Setia Menjaga Kitab Kuno Topah di Minangkabau

Topah merupakan peninggalan Syech Burhabuddin Ulakan. Bukti sejarah perkembangan Islam di Minangkabau.

oleh Novia Harlina diperbarui 02 Sep 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2020, 15:00 WIB
Cagar Budaya Topah di Kabupaten Agam. (Liputan6.com/ Dok Humas Agam)
Cagar Budaya Topah di Kabupaten Agam. (Liputan6.com/ Dok Humas Agam)

Liputan6.com, Agam - Ketika melintas di Jalan Raya Padang-Lubuk Basung Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mungkin tak banyak yang menyadari bahwa di sana ada sebuah bangunan yang menyimpan peninggalan sejarah perkembangan Islam di Minangkabau.

Bangunan tua itu terlihat seperti rumah penduduk biasa, berbentuk bangunan segi empat dengan dua tiang yang menjadi penyangga salah satu sisi atap yang berbentuk setengah gonjong.

Siapa sangka, di dalamnya tersimpan kitab kuno yang biasa disebut masyarakat dengan Topah. Kitab itu peninggalan Syech Burhabuddin Ulakan yang dijaga oleh Syech Muhammad Saidi dan keturunannya.

"Topah ini dulu dibawa dari Makkah oleh Syech Burhanuddin di Ulakan Kabupaten Padang Pariaman, yang dijaga oleh moyang kami Syech Muhammad Saidi," ujar penjaga bangunan tersebut Kamsinar (82).

Ia bercerita, Topah merupakan kitab peninggalan yang bertuliskan huruf arab yang berisikan sejarah Islam. Keberadaan Topah sekaligus menjadi salah satu bukti agama Islam sangat kuat dan besar peranannya dalam membangun peradaban di Minangkabau.

Namun, Kamsinar tidak begitu mengetahui sejak kapan Topah itu ada di tempat tersebut. Berdasarkan informasi dari turun temurun, Topah ada sejak Islam masuk ke tanah Minangkabau.

"Mungkin sudah berabad-abad sejak Islam masuk, sudah tiga kali nenek oleh ibu saya, dan sekarang saya dan anak-anak yang menjaganya," ungkap Kamsinar.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Dikunjungi Orang Luar Negeri

Cagar Budaya Topah di Kabupaten Agam. (Liputan6.com/ Dok Humas Agam)
Cagar Budaya Topah di Kabupaten Agam. (Liputan6.com/ Dok Humas Agam)

Topah kerap dikunjungi untuk beragam ritual agama Islam oleh umat. Bahkan, tak hanya dari daerah di Sumbar saja tapi juga dari berbagai provinsi di Indonesia termasuk dari Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.

Kamsinar menyebut tidak sembarang orang yang bisa masuk ke dalam ruangan khusus dan menyaksikan secara langsung kitab kuno ajaran Islam itu. Ada momen tertentu, sesuai ritual yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun di Topah.

"Tidak semua orang pula yang bisa membacanya, hanya ustaz-ustaz dan orang tertentu," sebutnya.

Selain kitab Topah, di dalam bangunan yang menjadi Cagar Budaya itu juga terdapat tiga kitab lain yang dikeramatkan, seperti kitab suci Al Qur’an, Kitab Thasawuf, Kitab Manti’, dan Ma’ani.

Tidak hanya untuk menimba pengetahuan tentang Islam dan perkembangannya di Minangkabau, Topah kerap kali menjadi tempat untuk bernazar atau melepas niat.

"Melepas niat itu, misal kalau ada orang yang sakit, dan berniat bila sembuh akan ke sini, maka niat itu dipenuhi dengan datang kesini," ucapnya.

Dia mengatakan, orang akan banyak pergi berkunjung ke Topah pada saat bulan puasa. Tujuan mengunjungi Topah adalah untuk berziarah.

"Biasanya setelah mengunjungi Ulakan, orang juga akan berziarah ke sini, karena di sini dan Ulakan itu setali," ia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya