Cerita Pendaki Hilang di Gunung Lawu, Gunung Guntur, dan Gunung Slamet

Jenazah pendaki ditemukan dalam kondisi telanjang dada dengan hanya mengenakan celana jins warna hitam di Gunung Lawu

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 07 Jul 2020, 00:30 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2020, 00:30 WIB
Jalur Singolangu, Gerbang Pendakian Gunung Lawu
Jalur Singolangu, Gerbang Pendakian Gunung Lawu (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Karanganyar - Pencarian seorang pendaki Gunung Lawu, Andi Sulistyawan, 18, berakhir di Gegerboyo, Senin (6/7/2020) pagi. Warga Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar ini ditemukan meninggal dunia dengan kondisi bertelanjang dada.

Pendaki Gunung Lawu yang terpisah dari rombongan itu semula dikira jatuh ke jurang. Namun, dikonfirmasi pendaki tersebut meninggal diduga karena hipotermia.

Jenazah ditemukan dalam kondisi telanjang dada dengan hanya mengenakan celana jins warna hitam di Gunung Lawu. Terakhir kali diketahui sebelum terpisah dari rombongan, Andi masih mengenakan kaos hitam dan jaket merah marun.

Anggota Sukarelawan Anak Gunung Lawu (AGL), Budi "Babi" Santoso, mengatakan Andi kemungkinan mengalami halusinasi karena hipotermia.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, beberapa hari terakhir suhu di puncak Gunung Lawu berkisar 3-4 derajat Celsius pada malam hari. Pada Sabtu pagi tadi terlihat kabut tipis menyelimuti kompleks Candi Ceto.

Koordinator Lapangan Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Karanganyar, Nardi, menyebut hawa yang dirasakan di Gunung Lawu mbediding atau sangat dingin cenderung kering. Kondisi itu terjadi setiap memasuki musim kemarau di area pegunungan.

Komandan SRU Basarnas Pos SAR Trenggalek, Andris Dwi Prasetya, Andi dilaporkan hilang dan terpisah dari rombongan saat berkemah bersama lima orang temannya di Hargo Dalem. Rombongan terdiri dari enam orang, yakni lima orang lelaki dan seorang perempuan.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Sempat Antar Rekannya Buang Air Kecil

Mereka naik dari jalur pendakian Cemoro Sewu pada Sabtu (4/7/2020) pukul 16.00 WIB. Mereka sampai Hargo Dalem pukul 22.00 WIB dan berkemah. Mereka mendirikan dua tenda, yakni satu tenda berisi empat orang dan satu tendak berisi dua orang.

Minggu (5/7/2020) dini hari, pendaki perempuan, Nur Hayati, hendak buang air kecil. Dia membangunkan rekannya tetapi hanya Andi yang bangun. Andi bersedia menemani Nur buang air kecil di semak-semak.

Tetapi saat Nur selesai, dia tidak melihat Andi. Nur mengira di sudah kembali ke tenda. Keesokan hari, Andi tidak berada di tenda. Seluruh rekan satu rombongan berupaya mencari di sekitar Hargo Dalem, Pasar Dieng, Hargo Tiling. Tetapi hingga pukul 13.00 WIB, Andi belum ditemukan.

Mereka memutuskan turun dan sampai di basecamp Cemoro Sewu dan melaporkan kejadian itu. Pada Senin (6/7/2020) pagi, sukarelawan menerima informasi penemuan jenazah di Gegerboyo. Informasi ditindaklanjuti dengan menerjunkan dua tim. Mereka berangkat dari Cemara Kandang dan Cemoro Sewu. Tim lain diberangkatkan kemudian untuk mendukung proses evakuasi.

Tim sukarelawan gabungan sudah berada di lokasi. Jenazah, menurut Andris, sudah dimasukkan ke kantong jenazah dan segera dibawa turun.

"Posisi pendaki meninggal diduga kedinginan [hipotermia] karena cuaca seperti ini. Dia tidak jatuh ke jurang. Tetapi posisinya masih bisa dijangkau. Ada di bawah jalan itu sekitar lima hingga tujuh meter. Jadi posisinya masih wajar. Ini sudah persiapan turun. Prediksi kami sampai bawah empat jam, ya sekitar pukul 23.00 WIB," ujar Andris saat ditemui wartawan di basecamp Cemara Kandang, Senin, dikutip Solopos.com.

 

Mistis di Balik Hilangnya Pendaki di Gunung Guntur Garut

gunung-guntur-130902b.jpg
Gunung Guntur, Garut

Insiden pendaki hilang juga terjadi di Jawa Barat, dan untungnya bisa ditemukan. Ada kisah menarik pada proses penemuan seorang pendaki yang sempat dilaporkan hilang di Gunung Guntur, Kabupaten Garut, Sabtu (4/7/2020).

Pendaki bernama Afrizal Putra M (16) akhirnya dapat ditemukan oleh tim SAR gabungan yang mencari di lokasi, Minggu (5/7/2020).

Entis Sutisna (61) adalah salah satu warga setempat yang ikut tergabung dalam tim pencarian dan menemukan Afrizal.

Pendaki muda itu ditemukan cukup jauh dari lokasinya berkemah, tepatnya di sebuah batu besar yang berlokasi dekat sumber mata air Citiis.

Entis mengatakan, warga sekitar kaki Gunung Guntur mendapat kabar adanya pendaki yang hilang pada Sabtu malam. Atas inisiatif pribadi, dia bersama dua orang relawan dari Gunung Cikuray melakukan pencarian pada Minggu pagi.

"Saya sudah keliling tak ketemu, akhirnya saya tawasul bersama teman-teman untuk meminta kepada Allah agar dilihatkan orang hilang itu. Setelah tawasul, saya panggil lagi namanya, ada yang teriak 'di sini.. di sini..'," katanya, Minggu (5/7/2020), dikutip Ayobandung.com.

Dia langsung memeluk anak yang sempat hilang di Gunung Guntur itu ketika bertemu. Menurutnya, keadaan anak itu banyak luka baret karena tergores duri tanaman.

 

Hilang dari Tenda

Entis mengatakan, berdasarkan keterangan Afrizal, pada malam hari pendaki yang hilang itu tidur di tenda bersama kawan-kawannya. Namun, ketika terbangun ia telah berada di luar tenda.

"Lokasi ditemukannya itu bukan jalur pendakian. Agak jauh dari jalur," kata dia.

Setelah ditemukan, pendaki itu langsung dibawa turun dan dititipkan ke warga yang memiliki kendaraan untuk diantarkan pulang ke rumahnya. Sebab, kondisi pendaki itu sangat lemah.

Dengan adanya kejadian itu, Entis kembali mengingatkan agar para pendaki untuk tetap menjaga sopan santun ketika melakukan pendakian. Dia mengimbau para pendaki untuk tidak sembarangan di gunung.

"Kalau lewat jam 9 malam, tak usah memaksakan naik. Mending nunggu pagi agar aman," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah V Garut, Dodi Arisandi mengimbau, para pendaki tak memasuki kawasan cagar alam (CA) di Gunung Guntur. Sebab, kawasan CA terlarang dimasuki tanpa izin.

Namun, tetap banyak pendaki yang nekat memasuki kawasan CA Gunung Guntur. Kejadian pendaki hilang pada Sabtu di pos 3 Gunung Guntur, menurut dia, juga sudah memasuki kawasan CA. "Kita sebenarnya memperbolehkan pendaki hanya di areal TWA sampai Curug Cikoneng. Kita tak izinkan mereka ke CA, tapi faktanya di lapangan susah dikontrol," kata dia.

Menurut dia, pendaki Gunung Guntur memasuki kawasan CA sudah menjadi hal biasa. Kendati demikian, petugas KSDA bukan berarti tak bertindak.

 

Pria Raib Misterius di Lereng Gunung Slamet

Lereng Gunung Slamet, rumah bagi ribuan jenis burung endemik Indonesia. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo).
Lereng Gunung Slamet, rumah bagi ribuan jenis burung endemik Indonesia. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo).

Belum lama, ada juga pendaki hilang di Gunung Slamet. Ini terjadi saat warga masih kerepotan menghadapi teror celeng.

Serangan celeng yang terjadi di dua desa wilayah lereng Gunung Slamet sisi selatan masih membuat warga resah. Bagaimana tidak, celeng itu berturut-turut secara agresif menyerang empat warga di dua desa wilayah Banyumas ini.

Salah satunya, Warsinah (70) akhirnya meninggal dunia akibat luka yang dideritanya, Selasa malam, 2 Juli 2019, lalu. Adapun korban lainnya, menderita luka berat dan ringan.

Kekhawatirkan warga itu lantas menjelma menjadi perburuan. Dua hari terakhir, warga Desa Windujaya dan Desa Melung, Kedungbanteng, Banyumas, memburu celeng tersebut.

Belum lagi celeng berhasil ditangkap, Rabu malam, 3 Juli 2019, warga kembali geger orang hilang di lereng Gunung Slamet. Seorang warga Kemutug Kidul, Kecamatan Baturraden, Tarsitam Tamiaryo, raib.

Desa ini terletak sebelah timur selatan Desa Windujaya dan Melung, Kedungbanteng. Tarsitam diketahui pergi dari rumahnya, RT 01/02 Desa Kemutug Kidul, Baturraden, sejak Rabu pagi (3/7/2019) sekitar pukul 08.00 WIB. Hingga sore hari ia tak kembali ke rumah.

Ternyata hingga malam tiba, pria berusia sekiar 60 tahun itu benar-benar tak kembali ke rumah. Pukul 21.00 WIB, keluarga akhirnya memutuskan untuk melapor ke Pemerintah Desa Kemutug Kidul yang lantas diteruskan ke kepolisian. Dia hilang di lereng Gunung Slamet.

"Aparat Pemdes Kemutug Kidul, Babinsa, Bhabinkamtibmas beserta warga melakukan hingga sampai pukul 04.00 WIB belum ditemukan," kata Komandan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Kabupaten Banyumas, Heriana Ady Chandra, Kamis, 4 Juli 2019.

 

Ditemukan di Jarak 51 Kilometer

Kamis pagi, relawan bersama warga, anggota TNI dan polisi kembali melakukan pencarian Tarsitam. Selain warga, bergabung pula sejumlah lembaga dan komunitas, di antaranya, Tagana Banyumas, Pramuka Peduli Kwarcab Banyumas, KSB Kecamatan Sumbang, Koramil Baturraden, Polsek Baturraden, Banser, SAR MTA, Serayu Rescue, dan sejumlah komunitas lain.

Chandra mengungkapkan, dalam pencarian orang hilang ini tim gabungan dibagi menjadi dua tim. Tim 1 menyusuri Sungai Pelus di sebelah timur sawah korban, sedangkan tim 2 menyusuri Sungai Belot di sebelah barat sawahnya.

Pencarian dengan penyusuran sungai ini dilakukan lantaran ada kemungkinan Tarsitam tenggelam, atau menyusur dua sungai ini. Hingga siang, Tarsitam seolah raib ditelan lereng Slamet.

"Tarsitam pada saat ke sawah mengenakan kaus warna putih lengan panjang, baju celana pendek dan membawa sarung," dia menjelaskan.

Tim SAR gabungan lantas melakukan pencarian di hutan-hutan lereng Gunung Slamet sekitar sawah Tarsitam. Tim lainnya, menyusuri Sungai Pelus dan Sungai Belot hingga radius empat kilometer.

Menjelang sore, ketika tim gabungan masih melakukan pencarian, keberadaan Tarsilam menemukan titik terang. Ada informasi yang menyebut Tarsilam berada di Desa Pagubugan, Kecamatan Binangun, Cilacap.

Aneh memang. Pasalnya, jarak antara Pagubugan dengan Baturraden, kisaran 51 kilometer. Setelah memastikan keberadaan Tarsilam, operasi pencarian ditutup.

Belakangan diketahui, Tarsitam memang sedang ada masalah keluarga. Sebelumnya, keluarga sudah mencari ke rumah saudara-saudaranya yang lain, tetapi tak ditemukan.

 

Pendaki Jepang Tersesat di Kampung Mistis Gunung Sibayak

Sahur di Puncak Gunung Sibayak
Para pendaki Gunung Sibayak menikmati sunrise usai makan sahur. (Liputan6.com/Reza Perdana)

Cerita pendaki hilang di gunung memang tak ada habisnya. Tak hanya terjadi di gunung-gunung di Jawa, namun juga di daerah lain seperti di Sumatera. 

Hilang di gunung bahkan menimpa pendaki dari luar negeri. Seorang pendaki dari Jepang pernah hilang di Gunung Sibayak. 

Gunung Sibayak yang berada di Desa Semangat Gunung, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut) menjadi salah satu destinasi wisata bagi para turis lokal maupun mancanegara. Gunung api yang menyuguhkan pemandangan indah ini ternyata juga menyimpan beragam misteri dan cerita mistis.

Tak sedikit para pelancong yang menantang adrenalin di atas gunung ini sering diganggu oleh penunggu gunung. Salah satu penghuni gaib yang dipercaya menjadi penghuni gunung ini adalah orang bunian. Bahkan, kabarnya ada salah satu pendaki yang tersesat dan memasuki perkampungan orang bunian di sekitar Gunung Sibayak.

Cerita mistis beberapa tahun lalu itu diceritakan oleh Era (24), warga sekitar yang membuka warung tepat di kaki Gunung Sibayak. Saat itu salah satu wisatawan asal Jepang nekat melakukan pendakian seorang diri tanpa bantuan pemandu.

Diduga karena melewati batas jalur pendakian, wisatawan tersebut akhirnya tersesat ke kawasan Gunung Sibayak yang jarang dilalui pendaki maupun warga. Karena tidak kunjung turun, warga setempat akhirnya meminta bantuan kepada tim Badan SAR Nasional (Basarnas) Sumut untuk mencari keberadaan turis Jepang tersebut.

Selama beberapa hari pencarian, turis Jepang tersebut ditemukan di hutan belakang Gunung Sibayak. Kondisinya sangat lemas dan mengalami dehidrasi parah. Tim Basarnas pun langsung mengevakuasinya dan memberikan pertolongan pertama.

Saat diinterogasi, turis Jepang tersebut mengatakan bahwa dirinya mencoba melewati jalur yang belum banyak dilalui orang. Sampai akhirnya dia masuk ke perkampungan warga, namun tidak ada satupun yang menggubrisnya.

"Turis itu bilang kalau seluruh warga di kampung itu kakinya terbalik dan bertubuh kerdil. Dia tidak tahu itu adalah perkampungan makhluk halus," ujarnya kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Di dalam perkampungan tersebut, pendaki asal Negeri Sakura itu masuk ke dalam pasar tradisional dengan beragam aktifitas jual beli. Banyak makanan yang dijajakan di sana, mulai dari kue, daging, minuman, dan lainnya.

 

Turis Jepang Bertemu Pedagang Gaib

Karena merasa kelaparan, dia berusaha mengambil makanan dan minuman yang dijajakan pedagang. Anehnya, tidak ada satupun makanan yang bisa diraihnya. Para pedagang makanan tersebut juga seakan tidak melihat keberadaannya.

Menjelang malam hari, dia melihat ada pesta rakyat di perkampungan tersebut. Banyak warga yang menikmati hiburan malam hingga membakar api unggun.

Meskipun terkesan aneh, turis itu tetap tidak menyadarinya. Dia terus berjalan sampai ke aliran sungai di dalam hutan. Di sanalah dirinya ditemukan tim Basarnas dalam keadaan pingsan karena kelaparan dan dehidrasi.

"Untung saja turis itu tidak memakan makanan orang bunian. Kata orang terdahulu, jika kita makan, kemungkinan besar kita tidak akan kembali lagi," ungkap Era soal cerita mistis yang dialami turis Jepang tersebut.

Tidak hanya sosok orang bunian yang mengerikan. Dari cerita para pendaki Gunung Sibayak, banyak juga yang melihat penampakan wanita bergaun putih. Bahkan, kerapkali para pendaki gunung, khususnya pendaki wanita sering kesurupan dan bertingkah aneh.

"Biasanya yang sering kesurupan itu pasangan kekasih. Banyak yang sering melihat penampakan itu setelah melewati lorong dan menuju tikungan," ungkapnya.

Salah satu pendaki yang pernah kesurupan sempat dievakuasi di warung Era. Sebelum mendaki, ada tiga orang pasangan kekasih yang mendaki Gunung Sibayak. Saat melewati lorong, salah satu pasangan kekasih terlibat pertengkaran mulut.

Sesampainya di pelataran kawah belerang, kekasihnya hanya diam saja tanpa sepatah katapun. Saat ingin turun di sore harinya, sang wanita duduk sendirian sembari menangis sedih. Waktu diajak pulang, wanita tersebut malah mengajak ke arah hutan di belakang gunung.

 

Cerita Harta Karun Gunung Sibayak

Pendaki hilang
Hingga memasuki hari keenam, Wolter Klaus pendaki asal Jerman yang tersasar di Gunung Sibayak, Karo, Sumatera Utara, belum ditemukan. (Liputan6.com/Reza Efendi)

"Wajahnya pucat sambil berkata 'aku mau pulang lewat sana, di sana rumah saya'. Padahal arah pulang berlawanan dengan jalan yang wanita itu tunjuk," ujar Era.

Teman-teman pendaki tersebut merasa ada keganjilan dari sikap wanita itu. Tiba-tiba, wanita itu langsung pingsan dan akhirnya dibopong oleh teman-temannya ke bawah kaki gunung.

Tak cuma itu, kisah mistis juga pernah dialami para pendaki saat mencari pendaki hilang di gunung ini. Saat berada di dekat kawah belerang Gunung Sibayak, tiba-tiba kawasan tersebut tertutup kabut tebal. Saat kabut menghilang, satu orang temannya menghilang. Saat dicari ke sana kemari, keberadaannya tetap tidak diketahui.

"Mereka lalu turun meminta pertolongan warga, orangtua korban juga diajak untuk mencari bersama-sama, namun tidak ditemukan," kata Era.

Keesokan harinya, para warga dibantu orang pintar langsung melakukan ritual melepas ayam ke kawah belerang Gunung Sibayak. Tak berapa lama, pendaki yang hilang tersebut langsung muncul di tempat ia terakhir kali berdiri.

"Dari pengakuan korban, dia tidak pergi kemana-mana. Hanya saja, saat dia memanggil teman-temannya, tidak ada yang mendengar. Bahkan dia juga memanggil orangtuanya, tapi dia seperti tidak terlihat," katanya.

 

Harta Karun Gunung Sibayak

Selain certia mistis, Gunung Sibayak juga memiliki cerita soal harta karun. Konon di gunung ini banyak harta karun dari peninggalan kerajaan di masa silam. Cerita ini pertama kali menyebar ketika salah satu warga menemukan bongkahan emas saat tengah membantu proses evakuasi kecelakaan helikopter di kawasan pegunungan.

Karena takut diambil orang, akhirnya warga tersebut menyembunyikannya di bawah batu. Namun, satu bulan kemudian warga tersebut kembali ke lokasi penemuan tersebut, bongkahan emas yang disembunyikannya sudah hilang. Padahal, kawasan tersebut sangat jarang dilalui warga maupun pendaki.

Cerita harta karun in ipun kemudian tersebar. Sampai akhirnya datang turis dari Jepang dengan membawa alat pendeteksi emas untuk mencari bongkahan harta karun di gunung tersebut.

"Sampai selesai pencarian, mereka tidak menemukan satu batang emaspun. Kita juga tidak pernah mendengar ada pendaki atau warga yang menemukan emas di atas sana," ujar Era.

Menurut cerita para sesepuh, dulunya Desa Semangat Gunung ini dihuni oleh raja yang kaya raya. Namun, napak tilasnya tidak ditemukan sama sekali dan hanya menjadi cerita dongeng di kalangan masyarakat setempat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya