Carut Marut RSUD Ogan Ilir Tangani Pasien Covid-19 (1)

Pemecatan para tenaga kesehatan (nakes) di RSUD Ogan Ilir Sumsel menguak beberapa fakta mengejutkan.

oleh Nefri Inge diperbarui 07 Agu 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2020, 07:30 WIB
Fakta Status Nakes RSUD Ogan Ilir Diungkap Ombudsman Sumsel
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ogan Ilir Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Pemecatan 109 orang tenaga kesehatan (nakes) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ogan Ilir Sumatera Selatan, terjadi di tengah pandemi Corona Covid-19 di Sumsel. Yaitu tepatnya pada hari Rabu (20/5/2020) atau beberapa hari jelang Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah.

Bupati Ogan Ilir Ilyas Panji Alam langsung mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Pemberhentian dengan Tidak Hormat (PDTH) Nomor 191/KEP/RSUD/2020, ke 109 orang nakes di RSUD Ogan Ilir Sumsel.

Keputusan ini diambil Ilyas Panji Alam, setelah adanya laporan tentang aksi demonstrasi yang dilakukan ratusan nakes, mogok kerja selama lima hari dari hari Jumat (15/5/2020) hingga Selasa (19/5/2020), hingga meminta Alat Pelindung Diri (APD), rumah singgah dan insentif yang diklaim Bupati Ogan Ilir sudah disiapkan sejak awal.

Namun hal berbeda diungkapkan beberapa orang nakes yang menjadi korban pemecatan Bupati Ogan Ilir tersebut.

IR (nama samaran), salah satu sopir ambulans di RSUD Ogan Ilir, yang sudah 7 tahun bekerja di RSUD Ogan Ilir Sumsel menceritakan apa yang terjadi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) saat menangani pasien Covid-19.

Awalnya para nakes mendapatkan informasi adanya 16 orang pasien Covid-19 dari satu kecamatan di Ogan Ilir, yang akan dirujuk ke IGD RSUD Ogan Ilir pada hari Kamis (14/5/2020) malam.

Akhirnya hanya 5 orang pasien Covid-19 yang mau dirujuk ke RSUD Ogan Ilir. Rumah sakit ini memang ditunjuk Gubernur Sumsel Herman Deru, sebagai rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 di Kabupaten Ogan Ilir.

Dia mengakui jika banyak nakes di IGD RSUD Ogan Ilir, tidak diberitahu apapun tentang informasi atau pun edukasi penanganan pasien Covid-19. Penunjukan nakes sebagai Satgas Penanganan Covid-19 di RSUD Ogan Ilir juga dilakukan secara tertutup.

“Waktu pasien sampai, di-screening, cek laboratorium dan rontgen. Saat itu, ada 3 orang petugas satgas Covid-19 di ruangan IGD. Pasien tersebut seharusnya akan dirujuk kembali ke Rumah Sehat Jakabaring Palembang. Karena 3 unit ruang isolasi khusus Covid-19 sudah penuh dengan masing-masing pasien,” ujarnya, saat ditulis Kamis (6/8/2020).

 

Tunjuk Nakes Non-Satgas

Petugas Medis Tangani Pasien Virus Corona di Ruang ICU RS Wuhan
Petugas medis dari Provinsi Jiangsu bekerja di sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Direktur Utama (Dirut) RSUD Ogan Ilir Roretta Arta Guna Riama meminta IR, untuk membawa pasien tersebut ke Jakabaring Palembang. Namun tidak ada petugas Satgas Covid-19 yang mau mendampinginya.

Karena merasa tupoksinya hanya sebagai sopir, IR pun meminta petugas Satgas Covid-19 yang sedang masuk dinas, untuk menemaninya ke Palembang.

Saat dia meminta Kepala Seksi (Kasi) Keperawatan RSUD Ogan Ilir Rika untuk menunjuk petugas Satgas Covid-19 yang akan menemaninya, Rika mengatakan jika petugas Satgas Covid-19 tidak bisa berangkat. Rika pun menunjuk nakes non-satgas Covid-19, untuk menemani IR.

“Pihak manajemen menginstruksikan perawat lain di ruang penyakit dalam, yang bukan Satgas Covid-19. Tapi itu bukan tugas mereka. Untuk apa Satgas Covid-19 dibentuk, jika masih melibatkan non-satgas. Karena kita tidak pernah ditunjuk atau diberitahu apapun,” ujarnya.

Rika juga menolak menugaskan petugas Satgas Covid-19 lainnya, yang sudah tidak masuk jam kerja dan hanya berdiam diri di rumah singgah Covid-19 Ogan Ilir.

 

Pakai Hazmat Berlapis

[Fimela] Corona
ilustrasi tenaga medis yang menangani Corona | pexels.com/@polina-tankilevitch

Karena tidak adanya kejelasan, IR berniat untuk membawa 5 orang pasien Covid-19 tersebut sendirian ke Palembang. Rasa panik dan tidak ada sama sekali edukasi tentang penggunaan baju Hazmat, membuat IR memproteksi diri dengan menggunakan 5 lapis pakaian.

Lapisan pertama yaitu pakaian kerja, lapisan kedua jas hujan plastik, lapisan ketiga baju Hazmat baru dan lapisan empat dan lima baju Hazmat bekas rekan kerjanya.

“Kami di IGD hanya diberi 1 lembar baju Hazmat, jadi terpaksa dicuci pakai terus. Masker juga dijatahi 1 lembar per hari. Jadi saya pakai 3 lembar masker, yaitu masker medis dan masker bedah. Saya hanya berpikir untuk memproteksi diri, karena akan bersentuhan dengan pasien Covid-19,” katanya.

Setelah menggunakan berlapis-lapis baju Hazmat, dia pun disuruh ke sana kemari untuk mencari nakes yang bersedia menemaninya ke Palembang. Karena banyak gerak dan suplai oksigen terhambat akibat penggunaan baju Hazmat yang salah, IR jatuh pingsan di depan IGD RSUD Ogan Ilir.

Rencana untuk membawa 5 orang pasien Covid-19 pun, akhirnya batal pada Kamis malam. Para pasien ditempatkan di ruangan anak-anak untuk sementara waktu, hingga keesokan harinya akan kembali dibawa ke Palembang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya