Liputan6.com, Cilacap - Akses pendidikan menjadi persoalan bagi masyarakat pedesaan. Terlebih, perguruan tinggi (PT). Akibatnya, banyak remaja yang hanya sanggup menggapai pendidikan menengah tanpa melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.
Itu bukan berarti masyarakat pedesaan di Cilacap enggan menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Persoalannya adalah jarak dan biaya variabel pendidikan yang sangat besar. Sementara, biaya pendidikan justru mengambil porsi lebih rendah.
Advertisement
Baca Juga
Biaya variabel itu antara lain untuk transportasi, indekos, hingga makan tiap hari. Bagi masyarakat pedesaan, yang sebagian besarnya adalah kalangan menengah ke bawah, biaya itu di luar jangkauan. Ini menjadi perhatian serius Yayasan El Bayan, Majenang, Cilacap.
El Bayan kemudian bertekad untuk mendekatkan pendidikan tinggi kepada masyarakat. Tak main-main, El Bayan mendirikan sekolah berbasis teknologi, yakni Sekolah Tinggi Manajemen Ilmu Komputer (STMIK) Komputama, di Cimanggu, Cilacap, yang memang berada di pedesaan. STMIK Komputama berdiri dan mulai operasional sejak 2018.
Tekad mendekatkan pendidikan ke masyarakat pedesaan juga diwujudkan dengan pendirian perguruan tinggi berbiaya murah dan berkualitas. Di STMIK Komputama, biaya kuliah lebih rendah dibanding di SMK dengan konsentrasi IT. Selain di Cimanggu, kampus STMIK juga terdapat di Gandrungmangu dan Sampang, Cilacap, yang sama-sama berada di pedesaan.
Selain itu, mahasiswa juga tak perlu mengeluarkan biaya lain, misalnya untuk indekos dan makan atau akomodasi. Pilihan pertama adalah berangkat dari rumahnya yang relatif dekat. Pilihan lainnya, mondok di pesantren sehingga biaya variabel bisa ditekan.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Respons Positif Masyarakat
Pucuk dicinta ulam pun tiba, masyarakat menyambut baik kehadiran STMIK Komputama. Ratusan mahasiswa mendaftar. Kualitas dan biaya yang terjangkau menjadi alasan masyarakat untuk mengkuliahkan anaknya di perguruan tinggi yang memiliki dua jurusan, yakni Program S1 Sistem Informasi dan Program S1 Teknik Informatika.
Program studi Sistem Informasi mengajarkan landasan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi informasi dalam suatu organisasi. Kurikulum program studi sistem informasi bersifat khas, karena dibangun di atas tiga bidang, yaitu komputer, manajemen dan bisnis.
Adapun Program Studi Teknik Informatika merupakan disiplin ilmu, yang pada dasarnya merupakan kumpulan disiplin ilmu dan teknik yang secara khusus menangani masalah transformasi atau pengolahan fakta-fakta simbolik (data) dengan memanfaatkan seoptimal mungkin teknologi komputer.
“Harapannya, masyarakat bisa mengakses pendidikan lebih dekat, lebih hemat, dan lebih sehat,” kata Ketua STMIK Majenang, Ahmad Irfangi, MM.
STMIK juga melakukan pendampingan untuk masyarakat di sekitarnya. Salah satunya yakni pengenalan IT dan pemanfaatan medsos untuk hal produktif (internet positif). Masyarakat juga disediakan rintisan startup market place, untuk produk-produk lokal.
Advertisement
Asyiknya Berkuliah di STMIK Komputama
Di luar proses kuliah reguler, mahasiswa juga didorong untuk kreatif dan tak takut berinovasi. STMIK Komputama menyediakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seperti bahasa Inggris, robotik, pencak silat, karate, pers mahasiswa, hingga tentu saja Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Nisya Syalsabila, mahasiswa jurusan Sistem Informasi betul-betul merasa ini adalah perguruan tinggi yang dicarinya. Model perkuliahan yang diterapkan luwes, dan kekinian. Ia juga bisa mengikuti kegiatan yang diminatinya.
“Saya aktif di UKM Bahasa Inggris. Ini Adalah bahasa internasional, sehingga pasti akan sangat berguna saat saya lulus kelak,” ucapnya.
Khusna Salsabila, mahasiswa Jurusan Teknik Informatika juga mengikuti UKM Bahasa Inggris. Ia juga belajar public speaking.
Melalui ilmu yang didapatnya, Khusna bisa membantu orang lain. Di antaranya, dengan mengenalkan informasi dan teknologi kepada masyarakat, dan pemanfaatan internet untuk hal produktif.
Lantaran dekat dengan rumah, kedua mahasiswa ini mengaku bisa lebih fokus belajar mengembangkan diri. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk berkuliah sangat rendah.
“Menurut saya, ini sangat membantu masyarakat di pedesaan,” ucap Khusna.