Rayuan dan Jeratan Para Muncikari di Palembang (2)

Rumah susun (rusun) di Kelurahan 26 Ilir Palembang Sumsel menjadi salah satu kawasan berkembangnya bisnis prostitusi.

oleh Nefri Inge diperbarui 07 Apr 2021, 11:41 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2021, 08:00 WIB
Rayuan dan Jeratan Para Muncikari di Palembang (2)
Seorang ibu sedang duduk bersantai di salah satu blok rumah susun (rusun) di Kelurahan 26 Ilir Palembang Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Dalam sekali melayani pelanggan, anak asuh Mami AT mendapatkan bayaran sebesar Rp500.000 untuk pelayanan singkat dan Rp2,5 juta untuk pelayanan semalaman. Pelayanan tersebut bisa dilakukan 2-3 kali dalam sehari.

Namun, kerendahan hati Mami AT itu ternyata hanya modusnya saja untuk membuat anak asuhnya nyaman. Pada transaksi ke 3-4 kali, Mami AT barulah meminta bagian dari pelayanan seksual tersebut.

“Saya hanya meminta mereka menyetor Rp200.000 untuk pelayanan cepat, dan Rp500.000 jika mereka menginap semalaman. Jika pelanggan ingin mengajak anak asuh saya ke luar seperti ke hotel, pelanggan harus bayar uang muka dulu sebesar Rp150.000. Lalu PSK yang dipilih, akan diantar oleh anak buah saya ke hotel,” ucapnya di Palembang.

Selain jeratan utang yang dibebankan ke korban perdagangan perempuan tersebut, Mami AT juga menyewakan satu unit kamar di satu rumah.

Para anak asuhnya harus membayar sebesar Rp500.000 setiap bulannya. Dengan cara itulah, Mami AT dengan mudah mengontrol para anak asuhnya di Rusun 26 Ilir Palembang.

Karena sudah menggeluti bisnis prostitusi puluhan tahun, Mami AT pun bisa membeli beberapa unit rumah di blok-blok besar di Rusun 26 Ilir Palembang, yang dikelolanya untuk mengembangkan bisnis prostitusinya.

Selain menyediakan PSK, Mami AT juga menyewakan satu petak kamar bagi para pelanggannya yang ingin berhubungan seksual dengan anak asuhnya di rusun. Untuk sekali sewa kamar, pelanggan hanya membayar Rp50.000 untuk pelayanan singkat.

Jika anak asuh mami sudah berusia 30 tahunan, mereka akan mengundurkan diri sebagai PSK di tempat hiburan. Anak asuh Mami AT lebih suka berpraktik di Rusun 26 Ilir Palembang Sumsel. Harga sekali melayani pelanggannya juga, tak semahal di tempat hiburan.

“Kalau PSK di rusun, biayanya Rp250.000 hingga Rp300.000 untuk pelayanan singkat 1-2 jam. Itu di luar biaya sewa kamar Rp50.000. Atau pelanggan bisa juga mencari perempuan lain di luar, tapi hanya mau sewa kamar saja di tempat mami,” katanya.

Mami AT sempat diciduk aparat kepolisian sekitar 3-4 tahun lalu terkait bisnis prostitusi di Rusun 26 Ilir Palembang. Namun saat itu, dia membantah sebagai mucikari dan mengaku hanya sebagai PSK. Dengan berbagai cara, akhirnya Mami AT lepas dari jeratan hukum.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

Penghasilan Sang Muncikari

Rayuan dan Jeratan Para Muncikari di Palembang (2)
Gang jalan di salah satu blok rumah susun (rusun) di Kelurahan 26 Ilir Palembang Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Salah satu alasannya masih betah menjalani bisnis prostitusi di rusun, karena lokasi yang strategis di Kota Palembang. Sehingga memudahkan para pelanggannya menjangkau lokasinya.

Kini, Mami AT hanya mempunyai 12 orang anak asuh. Karena PSK asuhannya terdahulu, sudah berusia dan menarik diri dari bisnis prostitusi di rusun. Ada juga yang masih menjual diri, namun tidak di bawah asuhan Mami AT, setelah utang-utang PSK tersebut lunas.

Seiring kemajuan teknologi, bisnis prostitusi Mami AT berdampak cukup besar. Dulunya, Mami AT bisa meraup keuntungan puluhan juta dalam sebulan, namun kini pendapatannya menurun. Para anak asuhnya memilih mencari pelanggans endiri sendiri melalui aplikasi pesan instan.

“Di sini banyak muncikari, kami saling kenal tapi tak saling ganggu. Saya juga sering menjajakan diri dengan harga murah, antara Rp100.000 – Rp150.000 sekali main, jika uang sedang menipis,” ungkapnya.

Mami AT juga mempunyai lapak bisnis prostitusi di Kampung Baru, salah satu eks lokalisasi di Jalan Teratai Kilometer 7 Palembang. Namun di sana diakuinya, perdagangan perempuan bersaing ketat sehingga anak-anak asuhnya lebih banyak berpraktik di perkotaan Palembang.

 

Muncikari Kelas Atas

Rayuan dan Jeratan Para Muncikari di Palembang (2)
Jalan di antara blok-blok rumah susun (rusun) 26 Ilir Palembang, sering diisi para warga dengan lapak berbagai dagangan (Liputan6.com / Nefri Inge)

Di kelas menengah ke atas, bisnis prostitusi di Rusun 26 Ilir Palembang digeluti oleh RA, mucikari yang sering dipanggil Mami RA. Wanita paruh baya yang merupakan imigran internal asal Jabar tersebut, sudah lama datang dan menetap di Kota Palembang.

Kendati enggan mengaku turut menjual diri, namun Mami RA menceritakan bagaimana dia merekrut para anak asuhnya. Sekitar tahun 2000-an, dia mulai menjajal usaha prostitusi dengan memasok para gadis asal Jabar, ke salah satu penginapan di Kota Palembang.

Bahkan di tahun 2004-2005 merupakan puncak kesuksesannya, karena begitu banyak uang yang masuk ke kantongnya dari para anak asuhnya. Namun penginapan tersebut akhirnya ditutup karena suatu hal.

Perekrutan para anak asuhnya dilakukan Mami RA secara langsung. Saat ramadhan atau lebaran, dia sengaja pulang ke Jabar untuk mencari calon korban untuk dijadikan PSK. Ada yang direkrutnya dari Sukabumi, Bogor, Cimahi, Tasikmalaya dan daerah lainnya di Jabar.

Dia pun selektif memilih para gadis yang akan diasuhnya, seperti usia yang belia, berpenampilan menarik dan pintar merias diri. Sebelum merekrut anak asuhnya, Mami RA juga menceritakan pekerjaannya secara singkat, dengan gemilang harta yang menggiurkan.

 

Baca Berita SelanjutnyaRayuan dan Jeratan Muncikari di Palembang (3/END)

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya