Siasat Bos Travel Saat Pandemi, Berkebun Hidroponik hingga Jualan Jus Pakcoy

Pandemi Covid-19 memberikan imbas yang cukup signifikan pada sektor pariwisata khususnya biro jasa perjalanan.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 03 Okt 2020, 19:00 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2020, 19:00 WIB
Berkebun hidrponik
Theodorus Primaxylxla Jodimarlo, pengusaha muda di bidang biro jasa pariwisata beralih usaha di bidang pertanian hidrponik di kantornya kawasan Arcamanik, Kota Bandung. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Pandemi Covid-19 memberikan imbas yang cukup signifikan pada sektor pariwisata khususnya biro jasa perjalanan. Seperti yang dialami Theodorus Primaxylxla Jodimarlo (24), yang semula mengandalkan penghasilan dari usaha agen travel, kini lebih banyak mengisi waktu berkebun.

Lahan parkir kantor di kawasan Arcamanik, Kota Bandung, ia ubah menjadi petak pertanian hidroponik. Di halaman gedung perkantoran yang diberi nama Jodirexa Building itu, Jodimarlo alih usaha sebagai penjual jus pakcoy.

Dalam sehari, Jodi menanam sekitar 20-30 bibit pakcoy. Sayuran yang sudah masuk berumur 23 hari, kemudian dipanen. Setelah itu, barulah ia dibantu beberapa pengemudi membuat jus pakcoy.

"Biasanya produksi satu botol membutuhkan 2-3 batang pakcoy. Untuk produksi jusnya saat ini seminggu bisa 30-50 botol," katanya saat ditemui Liputan6.com, Jumat (2/10/2020).

Produk jus pakcoy Jodi dibanderol Rp15.000 per botol dengan ukuran 350 mililiter. Dalam satu bulan, jus yang mengandung vitamin C ini laku dibeli 100-200 botol.

"Buat saya pribadi karena masih anak muda yang baru terjun ke dunia bisnis, sampai detik ini masih terus mencari apa yang harus dikerjakan. Karena setelah bisnis terhenti, saya harus berpikir bagaimana caranya agar tetap produktif," ujarnya.

Jodi memilih sistem bercocok tanam pakcoy dengan hidroponik. Peralatan yang digunakan cukup sederhana yaitu dengan pipa PVC. Seluruh instalasi dikerjakan Jodi bersama orang tuanya, Joseph Sugeng Irianto (52) serta beberapa karyawan di kantornya.

Jodi, mengaku terjun ke dunia kebun hidroponik sejak Maret 2020 seiring lesunya bisnis biro perjalanan yang ia kelola karena pandemi. Jika pada 2019 lalu omzetnya mencapai Rp200-300 juta per bulan, kini untuk Rp10 juta pada periode yang sama sudah sangat sulit didapat.

"Dulu, mobil hampir tiap hari jalan. Tetapi waktu pandemi sudah enggak ada lagi yang jalan," katanya.

Bisnis Jodi terpuruk karena di masa PSBB, semakin sedikit orang yang memakai jasa travel. Sehingga ia terpaksa mengurangi karyawan.

Ia bercerita, seorang pengemudi sempat meminjam uang. Namun, kondisi waktu itu terasa sedang gentingnya karena sudah tidak ada pemasukan.

"Jadi waktu itu kas lagi tipis, ada satu driver yang minta kasbon Rp50 ribu. Saya enggak bisa kasih karena memang kondisi waktu itu lagi terpuruk. Saat ditelepon driver itu, saya menangis. Tapi tidak lama setelah itu saya coba kumpulkan uang lalu kasih sembako. Sekarang walau belum normal situasinya, driver itu bantu-bantu bikin jus dan kita bagi hasil," ujarnya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

Roda Ekonomi Tetap Jalan

Berkebun Hidroponik
Joseph Sugeng Irianto, salah satu pengusaha di sektor jasa pariwisata turut mengembangkan usaha di bidang pertanian hidrponik. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Joseph, ayah Jodi yang juga pengusaha di bidang jasa travel mengalami penurunan pendapatan hingga 90 persen. Selain kehilangan pendapatan, Joseph juga dengan terpaksa memangkas sejumlah karyawannya.

"Saya yang usahanya bergerak di bidang jasa pariwisata, sejak Februari ini mengalami drop. Bahkan, saya terpaksa harus merumahkan 13 orang karyawan," katanya.

Joseph bersama Jodi kemudian berinisiatif untuk berkebun. Di awal masa berkebun, keduanya mencoba menanam kangkung. Setelah panen, kangkung dibagikan gratis kepada saudara dan tetangga.

"Lalu menanam pakcoy lalu berhasil juga dan dibagikan ke saudara tetangga," ungkapnya.

Ide menjual jus pakcoy merupakan inisiatif Jodi. Selain pakcoy, bahan utama lainnya yakni nanas. Untuk menunjang rasa, ditambahkan sedikit gula.

Sebagai minuman menyehatkan, jus pakcoy juga dicampur lemon dan madu. Selain itu, jus pakcoy yang dibuat Jodi dibuat varian rasa apel dan leci.

"Kalau pasarnya memang belum terbentuk. Tapi saat ini lebih banyak dibeli oleh teman, kerabat dan warga sekitar sini," kata Joseph.

Meski secara omzet, penjualan jus pakcoy belum sebanding dengan usaha jasa travel, Joseph mengaku sangat bersyukur dengan usaha dan risiko yang ia ambil bersama putranya. Karena di masa pandemi ini penting untuk setiap orang tetap dapat memastikan roda perekonomian yang bisa menghasilkan keuntungan di masa pandemi.

"Sesudah tujuh bulan tidak ada penghasilan, kami mencoba memberikan semangat dan edukasi bahwa semua permasalahan ada akhirnya. Kalau kita sekarang tidak bisa bergerak di bidang pariwisata, cari jalan lain. Jika ada yang punya usaha jual beli atau bertanam silakan dilakukan," katanya.

Menyisipkan Kepedulian

Jus Pakcoy
Sejumlah warga mengambil jus pakcoy yang disediakan DKM masjid dekat kantor Jodi. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Bisnis jus pakcoy yang dilakukan Joseph dan Jodi tak semata untuk mengeruk keuntungan. Mereka menyisipkan kepedulian kepada warga sekitar.

Setiap Jumat, Joseph dan Jodi yang Katolik, membagikan 100 botol jus pakcoy secara cuma-cuma kepada warga yang telah menunaikan salat Jumat. Sudah empat minggu berturut-turut kegiatan membagikan jus pakcoy gratis tersebut dilakukan keduanyan

"Sebenarnya ini lebih ke kepedulian saja karena saya punya usaha lagi terpukul karena pandemi. Kebetulan jus saya lebih banyak mengandung vitamin c dan ini secara kesehatan bisa meningkatkan imun tubuh. Makanya kita sebut jus pakcoy sehat," kata Joseph.

Sebelum membagikan jus pakcoy, Joseph menyampaikan kepada pihak DKM masjid di lingkungan rumah ia tinggal. Selain itu, warga juga diperbolehkan melihat langsung proses pembuatan jus pakcoy.

"Sebetulnya yang membiayai jus ini sekarang bukan kami lagi. Warga ada yang mau bantu dengan kasih uang seikhlasnya atau ada yang kasih nanasnya. Intinya gara-gara jus ini warga jadi tergerak untuk saling membantu," ujar Joseph.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya