Kasus Remaja Bunuh Bocah, Komnas PA Minta Orangtua Awasi Kecanduan Gawai

Menurut informasi dihimpun Arist, remaja pembunuh bocah ini dikenal sebagai anak baik di lingkungan sekitarnya. Remaja ini dinilai tidak sering keluyuran di luar rumah.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 10 Mar 2020, 11:11 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2020, 11:11 WIB
Dilarang Melintas Garis Polisi
Ilustrasi Foto Garis Polisi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, meminta kepada orangtua untuk mengawasi kecenderungan anak yang kecanduan gawai. Dia meyakini ada pengaruh gawai berlebih terhadap insiden gadis remaja membunun bocah 6 tahun di Jakarta Pusat.

"Ini dampak dari kecanduan gawai, kan dia melakukan tindak pidana ini asalnya dari gawai, karena dia ingin meniru," pandang Arist saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (10/3/2020).

Menurut informasi dihimpunnya, remaja pembunuh bocah ini dikenal sebagai anak baik di lingkungan sekitarnya. Remaja ini dinilai tidak sering keluyuran di luar rumah.

"Remaja ini oleh tetangga dan masyarakat masuk kategori penilaian anak yang dianggap baik, tidak pernah keluar rumah. Jadi anak yang di rumahan saja itu dianggap baik, padahal sebenarnya kesehatan mentalnya dimungkinkan terganggu karena gawai," ucap Arist.

Arist melanjutkan, umumnya remaja kekinian yang memiliki kecenderungan antisosial lebih memilih gawai untuk mencari dunianya sendiri. Karenanya, orangtua sebagai pengasuh utama harus perhatikan betul penyebab mereka antisosial dan apa yang membuatnya asik dalam dunia gawainya.

"Harus diperhatikan, jangan dikira anak yang tak ingin gaul di luar rumah dan hanya ingin di rumah saja itu baik. Bisa jadi itu kecanduan gawai dan malah melepas interaksi sosial, itu yang harus diperhatikan," Arist menandaskan.

Sementara itu, Tim Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, masih mengobservasi kejiwaan remaja yang membunuh bocah 6 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat, NF (15). Kepada polisi, tersangka mengaku puas setelah membunuh tetangganya tersebut.

"Pasien baru masuk. Masih diobservasi," kata Kepala Bidang Pelayanan Kedokteran Polisi RS Polri Kramat Jati, Kombes Agung Widjajanto melalui sambungan telepon, di Jakarta, Senin (9/3/2020) seperti dilansir Antara.

Menurut dia, remaja yang bunuh bocah 6 tahun itu dikirim dari lembaga pemasyarakatan (lapas) anak di Cinere, Depok, menuju RS Polri pada Minggu 8 Maret 2020 sore.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Fans Chucky hingga The Slender Man

Polisi menunjukkan gambar NF (15), remaja yang bunuh bocah di Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Yopi Makdori)
Polisi menunjukkan gambar NF (15), remaja yang bunuh bocah di Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Yopi Makdori)

Polisi mengungkap, NF (15),  remaja yang bunuh bocah 6 tahun di Jakarta Pusat melakukan aksinya karena terinspirasi film horor yang kerap ditonton.

Kabid Humas Polda Metro Jakarta, Kombes Yusri Yunus mengatakan, ada beberapa film horor yang menjadi kesukaannya. Salah satunya adalah Chucky.

"Suka nonton Chucky," kata Yusri di Mapolres Jakarta Pusat, Sabtu (7/3/2020).

Chucky merupakan karakter fiksi dan antagonis utama dari franchise film slasher Child's Play. Chucky digambarkan sebagai pembunuh berantai terkenal yang arwahnya menghuni boneka orang baik dan terus-menerus mencoba memindahkan jiwanya dari boneka itu ke tubuh manusia.

Selain Chucky, remaja yang bunuh bocah itu begitu menggemari film The Slender Man. Slender Man sendiri merupakan karakter fiksi yang digambarkan seperti pria tipis tinggi dengan tanpa wajah, mempunyai tentakel dan mengenakan baju hitam dengan dasi merah.

Slender Man umumnya dikatakan suka menculik atau melukai orang, terutama anak-anak.

"Dia menyukai Slender Man sampai dibuatkan gambarnya," kata Yusri.

Yusri pun menunjuk gambar Slender Man buah karya sang pelaku. Gambar yang digores di atas kertas putih itu menunjukkan Slender Man dengan corak hitam putih beserta tentakelnya.

Yusri pun menunjukkan secarik kertas yang berisikan tulisan "Mau Siksa Baby? Dengan senang hati (atau) Gak Tega". Tulisan tersebut didesain seperti sebuah kuesioner yang entah diajukan kepada siapa.

"Dia nulis kayak tes psikologi, 'Mau Bunuh Baby? Dengan Senang Hati; Gak Tega,'," jelas Yusri soal remaja yang bunuh bocah di Jakpus itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya