Liputan6.com, Gunungkidul - Tiap musim kemarau masyarakat di sejumlah wilayah di Gunungkidul selalu kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Program pemerintah dengan PAM Swakarsa, Pengangkatan Air di Bribin, hingga droping air bersih tak menyelesaikan permasalahan kekeringan di Kabupaten Gunugkidul.
Hal inilah yang melatarbelakangi sejumlah pemuda yang tergabung dalam Komunitas Resan untuk mencari solusi. Komunitas ini bergerak dalam bidang konservasi mata air yang sudah mati di beberapa wilayah dengan menanami pohon rindang yang tahan di segala musim.
Advertisement
Baca Juga
Edi Padmo, Ketua Kemunitas Resan menjelaskan bahwa dirinya awalnya hanya miris melihat dan mendengar berita tentang kekeringan di Kabupaten Gunungkidul. Edi yang tinggal di Dusun Tanjung Kalurahan Bleberan Kapanewon Playen ini berusaha mencari alternatif lain dalam mengatasi kekeringan.
Kecintaannya terhadap lingkungan dan tanaman beringin inilah yang membuat Padmo dan rekan rekannya berinisiatif untuk mencari sumber-sumber mata air yang telah mati di wilayahnya untuk ditanam pohon beringin.
“Kenapa dulu air di Gunungkidul itu ada walaupun musim kemarau, ya karena ada pohon pohon besar yang tumbuh didekat mata air untuk menahan air tak langsung masuk kedalam tanah," kata Padmo.
Padmo menjelaskan, kebanyakan mata air yang masih lestari di wilayah Gunungkidul ini terlindung tanaman besar seperti beringin. Menurutnya, beringin itu merupakan tanaman yang akarnya bisa bercabang kemana mana sehingga mampu menahan kelembaban tanah agar muncul mata air.
“Beringin itu gampang tumbuh di mana saja, dan akarnya mampu menembus batuan untuk menyerap air dari bawah tanah," jelasnya.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Membangun Kesadaran Masyarakat
Ia menyayangkan, kesadaran masyarakat akan konservasi ini masih tergolong lemah. Apalagi ketika musim kemarau tiba, warga mengambil daun beringin untuk pakan ternak karena masih tetap hijau saat musim kering.
“Lah kalo kemarau daunnya diambil untuk pakan ternak otomatis mati beringinnya, dan mati pula sumber mata airnya," kata Padmo.
Maka dari itu, Komiintas Resan mencoba menghidupkan kembali sumber-sumber mata air yang selama ini sudah mati dengan ditanami pohon beringin. Terkait metode tanam, dirinya sudah menemukan cara agar tanaman Beringin tumbuh setelah tanam.
“Tetap ditanam Mas. Tapi untuk satu minggu pertama pakai infus agar suplai air secara terus menerus tersedia untuk akar," tuturnya saat ditemui sedang menanam pohon di Dusun Mojosari.
Tak hanya itu, komunitasnya juga menggandeng pemerintah desa setempat maupun komunitas komunitas lain untuk mengawal dan memelihara wilayah yang dikonservasi agar ada gayung bersambut. Dengan harapan, dengan koncervasi ini Pemerintah Kalurahan mampu membuat Perdes tetang tanaman konservasi.
“seperti sekarang ini, kami bersama Komunitas Garangan menanam bibit beringin di 6 titik mata air," ujarnya.
Advertisement
Dukungan Kelompok Lain
Ketua Komunitas Garangan, Tri Sumakno mengatakan, dirinya tertarik dengan program yang dilakukan Komunitas Resan dengan mengkonservasi sumber mata air. Terlebih, di tempat ia tinggal yaitu di Dusun Mojosari Kalurahan Playen Kapanewon Pleyen ini dulunya asri.
“Dulu itu ada 6 titik mata air di wilayah kami, bahwa sungai kecil tak pernah mati saat musim kemarau," kata Tri.
Saat kacil, ia bersama teman-temannya sering bermain di sekitar sawah belakang rumahnya. Kala itu, masih banyak pohon pohon besar di sekitar mata air dan sungai kecil yang membuat sejuk dan nyaman ketika bermain.
“Adem mas, ikannya juga gede gede. Terus sungainya itu ndak pernah kering. Pokoke asyik mas," ungkap Tri.
Dirinya menuturkan bahwa sudah 10 tahun ini tempat bermainnya mengering. Tak hanya sungai saja yang kering, bahkan sumber air pun tak mengeluarkan air karena pohonnya sudah tua dan tumbang karena angina kencang.
“Berkat Mas Padmo, sekarang kami mulai menanami kembali pohon di sekitar mata air," kata Tri.
Sejak 3tiga bulan terakhir, ia bersama komunitasnya berhasil menanam sekitar 10 pohon yang bibitnya diambil dari Komunitas Resan. Tak hanya menanam, komunitas Garangan ini juga bergantian setiap tiga hari sekali menyiram tanaman beringin tersebut.
“Aemoga apa yang kami lakukan ini dapat mengembalikan sumber mata air yang selama ini mati bisa hidup kembali”, pungkas Tri.