Kreatif, Desa Batuah di Kutai Kartanegara Punya 84 Kebun Cantik Hasil Karya Ibu-ibu PKK

Sebuah desa di Kutai Kartanegara mampu menggerakan 84 kelompok dasawisma yang menghasilkan kebun cantik.

oleh Abdul Jalil diperbarui 01 Des 2020, 13:35 WIB
Diterbitkan 01 Des 2020, 13:35 WIB
Dasawisma Asoka
Dasawisma Asoka, satu dari 84 dasawisma di Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara yang memiliki kebun indah.

Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Namanya Desa Batuah. Sebuah nama unik yang kadang tidak diperhatikan pengguna jalan poros Samarinda – Balikpapan.

Terletak di Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, desa ini merupakan jalur penting dua kota besar di Kalimantan Timur sejak dahulu. Meski sering terabaikan, namun sejak dulu desa ini merupakan penghasil lada.

Tapi siapa sangka, selama pandemi Covid-19, kaum ibu di desa itu malah lebih kreatif. Buktinya, 84 kebun cantik tercipta.

Berkat inovasi Pemerintah Desa Batuah dalam menggerakkan program PKK, menghasilkan karya yang luar biasa. Dari program itu terbentuklah kelompok dasawisma yang menggerakkan ibu-ibu berkreasi.

Kepala Desa Batuah Abdul Rasyid mengaku awalnya hanya mewajibkan setiap RT untuk membentuk kelompok dasawisma. Namun responnya melebihi ekspektasi.

“Jumlah 84 itu sebenarnya mengacu pada jumlah RT di sini yang mencapai 49 RT. Kita wajibkan setiap RT, namun ada RT yang bikin 2 hingga 3 kelompok dasawisma,” kata Rasyid, Selasa (1/12/2020).

Program dasawisma ini pada dasarnya merupakan program desa dalam ketahanan pangan. Sehingga, untuk kebutuhan dasar masyarakat seperti sayur mayur, bumbu, hingga tanaman obat, cukup diambil dari kebun masing-masing.

“Paling tidak ini adalah sarana bagi ibu-ibu sehingga bisa berkreasi, bisa berkarya dan pasti juga sehat karena tanaman-tanaman yang kita produksi itu kita tahu kualitasnya,”sambung Rasyid.

Setiap kelompok dasawisma memiliki kebun dengan rata-rata luas 400 meter persegi. Tanamannya pun beragam. Ibu-ibu ini juga mempercantik kebun masing-masing hingga tak tampak seperti kebun, namun lebih mirip taman rekreasi.

Uniknya lagi, pembentukan kelompok dasawisma ini diinisiasi sendiri oleh ibu-ibu setempat, termasuk pembiayaan. Seluruh pembiayaan, mulai dari penyiapan lahan, bibit, hingga pupuk, merupakan swadaya anggota kelompok.

“Semuanya swadaya. Mulai dari mereka siapkan lahan, bibit, bahkan baju seragam kaos itu swadaya mereka,” kata Rasyid.

Simak juga video pilihan berikut

Punya Produk Siap Jual

Produk Dasawisma
Inilah hasil kreasi ibu-ibu PKK di Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Satu kelompok dasawisma memiliki anggta 10 hingga 18 orang yang kesemuanya ibu rumah tangga. Ibu-ibu ini bekerjasama mengolah lahan di sekitar kediaman mereka untuk dijadikan kebun yang cantik.

Tanaman yang ditanam punya tujuan khusus sesuai kesepakatan kelompok. Misalnya saja di Dasawisma Kelengkeng yang berada di RT 11, mereka menanam Bunga Rosella.

Produk yang mereka pasarkan adalah Teh Bunga Rosella. Tanaman herbal ini dipercaya bisa menurunkan asam urat, hipertensi, diabetes militus, melangsingkan tubuh, dan lain-lain.

Di Dasawisma Adenium, produk andalan mereka adalah jahe merah instan. Jahe merah yang sudah dijadikan bubuk kemudian dicampur dengan gula merah dan dikemas dalam kotak plastik yang cantik.

Di RT 31, Dasawisma Asoka membuat produk Teh Bunga Telang. Teh dari tanaman Bunga Telang ini dikemas khusus sehingga siap seduh.

“Khasiatnya tentu saja untuk menjaga kesehatan,” kata Rusmini, Ketua Dasawisma Asoka.

Tak hanya produk herbal, hampir seluruh dasawisma memiliki produk olahan makanan. Dasawisma Elai di RT 11 membuat produk manisan dari terong. Rasanya seperti kurma.

Sedangkan di RT 9, Dasawisma Strawberry membuat mie dari singkong. Mie ini kemudian diolah menjadi panganan lezat.

Adapula olahan minuman, karena Batuah termasuk mudah menanam jahe, mayoritas dasawisma membuat minuman berbahan dasar jahe. Mulai dari wedang jahe hingga sarabba.

“Ada yang dikemas siap minum dalam botol, ada pula yang dibuat dalam bentuk bubuk,” kata Ketua PKK Desa Batuah, Evi Wardhana.

Potensi Agro Wisata

Dasawisma di Kutai Kartanegara
Dari membuat kebun, kelompok ibu rumah tangga yang tergabung dalam Dasawisma Asoka di Desa Batuah, Kabupaten Kutai Kartanegara berhasil memuat taman yang cantik.

Bermula dari menggerakkan program PKK, kini tercipta 84 dasawisma dengan kebun nan indah. Semuanya adalah kreasi ibu-ibu setempat.

Kepala Desa Batuah Abdul Rasyid menyebut, karya luar biasa dari ibu-ibu PKK ini bisa membuat Desa Batuah sebagai pusat agro wisata berbasis kelompok. Apalagi, dengan jumlah yang sangat banyak, ditambah keragaman produk tiap kelompok, menjadi nilai tambah.

“Arahnya pasti ke sana (agro wisata). Karena memang dasawisma dibentuk akan jadi spot-spot wisata instagramable yang beragam dan menyebar di banyak RT,” kata Rasyid.

Wisata edukasi, memahami pengolahan kebun kecil, hingga mengenal tanaman herbal akan jadi sajian menarik di desa ini. Apalagi, pengenalan produk tanaman herbal akan sangat membantu masyarakat untuk mencegah penularan penyakit.

“Ini yang kita tawarkan dari Desa Batuah, sebuah gerakan ibu-ibu dalam membangun lingkungan yang sehat, bersih dan enak dipandang mata,” kata Evi Wardhana.

Pusat Edukasi Kaum Ibu

Kades Batuah
Kepala Desa Batuah, Abdul Rasyid.

Jangan pernah anggap mudah menggerakkan ratusan ibu rumah tangga ini. Cobalah tanyakan itu pada Abdul Rasyid.

“Awalnya kami juga tidak seoptimis ini, tapi karena kita yang tampil di depan dan mendorong mereka, alhamdulillan itu terwujud,” katanya.

Rasyid pun mengakui, berkat bantuan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Agus Priyono, cita-cita itu terwujud. Mereka kemudian bekerjasama menggerakkan ibu-ibu itu.

“Karena kita di depan, pemerintah di depan, kolaborasi ini yang membuat ibu-ibu bisa bergerak karena didukung pemerintah. Kami berkeyakinan di situ dan kami membuktikan ini. Tanpa ada janji-janji, ibu-ibu ini mau bergerak. Karena apa, karena kami lebih dulu bergerak,” paparnya.

Dasawisma ini membuat banyak ibu rumah tangga yang sadar dan memahami potensi mereka. Pekarangan rumah, lahan kosong di sekitar lingkungan mereka, bisa dimanfaatkan untuk tanaman.

“Kita ajari mereka cara membuat pupuk, cara mengolah lahan, hingga cara memasarkan,” kata Rasyid.

Secara tidak langsung, katanya, kaum ibu di Desa Batuah bisa mendapat wawasan baru. Apalagi wawasan baru ini memiliki potensi besar untuk menghasilkan tambahan.

“Bayangkan saja kalau setiap bulan per dasawisma menghasilkan Rp1 juta, ada Rp84 juta per bulan berputar di kalangan ibu-ibu di desa kami. Itu angka terkecil, lho,” ujarnya.

Ke depan, Pemerintah Desa Batuah juga berupaya menggandeng perusahaan di Desa Batuah dan sekitarnya untuk membeli produk dasawisma ini. Soal kualitas, Rasyid menjamin produk warganya berkualitas terbaik.

“Kita juga akan coba memasarkan itu melalui BUMDes kami sehingga kolaborasi ini benar-benar terasa oleh warga,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya