Jangan Asal-Asalan Minum Obat Kolesterol, Pahami Aturannya

Individu dengan kolesterol tinggi harus menjalani tes kadar LDL, HDL serta trigliserida dulu guna melihat apakah perlu penanganan menggunakan obat atau tidak.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 19 Jan 2025, 13:01 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2025, 13:01 WIB
Ilustrasi Obat
Ilustrasi obat statin. (Foto: Unsplash/Roberto Sorin)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian orang menyamakan obat kolesterol dengan obat anti-nyeri atau obat demam yang hanya diminum Ketika gejala muncul. Spesialis penyakit jantung dan pembuluh arah dr Vito A Damay, SpJP (K), M.Kes, AIFO-K meluruskan pandangan tersebut. Menurutnya, obat kolesterol tidak boleh dikonsumsi asal-asalan.

"Ingat, obat kolesterol ini bukan obat sakit tengkuk, bukan obat sakit leher, bukan obat pegal-pegal. Ini obat kolesterol. Ini adalah obat yang membuat kita memperbaiki metabolismenya. Jadi, ini bukan jenis obat seperti obat anti-nyeri, anti-panas yang habis diminum, kolesterol turun langsung, besok enggak usah minum lag. Enggak begitu caranya," ungkap dr Vito melalui Kanal YouTube DRV Channel.

Mengonsumsi obat kolesterol harus sesuai anjuran dokter. Selain itu, pola hidup juga sangat memengaruhi.

Hal lain terkait penanganan kolesterol tinggi yang juga mendapat perhatian Vito yakni banyaknya individu yang salah kaprah bahwa setiap kasus kolesterol tinggi harus ditangani dengan obat seperti statin. Padahal, menurutnya perubahan pola hidup merupakan langkah pertama yang harus dilakukan.

"Banyak orang yang salah kaprah, mereka selalu piker bahwa dokter akan memberikan obat untuk setiap kasus kolesterol tinggi. Jawabannya enggak.Saya bukan orang yang akan memberikan obat ketika Anda kolesterol," tutur Vito.

"Anda harus ubah pola hidup dulu, dan ini memang menjadi guideline atau pedoman bahwa seseorang yang kolesterol tinggi tidak harus minum obat," imbuhnya.

Tentunya, individu dengan kolesterol tinggi tersebut harus menjalani tes kadar LDL, HDL serta trigliserida dulu. Pemeriksaan kolesterol pun bukan dari ujung jari, melainkan diambil dari pembuluh darah vena ketika individu puasa. 

 

Kapan Perlu Minum Statin?

Statin, yang sering diresepkan untuk menurunkan kadar kolesterol LDL, hanya diberikan dalam kondisi tertentu. Salah satu indikasinya adalah jika kadar LDL mencapai 180 mg/dL atau lebih dalam pemeriksaan darah saat puasa.

Jika individu yang menjalani pemeriksaan kolesterol memiliki kondisi sehat tanpa riwayat penyakit jantung, Vito mengatakan, individu tersebut memiliki dua opsi penanganan kolesterol tinggi, dengan atau tanpa obat.

"Kalau Anda memang dalam keadaan sehat, tidak ada keluhan, enggak ada riwayat penyakit jantung, enggak ada sumbatan jantung, bukan pasien yang pernah ada kateter karena ada sumbatan jantung atau pasang stent, Anda masih boleh pakai obat atau tidak pakai obat," jelas Vito.

Penelitian menunjukkan bahwa obat kolesterol seperti statin efektif dalam menurunkan kadar kolesterol LDL dan mencegah aterosklerosis — penumpukan plak di pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyempitan atau bahkan sumbatan.

“Statin juga membantu menstabilkan plak di pembuluh darah dan mengurangi inflamasi. Ini penting untuk mencegah kondisi akut seperti serangan jantung,” jelas Vito.

“Namun, dosisnya harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Ada yang hanya memerlukan dosis kecil untuk sementara waktu hingga pola hidupnya membaik.”

 

Perubahan Pola Hidup untuk Pengelolaan Kolesterol

 

Perubahan pola hidup adalah langkah utama dalam mengelola kolesterol. Hal ini meliputi:

  • Olahraga teratur: Aktivitas fisik membantu meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik) dan menurunkan trigliserida.
  • Pola makan sehat: Kurangi konsumsi makanan berminyak, gorengan, dan makanan cepat saji. Sebaliknya, perbanyak konsumsi sayuran, buah, dan sumber protein sehat.
  • Pengendalian berat badan: Menurunkan berat badan berlebih dapat memperbaiki metabolisme tubuh.

Namun, Vito juga mengakui bahwa ada kondisi tertentu di mana pola hidup saja tidak cukup. Contohnya, pasien dengan faktor genetik yang menyebabkan kadar kolesterol LDL sangat tinggi sejak usia muda.

“Saya pernah punya pasien yang vegetarian, instruktur yoga, dan sangat rajin olahraga. Meski begitu, LDL-nya tetap di atas 200 mg/dL karena faktor genetik. Dalam kasus seperti ini, obat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut,” ungkapnya.

 

Pentingnya Periksa Kadar Kolesterol

Setiap individu memiliki kondisi yang unik, sehingga pengelolaan kolesterol tinggi tidak bisa disamaratakan. Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan apakah Anda membutuhkan obat atau cukup dengan perubahan pola hidup.

“Kolesterol tinggi tetap harus menjadi perhatian. Perubahan pola hidup adalah kunci utama, tetapi dalam kondisi tertentu, statin dapat menjadi penyelamat. Jadi, jangan anggap remeh, dan selalu diskusikan dengan dokter,” tutup dr. Vito.

Terpenting, Vito mengingatkan agar individu menjalani pemeriksaan kolesterol terlebih dahulu untuk memantau kadarnya.

"Yang penting kita ingat bahwa, pencegahan lebih baik daripada pengobatan, dan check-up dulu lebih baik baik daripada harus menghadapi komplikasi," tutupnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya