir 85 persen penduduknya berprofesi sebagai petani.
Dari ketenarannya sebagai penghasil kopi terbesar untuk Kecamatan Kota Komba, desa ini juga identik dengan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang kerap dipasung.
Advertisement
Awak Liputan6.com belum lama ini mengunjungi desa tersebut, untuk mencari tahu fenomena pemasungan orang dengan ganggauan jiwa. Bertemu dengan Agustinus Amat (60) dan Sandri Jonan (36), ayah dan anak yang keduanya mengalami gangguan jiwa dan dipasung di dalam satu rumah di Kampung Waruleok.
Berdasarkan cerita dari orang terdekat, keduanya dipasung karena mengalami frustasi dan cenderung agreasif terhadap orang lain.
Menurut pengakuan keluarga, Agustinus dan Sandri kerap menggunakan senjata tajam mengejar orang-orang terdekat mereka. Tingkah ayah dan anak ini membuat warga ketakutan ke luar rumah. Hingga akhirnya semua keluarga besar, tokoh adat, dan pemerintah setempat memasung keduanya.
Baca Juga
Hal serupa juga dialami Alosius Andar (60), ODGJ itu bahkan sudah dipasung sejak 1991 di Kampung Rembong. Ia memiliki cerita yang sama seperti yang dialami Agustinus dan Sandri.
Sang kakak, Dami Jondo (65) meceritakan, sejak tamat STM Binakusuma Ruteng, Aloysius langsung merantau ke Kalimantan selama tujuh tahun. Dua bulan sepulangnya dari Kalimantan, sifat dan tingkah laku Alosius mulai berubah. ODGJ lajang ini awalnya sering kesurupan saat tidur malam. Ia juga sering memaki warga tanpa sebab.
"Setiap hari kerjanya teriak dan maki, awalnya kami mengira kesurupan biasa hingga diusahakan untuk pengobatan kampung dan medis," tuturnya kepada Liputan6.com, Senin (1/6/2020).
Di suatu pagi, Alosius mengambil parang dan berusaha mengejar siapa saja yang dijumpainya. Barang-barang yang ada di rumah dirusak. Tak mau ambil risiko, pihak keluarga bekerja sama dengan tokoh adat langsung memasungnya.
"Sejak dipasung sampai sekarang belum ada perubahan," katanya.
Kisah lain juga dialami, Frans Nangga (80) asal Kampung Rembong. ODGJ yang sudah dipasung enam bulan ini, awalnya mengalami kesurupan dan mengamuk tanpa sebab.
Menurut keluarganya, mulanya ODGJ lansia itu mengalami sakit telinga hingga pendengarannya terganggu selama dua tahun. Frustrasi karena sakitnya itu, Frans tiba-tiba mengejar dan menganiaya istri dan orang terdekatnya. Seluruh perabot rumah dirusak. Dirinya pun langsung dipasung.
Dari kampung Rembong, berjarak sekitar 800 meter dari situ, Liputan6.com juga dikejutkan dengan cerita tentang Mikael Joman (43), ODGJ yang dipasung di Kampung Watu Mundung. ODGJ bekas perantuan Surabaya ini memiliki cerita tragis dari yang lainnya. Ia dikenal agresif dan cepat marah.
Menurut cerita keluarga, Mikael dipasung sejak 2014, karena sering mengejar dan mengancam keselamatan warga.
Awalnya, Mikael mengklaim beberapa lahan kopi milik warga sebagai miliknya. Semua warga yang lahannya diklaim pun takut untuk ke kebun.
Dia selalu memegang senjata tajam dan mengejar warga yang hendak ke kebun kopi. Tak ada satu pun warga kampung yang sanggup mengalahkan kekuatan fisik Mikael kala itu.
Bekerja sama dengan Babinsa setempat, Mikael pun ditangkap. Ia lalu dipasung dan dimasukan ke sebuah kamar rumahnya.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Langkah Pemerintah Desa
Kepala Desa Golo Meni, Paulus Darman mengaku pemerintah desa akan secepatanya berkoordinasi dengan tim medis khusus untuk menangani ODGJ di desanya.
Menurutnya, banyak keluarga yang mengeluh dengan nasib ODGJ yang tidak mendapat perhatian pemerintah.
"Saya baru saja dipilih menjabat Kades di wilayah ini. Sudah ada rencana penanganan ODGJ. Bagi saya, penanganan kesehatan ODGJ merupakan hal yang penting. Ini tentang kemanusiaan," katanya.
Saat ini, pemerintah desa sudah merencanakan pembentukan tim medis khusus untuk penanganan ODGJ yang pembiayaannya dari dana desa.
"Kita akan lakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten. Kita serius menangani kesehatan ODGJ," katanya.
Advertisement