Liputan6.com, Bandung - Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menjenguk ratusan pasien anak kecanduan gawai di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (16/3/2021). Kecanduan gawai pada anak di Jabar kian hari kian memprihatinkan terlebih sekarang waktu anak dengan gawai makin lama karena sekolah masih memberlakukan pembelajaran daring.
Baca Juga
Advertisement
Data per Januari 2021, sudah ada delapan pasien yang dirawat di RSJ Cisarua. Sementara, pasien yang berobat jalan tercatat sekitar 200 anak.
Pemprov Jabar memandang ini masalah serius dan perlu dicegah sejak dini. Wagub Uu pun meminta orangtua membatasi interaksi anak-anaknya dengan gawai. Kecuali untuk pembelajaran daring, penggunaan gawai oleh anak perlu diawasi ketat.
"Penting diketahui orang tua bahwa penggunaan gawai lebih dari enam jam per hari berbahaya bagi mental dan psikis anak," kata Uu.
Bukan hanya durasi, konten yang dibuka anak pun perlu diawasi agar tidak terpapar hal-hal negatif.
"Orangtua untuk selalu mengawasi dan menemani anak-anak ketika menggunakan gawai pada setiap situasi dan kondisi," kata Uu.
Menurut Uu, ada beberapa faktor yang menyebabkan anak kecanduan gawai terutama fitur gim online dan platform media sosial.
"Dia awalnya punya gangguan dengan stres, banyak mengurung diri, tidak punya teman kemudian dia pegang handphone, maka terjadilah adiksi," ungkap Uu.
Wagub melanjutkan, atau bisa saja anak awalnya tidak punya gangguan stres tapi karena tidak ada kegiatan bersama orangtua dan teman, maka mencuri-curi kesibukan dengan bermain gawai orangtua maupun miliknya sendiri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Orangtua Luangkan Waktu untuk Berinteraksi
Untuk itu, kata Uu, penting bagi orangtua selalu memiliki kegiatan rutin interaktif yang sifatnya harian atau mingguan bersama anak. Jika dilakukan konsisten, anak akan merasa diperhatikan orangtua dan aktivitas bermain gawai menjadi tidak menyenangkan.
"Jangan biarkan anak murung sendiri di rumah atau di kamar. Anak harus diusahakan ceria, bergaul dengan orang tua dan teman. Tapi temannya dipilih dan dipilah juga," ujar Uu.
Sebagai bangsa beragama, pendidikan agama sangat penting diterapkan orangtua, agar anak memiliki keseimbangan dan tujuan hidup. "Kalau tidak ada pendidikan ukhrowi kami khawatirkan tidak seimbang, akhirnya terjadi hal semacam ini,” kata Kang Uu.
Untuk meminimalisasi kecanduan gawai pada anak, salah satu cara yang dilakukan Pemprov Jabar adalah dengan membuat program Setangkai (Sekolah Aman Menggunakan Gawai). Dengan konsep dan pola untuk penerapan dan literasi pada guru, orangtua, dan anak akan aman dan bijak dalam penggunaan gawai.
"Kami segera sosialisasikan pada masyarakat. Termasuk di awal di hari Selasa, kami akan mengundang minimal zoom meeting sekitar 1.000 orang yang mengurus anak-anak," kata Uu.
Program Setangkai digagas awal 2020 sebelum pandemi Covid-19. Namun, setelah pandemi Setangkai berubah arti menjadi Sekolah Aman Menggunakan Gawai. Ini adalah satu program unggulan di tahun 2021-2022.
"Jadi program ini sedang dikonsepkan bagaimana supaya memberikan literasi pada guru, orang tua dan anak. Mudah-mudahan akhir bulan ini," ujar Uu.
Advertisement