Kisah SMK Komputama Pesahangan Dekatkan Teknologi untuk Masyarakat Pegunungan Cilacap

Berdiri pada tahun 2014, SMK Pesahangan hendak mendekatkan pendidikan teknologi untuk masyarakat pedesaan di Pegunungan Cilacap, yang jauh dari akses pendidikan menengah-atas

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jan 2021, 05:00 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2021, 05:00 WIB
Siswa SMK Pesahangan, Cimanggu, Cilacap, tengah berpraktik pengelasan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Siswa SMK Pesahangan, Cimanggu, Cilacap, tengah berpraktik pengelasan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Gedung Sekolah Menengan Kejuruan (SMK) tiga lantai itu berdiri megah di Desa Pesahangan, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Berada satu kompleks dengan masjid berkubah besar membuat gedung itu tampak mencolok.

Gedung SMK Komputama Pesahangan berada di lembah, bersisian dengan bibir sungai berbatu. Dari atas perbukitan, warna gedung hijau kebiruan berpadu dengan kuning keemasan kubah masjid menyajikan kesan berwibawa nan takzim.

Sejak awal didirikan, SMK Komputama Pesahangan memang ingin mengkolaborasikan teknologi sekaligus ketakwaan. Tak hanya melahirkan lulusan cerdas, lulusan SMK diharapkan menjadi pribadi unggul berbekal iman dan taqwa.

Berdiri pada tahun 2014, SMK ini hendak mendekatkan pendidikan teknologi untuk masyarakat pedesaan. Pasalnya, sebelumnya, hanya untuk bersekolah setingkat SLTA, warga Pesahangan dan sekitarnya harus turun ke kota, dengan jarak tempuh mencapai lebih dari 15 kilometer.

Tentu saja, bagi rata-rata keluarga di pegunungan, biaya transportasi dan akomodasi anak sekolah menjadi masalah yang sukar dicari solusinya. Tak salah pula, jika akhirnya banyak anak putus sekolah.

“SMK Pesahangan didirikan di desa untuk mendekatkan akses pendidikan kepada masyarakat pedesaan, terutama yang ekonominya menengah ke bawah,” kata Kepala SMK Pesahangan, Ika Fatmawati, S.Pd.

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:

Jurusan Keahlian di SMK Pesahangan

Gedung SMK Pesahangan, Cimanggu, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Gedung SMK Pesahangan, Cimanggu, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Bagi Ika dan sebagian guru lainnya, bersekolah di pegunungan merupakan perjuangan tersendiri. Tiap pagi, ia harus mengendarai sepeda motor dari rumahnya di Cigaru, Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap. Jaraknya, kurang lebih 20 kilometer.

SMK Pesahangan menyediakan dua jurusan keahlian, yakni Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) dan Teknis dan Bisnis Sepeda Motor (TBSM). Peluang dua keahlian ini di masa depan sangat besar, menilik perkembangan dunia bisnis dan pasar kerja akhir-akhir ini.

Konsumsi kendaraan bermotor semakin meningkat. Imbasnya, kebutuhan mekanik handal terus meningkat, baik untuk pabrikan, suku cadang, maupun perbengkelan.

“Di masa depan, semua lini kehidupan akan selalu berhubungan dengan komputer dan IT. Itu yang membuat kami optimis, bahwa IT akan menjadi kebutuhan pokok masyarakat di masa mendatang,” ujarnya.

Ratusan siswa berlajar di SMK ini. Dibanding sekolah di strata yang sama, jumlah siswa SMK Komputama Pesahangan paling tinggi dan semakin banyak diminati.

 

SMK Berbasis Pesantren

Siswa SMK Pesahangan, Cimanggu, Cilacap, sekaligus santri Pondok Pesantren El Muslim tengah mengaji di Ponpes El Muslim yang terintegrasi dengan sekolah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Siswa SMK Pesahangan, Cimanggu, Cilacap, sekaligus santri Pondok Pesantren El Muslim tengah mengaji di Ponpes El Muslim yang terintegrasi dengan sekolah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Dengan bimbingan sebanyak 13 guru dan empat karyawan, siswa berkegiatan ekstra kurikuler, meliputi OSIS, pramika, PMR, silat, welding (pengelasan), PBB, bola voli, sepakbola, dan lain sebagainya.

Tak hanya sekadar mendekatkan pendidikan teknologi ke masyarakat pedesaan, SMK Pesahangan juga menyediakan beasiswa pendidikan untuk siswa berprestasi, dari kalangan tak mampu. Sekolah mereka gratis.

Bahkan, asrama pun telah disediakan lantaran sekolah ini terintegrasi dengan Pesantren El Muslim. Itu artinya, sembari bersekolah, siswa sekaligus bisa menuntut ilmu agama.

Tak hanya mengaji, siswa juga belajar pertanian. Ladang dan sawah bisa menjadi lokasi praktikum. Siswa bisa belajar budidaya durian, alpukat, jambu kristal, dan tanaman musiman.

“Pertanian itu akan selalu menjadi kebutuhan di masa depan. Itu kemudian ditopang dengan IT,” ucap Ika.

Bagi siswa lain yang mampu, mereka hanya wajib mondok selama tiga bulan. Dalam kesempatan belajar di pesantren itu, siswa akan khatam hafalan Jus Amma, bacaan salat, memperdalam tajwid, serta belajar doa dan hadist.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya