Lika-liku Kembali Bangkitnya Bank Banten di Tanah Jawara

Bank Banten memiliki sejarah panjang, bahkan sebelum Banten menjadi provinsi.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 20 Mei 2021, 16:00 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2021, 16:00 WIB
Jajaran Direksi Bank Banten Menggunakan Seragam Tentara Perjuangan Indonesia Di Gedung Joang '45. (Rabu, 19/05/2021). (Liputan6.com/Yandhi Deslatama).
Jajaran Direksi Bank Banten Menggunakan Seragam Tentara Perjuangan Indonesia Di Gedung Joang '45. (Rabu, 19/05/2021). (Liputan6.com/Yandhi Deslatama).

Liputan6.com, Pandeglang Bank Banten memiliki sejarah panjang, bahkan sebelum Banten menjadi provinsi. Dalam proses berdirinya kembali, bank ini sempat diwarnai kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK pada 1 Desember 2015 di Restoran Istana Nelayan, Serpong, Tangerang.

Meski demikian, Bank Banten tetap diluncurkan oleh Gubernur Banten saat itu, Rano Karno, pada 4 Oktober 2016, di kawasan Kesultanan Banten, Kota Serang. Lika-liku perjalanan telah dilalui oleh BPD Banten. Kini, bank ini telah dinyatakan bank sehat oleh OJK dan memiliki 'budaya' kerja baru yang disingkat Trust.

Peluncurannya dilakukan di bekas bangunan Bank Banten pertama kali berdiri tahun 1950, yang kini menjadi Gedung Joang '45 di Jalan Bank Banten, Kabupaten Pandeglang, Banten.

"Kami memilih tempat di sini, karena ini adalah tempat pertama kali dicetuskannya Bank Banten dan di sini ada nama Jalan Bank Banten. Harapannya, spirit founding father, bisa betul kita rasakan. Kami memakai seragam (tentara kemerdekaan Indonesia) seperti ini, membayangkan mereka berjuang untuk bangsa dam kebangkitan ekonomi Banten," kata Denny Sorimulia, Direktur Operasional Bank Banten, di Gedung Joang '45, Kabupaten Pandeglang, Banten, Rabu (19/05/2021).

Trust kepanjangan dari Think different, Reliable, Universe, Sustainable, dan Track. Think different yang berarti memiliki pemikiran dinamis dan adaptif. Kemudian Universe, berarti membangun sinergi positif dengan sesama dan lingkungan, sebagai bentuk syukur atas rahmat Tuhan.

Selanjutnya Sustainable, artinya memberikan manfaat kepada perusahaan, masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan. Selanjutnya Track, menyelesaikan setiap pekerjaan secara tuntas, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan.

"Dalam rangka transformasi Bank Banten, kami melihat modal insani, menjadi sangat penting. Human capital investmen harus memiliki budaya yang kuat. Budaya trust ini lah yang harus ditanamkan. Bagaimana membangun budaya kepercayaan stake holder untuk mencapai yang terbaiknya," kata Agus Sabarudin, Dirut Bank Banten, di tempat yang sama, Rabu (19/5/2021).

Simak video pilihan berikut ini:

Sejarah Bank Banten

Bank Banten
Bank Banten

Dalam sejarahnya, pada tahun 1950-an, sebuah bangunan bergaya Art Deco berdiri di sebuah sisi Pandeglang, Banten, dengan tulisan gagah terpampang di depannya: Bank Banten.

Bank tersebut menjadi ikon Ibu Kota Daerah Swatantra Tingkat II Kabupaten Pandeglang, sekaligus menjadi salah satu penggerak roda perekonomian di wilayah Karesidenan Banten.

Pendirian bank ini tak lepas dari kiprah para veteran pejuang kemerdekaan Indonesia. Awalnya, dari terbitnya Keputusan Menteri Pertahanan RI nomor 193 tahun 1950 tertanggal 9 Mei 1950, tentang prosedur pengembalian tenaga darurat TNI ke masyarakat, semasa clach atau agresi militer Belanda kedua.

Keputusan itu berisi; (1) bagi yang ingin masuk TNI, diberikan kesempatan melalui keuring (tes/ujian), (2) bagi yang tidak ingin masuk TNI, dan/atau yang tidak lulus keuring, akan dikembalikan ke masyarakat disertai perlakukan/pemberian berupa Surat Keputusan demobilisasi, surat tanda penghargaan, demobilisasi paket pakaian, dan demobilisasi bonus untuk satu kali pemberian (eenmalig).

Mayor Raden Sjachra Sastrakusumah, petinggi militer yang pernah menjadi komandan Sektor XV Pandeglang menggagas mendirikan sebuah instelling koperasi dan perbankan milik para veteran.

Dari upaya tersebut, terkumpul sekitar 5 ribu pejuang kemerdekaan. Namun, di periode pertama hanya 3.733 pejuang yang mendapatkan tunjangan Rp187,30 per orangnya.

Dengan dana itu para veteran sepakat menggunakan dananya sebagai modal usaha. Perinciannya Rp 100 dari dana yang ada selanjutnya dijadikan modal saham untuk pendirian Bank Banten, lalu Rp50 disalurkan kepada Koperasi Desa dan Rp 20 disampaikan ke Pusat Koperasi bernama Laksana di Pandeglang. 

Selanjutnya dana Rp1 disumbangkan ke Yayasan Beasiswa Pandeglang, biaya administrasi sebesar Rp 2,30 sedangkan sisanya sebesar Rp 14 merupakan bagian pegangan milik para demobilisant.

Hingga akhirnya pada 27 September 1954, Raden Sjachra Sastrakusumah, bersama 8 rekan sejawatnya mendirikan lembaga perbankan berbasis koperasi bernama Maskapai Andil Indonesia (MAI) Bank Banten, yang berpusat di Daerah Swatantra Tingkat II Pandeglang.

Perkembangan MAI Bank Banten, mencapai puncaknya pada 1957. Puncaknya ketika berhasil mendirikan gedung megah di jantung Kabupaten Pandeglang yang peresmiannya digelar meriah pada Senin, 9 September 1957. Bahkan akhirnya mampu membuka cabang di Jakarta dan Bandung.

Pembukaan selubung prasasti dilakukan Bapak Koperasi Indonesia, Dr. Muhammad Hatta, didampingi Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Mayor AH Nasution, Gubernur Bank Indonesia Mr. Sjafruddin Prawiranegara. Ini menandai semangat juang para veteran dalam mengembangkan kekuatan ekonomi di Indonesia.

Namun sayang, selang 10 tahun, bank kebanggaan masyarakat Banten di zamannya itu mengalami kebankrutan. Hingga akhirnya pada 1997, Pemerintah Kabupaten Pandeglang membongkar bangunan bank yang sudah rusak karena termakan zaman itu.

Kini, sisa kebanggaan masyarakat Banten hanya menyisakan sebuah nama 'Jalan Bank Banten' yang berada dekat Alun-Alun Pandeglang. Bekas bangunan bersejarah tersebut telah berganti menjadi gedung Lembaga Veteran Republik Indonesia (LVRI).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya