Riset PEI Ungkap 3 Faktor Menurunnya Populasi Lebah di Indonesia

Dalam riset Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) tahun 2020, fenomena penurunan populasi lebah di Indonesia dialami oleh 57 persen responden

oleh Nefri Inge diperbarui 07 Apr 2021, 09:30 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2021, 09:30 WIB
Perempuan Kenya Beternak Lebah
Produk dari beternak lebah seperti madu dan royal jelly dihasilkan

Liputan6.com, Palembang - Serangga jenis lebah memiliki peranan penting dalam ketahanan pangan dan kesehatan manusia. Salah satu peranan lebah, yaitu sebagai penyerbuk mempunyai nilai penting yang berdampak langsung pada produksi pangan.

Namun populasi lebah mengalami penurunan secara global diakibatkan dari banyaknya faktor. Bahkan informasi terbaru di Eropa dan Amerika, dikejutkan oleh adanya fenomena penurunan populasi lebah secara besar-besaran, baik lebah yang diternakkan maupun lebah alami di alam.

Dalam riset Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) tahun 2020, fenomena penurunan populasi lebah di Indonesia dialami oleh 57 persen responden. Para responden sendiri, berasal dari 272 orang peternak lebah, dari Pulau Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa dan Maluku.

Berbagai faktor penurunan populasi lebah, seperti dampak dari perubahan iklim, ketersediaan pakan dan pestisida yang digunakan di bentang alam.

Kepala Pusat CTSS, Guru Besar Departemen Proteksi Tanaman, Universitas IPB Prof Damayanti Buchori mengatakan, fenomena penurunan populasi lebah secara global merupakan sebuah fakta. Bahkan di Indonesia belum ada penelitian mengenai fenomena ini, apakah juga terjadi atau tidak.

“Padahal mendeteksi kondisi populasi lebah sangatlah penting, agar kita dapat melakukan tindakan-tindakan penyelamatan, jika memang terjadi,” ucapnya, dalam webinar Workshop World Bee Day, ‘Lebah, Ketahanan Pangan dan Kesehatan : Peluang dan Tantangan’, Selasa (6/4/2021).

Studi yang pertama kali dilakukan tersebut, menunjukkan bahwa penurunan populasi lebah dirasakan oleh sebagian besar peternak.

Dari hasil riset terungkap, jumlah peternak lebah terus meningkat, di mana sebagian besar dari mereka baru memelihara lebah dalam kurun 3-5 tahun terakhir.

Ketua Umum PEI Polinator Prof Dadang mengungkapkan, ada tiga faktor utama penyebab kematian lebah di nusantara, yaitu 31 persen faktor iklim, 23 persen faktor sumber makanan dan pestisida 21 persen.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

Riset Serangga Lebah

Riset PEI Ungkap 3 Faktor Menurunnya Populasi Lebah di Indonesia
webinar Workshop World Bee Day, ‘Lebah, Ketahanan Pangan dan Kesehatan : Peluang dan Tantangan’ (Dok. Humas PEI / Nefri Inge)

Berbagai masalah lain juga dapat memengaruhi kuantitas dan kualitas hasil madu seperti cuaca, sumber pakan, jenis lebah, dan perlakuan saat panen dan pasca panen.

“Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi informasi dalam pelaksanaan program Pollinator Operation, yang diluncurkan oleh Syngenta Global, dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan penurunan populasi pollinator,” ungkapnya.

Menurutnya, penelitian PEI Polinator juga merupakan upaya untuk mempromosikan praktik-praktik pertanian lebih berkelanjutan, yang dapat meningkatkan hasil panen sekaligus dapat memulihkan keseimbangan ekosistem.

Mentikberatkan pada proses kolaborasi dan kerjasama multipihak dari berbagai level, yang dilakukan dalam penelitian tersebut. Yang mana memberikan kesimpulan bahwa permasalahan lebah, serta upaya mencari solusi perlu dilakukan secara bersama-sama.

Hal ini juga yang mendasari lahirnya forum Indonesian Pollinator Initiative (IPI), sebagai forum inisiatif pertama di Indonesia yang diharapkan dapat membuka dialog seputar permasalahan lebah dan pollinator.

Manfaat Madu Lebah

Riset PEI Ungkap 3 Faktor Menurunnya Populasi Lebah di Indonesia
Salah satu jenis lebah di Indonesia (Dok. Humas PEI / Nefri Inge)

“Lokakarya ini menjadi tonggak dimulainya forum IPI secara resmi, dan menjadi kesempatan besar untuk menyampaikan hasil survei PEI kepada para akademisi, pembuat kebijakan, praktisi, pejabat pemerintah, petani, dan masyarakat sipil,” katanya.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Antarjo Dikin mengatakan, kelebihan serangga lebah hidupnya selalu bersih, tidak mau merusak alam bahkan memberikan pertolongan terhadap makhluk lain.

Madu yang dihasilkan lebah juga bisa digunakan obat kesehatan manusia, sebagai pemulia atau breeder, menyelamatkan manusia untuk memperoleh varietas atau clon tanaman perkebunan secara tidak langsung.

“Sarang lebah diekstrak (propolis) juga sebagai bahan kosmetik, obat ketahanan tubuh manusia dari infeksi bakteri virus, bakteri dan jamur hingga mampu mengendalikan tekanan darah (hipertensi) serta menekan pertumbuhan kanker. Laporan menarik bahwa propolis sudah digunakan sejak sebelum abad 300,” ungkapnya.

Hasil penelitian menunjukkan keanekaragaman populasi lebah yang popular diternakkan di Indonesia, yaitu 22 spesies lebah. Yang terdiri dari empat spesies lebah madu, seperti Apis cerana dan Apis mellifera dan 18 spesies lebah tak bersengat.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya