Liputan6.com, Bengkulu - Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan bergegas menuju Bandara Fatmawati Sukarno pada Selasa siang 2 Juni 2020. Setiba di Bandara, wali kota yang mengenakan rompi Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dua orang berseragam oranye, dan seorang berseragam biru muda lalu menuju helikopter yang kemudian diketahui milik Badan Search and Rescue atau Basarnas.
Ke mana mereka pergi? Ternyata helikopter yang dikendalikan oleh Pilot Letkol (Pen) Akhmad Mulyono itu menyisiri Samudra Hindia hingga ke Pulau Mego. Pulau ini tercatat sebagai salah satu pulau terluar Indonesia yang masuk wilayah Provinsi Bengkulu berdekatan dengan Pulau Enggano.
Perjalanan menyisir perairan lepas itu bukan tanpa alasan, mereka ternyata mencari 4 orang nelayan tradisional Kota Bengkulu yang hilang kontak dan belum ditemukan sejak tanggal 20 Mei 2020 lalu. Lebih dari satu jam perjalanan mencari dan menyisir lautan sambil terus meneropong, rombongan penyelamat itu belum melihat Kapal Motor Bundo Kandung yang digunakan keempat nelayan tersebut.
Advertisement
Setibanya di Bandara Fatmawati, Wali Kota Helmi Hasan mengaku sudah berputar-putar dan belum membuahkan hasil. Dia meminta para keluarga yang saat ini masih menunggu hasil pencarian untuk tetap bersabar dan terus berdoa.
"Pencarian lewat jalur udara dan laut akan tetap dilakukan, keluarga harap sabar dan berdoa," pinta Helmi Selasa (2/6).
Baca Juga
Dia menceritakan, dalam proses penyisiran yang dilakukan, mereka menemukan beberapa objek bergerak di tengah samudra. Namun sayangnya saat didekati, ternyata bukan objek atau kapal nelayan yang menjadi target pencarian.
"Kita akan terus memantau proses pencarian ini," kata Helmi Hasan.
KM Bundo Kandung yang hilang kontak itu diketahui berangkat berlayar ke tengah samudra dan lepas jangkar dari Pelabuhan Pelelangan Ikan Pulau Baai Kota Bengkulu pada tanggal 10 Mei 2020 lalu. Keempat awak kapal adalah Bahren warga Kelurahan Tanah Patah, Darmansyah dan Dimas warga Lempuing, dan Buyung warga Kelurahan Skip.
Tujuan kapal itu berdasarkan keterangan nelayan adalah Pulau Mego. Namun, sepuluh hari selepas berlayar, mereka kehilangan kontak dengan keluarga maupun kerabat di daratan atau tepatnya tanggal 20 Mei 2020. Komunikasi melalui radio panggil maupun telepon genggam juga tidak terhubung, hingga dilakukan pencarian oleh tim Basarnas.
Â
Â