Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Tetangga Turunkan Kualitas Udara Sumbar

LAPAN memantau terdapat lebih dari 80 titik panas di Riau.

oleh Novia Harlina diperbarui 03 Mar 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2021, 12:00 WIB
FOTO: Kabut Asap Akibat Kebakaran Hutan AS Selimuti Kanada
(ilustrasi) Sejumlah gedung tampak diselimuti kabut asap tebal di Vancouver, British Columbia, Kanada, 13 September 2020. Kabut asap kebakaran hutan AS yang terus tertiup ke Vancouver menyebabkan kota tersebut masuk dalam lima kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. (Xinhua/Liang Sen)

Liputan6.com, Padang - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di provinsi sekitar Sumatera Barat, seperti Riau mengakibatkan menurunnya kualitas udara di Sumbar.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pemantau Atmosfer Global Koto Tabang, Wan Dayantolis mengatakan penurunan kualitas udara Sumbar terjadi sejak 1 Maret 2021.

"Dari tiga parameter yang dipakai, semuanya menunjukkan ada peningkatan konsentrasi menurunnya kualitas udara di provinsi ini," katanya, Selasa (2/3/2021).

Ia menyebut konsentrasi per jam, PM10 tertinggi tercatat sebesar 60 ÎĽg/m3. Pihaknya menganalisa penurunan kualitas udara ini karena masuknya partikulat dari wilayah di sekitar Sumbar yang memiliki kejadian titik panas.

Masuknya partikulat tersebut karena perubahan komponen angin dari biasanya utara-timur laut menjadi timur-tenggara.

"Hal ini karena munculnya beberapa sirkulasi angin tertutup yang disebut 'Eddy' di Barat Sumatera," ujarnya.

Dari data LAPAN, lanjutnya, terpantau titik panas di Riau dalam tiga hari terakhir sebanyak 81 titik panas, dua di antaranya dengan tingkat kepercayaan tinggi, 67 sedang, dan 12 titik panas dengan tingkat kepercayaan rendah.

Selain dari pola pergerakan massa udara yang masuk ke Sumbar, potensi menurunnya kualitas udara juga dapat disebabkan dari aktivitas pertanian, perkebunan, dan transportasi.

Pihaknya meminta masyarakat dan pemangku kepentingan agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan, maupun yang dapat menyebabkan peningkatan emisi polutan ke udara.

Sementara untuk kondisi cuaca di sejumlah daerah saat ini peluang turunnya hujan cukup besar, guyuran hujan diharapkan mampu 'mencuci' udara.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya