Liputan6.com, Palembang - Kisruh di dalam manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ogan Ilir Sumatera Selatan (Sumsel), mewarnai pelayanan pasien Corona Covid-19.
Diduga tidak adanya koordinasi pasti terkait penanganan pasien Covid-19 serta timpang tindih tugas Satgas Covid-19, membuat para nakes di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Ogan Ilir tergerak untuk menyuarakan aspirasinya.
Advertisement
Baca Juga
IR (nama samaran), salah satu sopir ambulans RSUD Ogan Ilir mengatakan, pada hari Jumat (15/5/2020), dia mendapat jatah libur kerja. Namun karena ada kerjaan lain, IR datang ke RSUD Ogan Ilir.
Dia melihat adanya perdebatan panjang tentang tentang keterbatasan Alat Pelindung Diri (APD), rumah singgah hingga tidak adanya edukasi penanganan pasien Covid-19.
Perdebatan tersebut terjadi antara salah satu sopir ambulans dan manajemen RSUD Ogan Ilir, di depan keluarga pasien Covid-19 yang akan dirujuk ke Rumah Sehat Jakabaring Palembang.
Peristiwa tersebut ternyata menjadi puncak emosi para nakes, yang selama ini merasa teraniaya. Karena mereka harus menangani pasien Covid-19 tanpa ada edukasi, terbatasnya APD, tidak ada arahan ke rumah singgah hingga insentif yang tidak jelas.
“Seluruh teman-teman di IGD, rawat inap dan poli, pulang serentak pada Jumat siang. Mereka takut karena serbuan pasien yang berdatangan, sedangkan APD tidak lengkap. Kalau APD dicuci ulang, itu tidak layak, harusnya langsung dibuang,” ujarnya, saat ditulis Jumat (7/8/2020).
Adanya sebagian nakes yang memilih mogok kerja, membuat para nakes yang bertugas di malam hari juga enggan untuk datang bekerja. Mereka akhirnya membuat grup WhatsApp yang berisi sekitar 150 orang nakes dan mencurahkan segala kekesalan mereka.
Di hari Sabtu (16/5/2020), hampir tidak ada nakes baik perawat, bidan maupun sopir ambulans yang bekerja sesuai shift kerjanya. Sedangkan nakes lainnya, memang mendapat jatah libur di hari tersebut. Sehingga petugas di ruang IGD RSUD Ogan Ilir hanya bersisa dokter jaga.
Dari informasi yang didapatkannya, di hari itu para dokter yang berjaga kebingungan karena tidak adanya nakes lain yang membantunya. Pihak RSUD Ogan Ilir akhirnya menurunkan nakes dari bagian manajemen, yang sebagian tidak mengantongi Surat Tanda Registrasi (STR).
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :
Dipanggil DPRD Ogan Ilir
“Sabtu saya memang libur, waktu hari Minggu (17/5/2020) jadwal masuk kerja saya. Tapi karena sebagian teman-teman memilih mogok kerja, jadi saya tidak masuk juga. Di hari Sabtu itu, kami mendapat selebaran adanya pengumuman pembukaan lowongan kerja. Padahal belum ada penjelasan dan ruang diskusi yang diberikan ke kami,” ungkapnya.
Aksi mogok kerja sebagian nakes di RSUD Ogan Ilir, ternyata sampai ke telinga Basri, anggota Komisi IV DPRD Ogan Ilir.
Salah satu nakes memberitahu pada hari Minggu (18/5/2020) sore, bahwa Basri mengundang mereka untuk bertemu dengannya pada Senin (19/5/2020) pagi pukul 09.00 WIB.
Tiba-tiba, Minggu malam ada undangan yang tersebar ke grup WhatsApp, bahwa manajemen meminta ratusan nakes honorer untuk datang ke RSUD Ogan Ilir pada hari Senin pagi.
“Karena ada undangan dari rumah sakit jam 9 pagi, jadi kami memilih datang ke rumah sakit dulu. Tapi Senin pagi itu, tidak ada satu orang pun dari pihak manajemen yang menemui kami. Akhirnya kami memilih ke DPRD Ogan Ilir,” ucapnya.
Advertisement
Nakes Menyampaikan Aspirasi
Mereka dibuat kaget ketika melihat Direktur Utama (Dirut) RSUD Ogan Ilir Roretta Arta Guna Riama, keluar dari kantor DPRD Ogan Ilir. IN dan beberapa rekannya merasa curiga dengan keberadaan Dirut RSUD Ogan Ilir di DPRD Ogan Ilir, sedangkan mereka diminta untuk datang ke rumah sakit di waktu bersamaan.
Ratusan nakes akhirnya melanjutkan untuk bertemu dengan Komisi IV DPRD Ogan Ilir, dengan perwakilan 11 orang yang ditunjuk untuk menyampaikan aspirasi mereka. Di sana, mereka menumpahkan segala keluh kesahnya.
Komisi IV DPRD Ogan Ilir pun meminta waktu selama empat hari, untuk bernegosiasi dengan manajemen RSUD Ogan Ilir terkait aspirasi mereka. Komisi IV DPRD Ogan Ilir juga memastikan, tidak ada satu orang pun nakes yang akan dirumahkan oleh pihak manajemen selama negosiasi tersebut.
Setelah pertemuan merangkumkan kesepakatan, ratusan nakes kembali lagi ke RSUD Ogan Ilir dan menyampaikan hasil diskusi dengan Komisi IV DPRD Ogan Ilir.
“Kami menyampaikan semua keluh kesah ke pihak manajemen. Kami juga meminta selama empat hari masa negosiasi, kami menunggu di rumah saja agar tidak ada intervensi kami dalam negosiasi tersebut. Pihak manajemen menyetujui hal itu,” ungkapnya.