Liputan6.com, Sumbawa - Akses internet masih menjadi kendala di sebagian wilayah Indonesia dalam proses belajar mengajar lewat daring. Tidak sampai disitu, untuk memenuhi kebutuhan belajar di tengah pandemi Covid-19, sebagian anak-anak mau tidak mau harus mempunyai handphone android dan kuota internet.
Persoalan serupa muncul di desa Punik, salah satu desa di dataran tinggi di Kabupaten Sumbawa, NTB. Malah di sana lebih sulit lagi lantaran jaringan internet yang tidak stabil.
Baca Juga
Melihat persoalan tersebut, komunitas RAPI Sumbawa mengambul inisiatif untuk membantu proses belajar anak-anak di desa tersebut. Anak-anak sekolah di desa tersebut diberikan pemahaman dan pengetahuan soal Handy Talky (HT).
Advertisement
Wakil Ketua RAPI Sumbawa, Rusdiyanto mengatakan, sekurangnya sudah 3 minggu pihaknya membantu dan melatih anak-anak agar bisa menggunakan HT. Menyusuri desa di ketinggian dan trek menantang justru menjadikan semangat para anggota RAPI bergelora.
"Butuh waktu satu jam dari Kota Sumbawa ke lokasi. Karena lokasi di atas gunung di dalam hutan Batukanteh. Sudah 3 minggu ini," kata Rusdiyanto kepada Liputan6.com, Minggu (26/7/2020).
Menurut dia, anak-anak dan keluarga di dataran tinggi Sumbawa sangat terbantu dengan HT. Selain tidak kena biaya kuota, HT sementara ini mampu mengatasi persoalan belajar dari jarak jauh. Terlebih bagi yang tidak memiliki handphone atau laptop.
"Karena keterbatasan jaringan. Dan juga masa pandemi yang mengharuskan anak-anak untuk belajar di rumah. Cara efektif tentu dengan media radio HT. Tidak mengeluarkan banyak biaya kuota dan jangka panjang dapat menghemat pengeluaran keluarga," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Senyum Anak-anak
Rusdiyanto melanjutkan, semua pekerjaan untuk membantu anak-anak sekolah dilakukan dengan senang hati. Hampir tidak ada kendala dalam memberikan pemahaman kepada anak-anak.
Respons anak-anak pun positif. Apalagi mereka bisa sepuasnya berkomunikasi dengan teman-teman sekolahnya meski tidak belajar tatap muka. Senyum ceria pun memancar dari wajah mereka seketika mereka bisa menggunakan HT.
"Anak-anak cepat memahami dan tidak begitu sulit sebentar aja diinfokan dan menjadi kebiasaan," ujar dia.
Selain memberikan pemahaman soal HT kepada anak-anak, pihaknya juga memberikan pemahaman kepada guru-guru sekolah setempat.
"Ya kita droping radio pancar ulang atau repiter bagi guru mereka yang berjauhan," ucap dia.
Dengan menggunakan HT, anak-anak bisa bersama-sama mengerjakan tugas sekolah meski sampai malam.
"Sampai malam bisa kontak-kontak sama anak-anak, bukan hanya saat jam sekolah," tutur dia.
Advertisement