Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Indriati tersenyum sumringah. Sebuah menara berukuran sedang dengan tiga kabel penyangga menjulang tinggi di atas kompleks sekolah di Desa Tani Baru, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Tatapannya selalu tertuju ke manara tersebut. Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Anggana itu masih tak percaya jika menara telekomunikasi berdiri di desanya.
Masih jelas dalam ingatannya, sebulan yang lalu, Indriati menyaksikan sendiri anak didiknya harus berjemur Bersama ikan asin demi mendapat sinyal seluler untuk mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS). Panas yang terik, hanya diselimuti selembar kain tipis, namun harus dilakukan karena tak punya pilihan lain.
Advertisement
Baca Juga
“Ini seperti mimpi,” kata Indriati, Rabu (25/11/2020).
Proses serah terima dari perusahaan pemberi bantuan menara ke pihak sekolah dilaksanakan tepat di Hari Guru Nasional. Kini, jaringan internet tak perlu susah payah lagi untuk mendapatkannya.
Padahal di desa ini, hanya ada titik-titik tertentu yang bisa menjangkau sinyal data seluler. Tak heran jika ujian daring, banyak siswa yang terpaksa berjemur.
“Ini merupakan kado terindah di hari guru bagi kami, para pengajar di sekolah terpencil dan terisolir ini,” tambah Indriati.
Menara ini, sebutnya, telah memutus derita berkepanjangan selama ini akibat sulitnya akses telekomunikasi. Untuk mengirim data saja, mereka kadang harus pergi ke daerah lain yang sinyalnya kuat.
“Semoga tidak terulang lagi kisah UTS berbaur dengan aroma ikan asin di bawah terik matahari,” kenangnya.
Desa Tani Baru merupakan daerah terpencil dan terisolir di Kawasan Delta Mahakam yang letaknya berada di muara Sungai Mahakam. Meski kaya akan sumber daya alam, desa ini tidak memilik daratan.
Akses transportasi daratnya pun tidak ada. Hanya transportasi air yang tersedia untuk bepergian.
Indriati bercerita, selain harus pergi ke daerah lain untuk mengirim data, mereka kadang harus begadang hingga dinihari hanya untuk menunggu mendapatkan sinyal seluler yang kuat. Hal itu pula yang dirasakan para siswa yang harus berjuang mencari jaringan demi belajar daring di masa pandemi ini.
“Alhamdulillah mulai bagus sinyalnya. Semoga bisa difungsikan untuk pembelajaran, penilaian, dan pengiriman data,” katanya.
Selain SMPN 4 Anggana, di desa ini juga berdiri SDN 014 dan Kejar Paket C. Ketiga lembaga pendidikan ini berdiri dalam satu kompleks.
Simak juga video pilihan berikut
Apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara
Bantuan menara telekomunikasi yang diberikan perusahaan migas tersebut sangat diapresasi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Sebab, melalui dana CSR perusahaan tersebut, sangat membantu kebutuhan masyarakat desa yang terpencil itu.
“Jadi kita menyambut baik partisipasi dari perusahaan setempat yang berada di situ, ini bisa lebih meningkatkan aksesibilitas terhadap informasi-informasi sampai ke desa pinggiran,” kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Kutai Kartanegara, Bahteramsyah.
Apalagi, sambungya, Desa Tani Baru merupakan Kawasan terluar yang sangat dekat dengan Selat Makassar. Tentu saja, dengan kehadiran akses telekomunikasi ini akan membantu proses pembelajaran jarak jauh.
“Kami mengakui jika di beberapa kawasan di Kutai Kartanegara itu masih ada yang blank spot. Tentu dengan keterlibatan perusahaan ini bisa sangat membantu masyarakat,” ujar Bahteramsyah.
Beberapa Kawasan blank spot seperti Desa Tani Baru, sangat kesulitan menjalankan pembelajaran daring. Dengan kehadiran tower teekomunikasi seluler ini, sangat membantu masyarakat untuk berkomunikasi, terutama siswa selama masa pandemi.
Advertisement