Tingkatkan Penerapan GCG dan Manajemen Risiko, Bank Banten Implementasikan PSAK 71

Implementasi PSAK 71 merupakan wujud nyata keseriusan Bank Banten dalam meningkatkan penerapan tata kelola.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Apr 2021, 13:40 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2021, 13:40 WIB
Direktur Utama Bank Banten, Agus Syabarrudin
Direktur Utama Bank Banten, Agus Syabarrudin.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) serius meningkatkan kualitas penerapan Good Corporate Governance (GCG) dan manajemen risiko melalui implementasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK).

Terhitung 1 Januari 2020, Bank Banten mengimplementasikan PSAK No. 71 tentang Instrumen Keuangan yang mengatur salah satunya tentang metode ekspektasi kerugian kredit dalam rangka meningkatkan kualitas informasi termasuk poin penting tentang pencadangan atas penurunan nilai aset keuangan berupa piutang, pinjaman, atau kredit (CKPN).

Standar baru hitungan akuntansi ini mengubah secara mendasar metode penghitungan dan penyediaan cadangan kerugian akibat kredit macet.

"Implementasi PSAK 71 merupakan wujud nyata keseriusan kami dalam meningkatkan penerapan tata kelola dan memastikan bahwa Bank Banten senantiasa memenuhi standar serta ketentuan yang berlaku di sektor perbankan," kata Direktur Utama Bank Banten, Agus Syabarrudin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (8/4/2021).

Berdasarkan Hasil Audit Laporan Keuangan Bank Banten Tahun 2020, diketahui bahwa Bank Banten membukukan CKPN sebesar Rp 691,622 miliar, dari Rp126,955 miliar pada akhir 2019 menjadi Rp 821,577 miliar pada akhir 2020.

Di saat yang bersamaan, solvabilitas Bank Banten juga mengalami perbaikan dengan meningkatnya rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dari 9,01 persen pada 2019 menjadi 34,75 persen pada 2020.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Indikator Permodalan Meningkat

Bank Banten
Kantor Pusat Non Operasional (KPNO) Bank Banten Kota Serang, Banten, nampak sepi, Senin (10/8/2020). (Liputan6.com/ Yandhi Deslatama)

Dengan meningkatnya indikator permodalan tersebut, maka seyogyanya Bank Banten memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan pengelolaan risiko dan menunjang kelanjutan usaha sebagai salah satu Bank Pembangunan Daerah. Perlu dicatat, berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), rata-rata KPMM Bank Umum Konvensional per Desember 2020 adalah 23,89%.

Dengan demikian, secara umum kinerja permodalan Bank Banten berada di atas rata-rata industri

Selain peningkatan tata Kelola dan permodalan, Bank Banten juga berhasil menurunkan beban umum dan administrasi sebesar 2,02 persen, dari Rp.179,262 miliar pada 2019 menjadi Rp.175,635 miliar pada 2020, serta memangkas beban tenaga kerja sebesar 8,03 persen, dari Rp.129,400 miliar pada 2019 menjadi Rp.119.005 miliar pada 2020.

“Kita berharap, dengan struktur keuangan yang lebih baik, Bank Banten akan menjadi salah satu bank pembangunan daerah yang terdepan dan terpercaya,” tutupnya

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya