Cerita Emak-Emak Hebat di Makassar Sulap Sampah Plastik Jadi Bata Ramah Lingkungan

Seorang ibu rumah tangga di Makassar membuat inovasi keren mengubah sampah plastik menjadi bata ramah lingkungan.

oleh Ahmad Yusran diperbarui 02 Des 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 02 Des 2020, 20:00 WIB
Ecobrick
Indrawati Abdi Founder Komunitas Makassar Ecobrick. (Liputan6.com/ Ahmad Yusran)

Liputan6.com, Makassar - Namanya Indrawati Abdi, founder Komunitas Makassar Ecobrick ini terdata sebagai ahli bangunan tanah di Global Ecobrick Alliance (GEA) dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Praktisi lingkungan Kota Daeng ini menyatakan, beranjak dari dunia plastik menuju keharmonisan hidup yang lebih hijau selaras dengan siklus bumi.

Pastinya, ibu rumah tangga empat orang anak ini menyebutkan semua itu butuh banyak pengetahuan dan wajib paham prinsip-prinsip inti filsafat regeneratif tata bangunan tanah dan kolaborasi mandalik.

Indrawati menjelaskan, mandala adalah seni geometris sirkular kuno yang dapat ditemui di seluruh dunia. Sementara bangunan tanah ecobrick pada dasarnya berbeda dari bangunan industrial pada umumnya.

"Sebelum jadi Trainer Ecobrick dan Ahli Bangunan Tanah dan Ecobricks, awalnya saya ikut kegiatan training of trainer. Kebetulan jejak rekam dan semangat sebagai aktivis lingkungan, masih terus memaksa saya untuk terus belajar dan berkarya meningkatkan kesadaran ekologis," kata Indrawati kepada Liputan6.com, Rabu (2/12/2020).

Salah satu cita-cita yang sudah terwujud adalah, membangun taman dari bata ramah lingkungan dari plastik yang dikepak dalam botol bekas air kemasan (Ecobrick) di teras rumahnya, di Jalan Cendrawasih III, No 28 Kompleks Patompo, Kecamatan Mariso.

"Caranya sederhana yaitu membuat cob atau adonan semen organik yang terdiri dari tanah liat, pasir dan sedikit jerami. Kemudian membangun balok ecobrick dengan teknik dan praktik terbaik dari Global Ecobrick Alliance," katanya.

Ini menjadi inovasi hebat yang mendukung kampanye #TolakPlastikSekaliPakai lantaran pesona Pantai Losari Makassar kerap dirusak oleh pemandangan sampah plastik.

Indrawati mengaku, tidak menghakimi plastik dan tidak menghakimi pengguna plastik. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 karena hal itu adalah tanggungjawab pribadi.

"Di sinilah kehebatan kita membangun kesadaran ekologi melalui penyebaran gerakan ecobrick tranformasi global ke solusi lokal. Di mana kami tidak pernah, dan tidak akan mengatakan anti atau no plastik, karena kekuatan kita mandiri berbasis pada individu dan bersifat personal," katanya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Bangun Kesadaran Ekologi dari Rumah

Ecobrick
Ecobrick atau bata ramah lingkungan menjadi salah satu inovasi untuk mengurangi sampah plastik. (Liputan6.com/ Ahmad Yusran)

Indrawati mengatakan, hal penting dalam proses peralihan dari polusi jadi solusi, khususnya limbah plastik adalah pekerjaan yang butuh waktu lama dan usaha keras.

"Konsisten, akurasi dan bahagia adalah, kata kunci membuat ecobrick.Karena salah satu tujuan gerakan ecobrick, adalah menghindarkan plastik bekas dari teknologi daur ulang dan segala jenisnya," katanya.

Sebagai trainer ecobrick, Indrawati mengaku tak jarang didapuk sebagai narasumber di komunitas-komunitas. Dan mengikutkan Trainer Ecobrick GEA termuda di dunia yaitu Andi Nisfatul Aira, yang saat ini duduk dikelas 6 SD.

Aira merupakan lulusan program Training of Trainer Ecobrick online selama lima minggu, pada saat itu Aira baru 10 tahun, lulus mengikuti semua sesi, semua tugas, praktikum, dan menyelesaikan semua bacaan, bersama beberapa trainer keren lain yang usianya jauh lebih dewasa.

Kepedulian dan kegiatan nyata eccobrick Indrawati Abdi, seorang Trainer GEA yang cukup aktif di Sulawesi dan tingkat nasional turun ke Aira yang juga putri bungsunya.

Lokasi berkegiatan-nya pun terbilang unik karena mulai dari kampus Universitas Hasanudin, UNM, di lokasi air terjun Pumbunga Maros,kaki Gunung Bawakaraeng Kabupaten Gowa, tepi Sungai Jeneberang, Hutan Bambu Alu, rumah baca nusa pustaka di Sulawesi Barat. Hingga menjadi pemateri dalam rangka Asian Medical Students Exchange Program (AMSEP) Indonesia for Taiwan  tahun 2019 di SMA Katolik Rajawali Makassar.

Manfaat, dan kegunaan ecobrick yang dibuat oleh Indrawati dan komunitasnya saat Liputan6.com bertandang ke rumahnya.

Umumnya ecobrick dijadikan bangku atau dingklik, meja, dinding dan partisi panggung yang dibongkar pasang.

"Plastik sekali pakai itu kami ambil dari laundry dekat rumah, lalu kami cuci dan keringkan. Kemudian membuat ecobrick sesuai standar GEA. Malah di rumah kami tak jarang dikunjungi oleh mahasiswa yang melakukan penelitian untuk kebutuhan studi mereka," kata Indrawati.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya