Diguncang Rentetan Gempa, Banten Minim Langkah Antisipasi Dampak Bencana

Kurang dari 24 jam, Pandeglang, Banten digoyang 39 kali gempa bumi sejak Minggu, 23 Mei 2021 pukul 10.48 WIB berkekuatan magnitudo 5,2 hingga Senin, 24 Mei 2021, pukul 05.52 WIB berkekuatan magnitudo 3,3.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 25 Mei 2021, 16:00 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2021, 16:00 WIB
Potret Duka Korban Gempa Banten
Warga berdiri di pintu rumahnya yang hancur setelah gempa mengguncang Mandalawangi, Pandeglang, Banten, Sabtu (3/8/2019). Jumlah bangunan rusak akibat gempa berkekuatan 6,9 magnitudo yang mengguncang Banten terus bertambah. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Pandeglang Kurang dari 24 jam, wilayah Labuan dan Sumur, Ujung Kulon, Pandeglang, Banten digoyang 39 gempa bumi sejak Minggu, 23 Mei 2021 pukul 10.48 WIB berkekuatan magnitudo 5,2 hingga Senin, 24 Mei 2021, pukul 05.52 WIB berkekuatan magnitudo 3,3. Lokasi lindu berada di sesar Ujung Kulon.

"Kalau (gempa bumi) ke sesar Ujung Kulon. Kalau titik namanya gempa tidak bisa di satu titik, yang robek itu kan bidang, bidang bisa geser, kiri, kanan, bawah, bisa gitu, jadi bukan titik," kata Suwardi, Kepala BMKG Wilayah II Tangerang, melalui selulernya, Senin (24/5/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak video pilihan berikut ini:


Mitigasi Bencana

Wahidin Halim, Gubernur Banten Berbicara Mitigasi Bencana Di Rumah Dinasnya. (Senin, 24/05/2021). (Liputan6.Com/Yandhi Deslatama).
Wahidin Halim, Gubernur Banten Berbicara Mitigasi Bencana Di Rumah Dinasnya. (Senin, 24/05/2021). (Liputan6.Com/Yandhi Deslatama).

Pemprov Banten mengakui semenjak pandemi Covid-19 tidak fokus melakukan mitigasi bencana, baik gempa maupun tsunami, pemerintah berkilah mereka fokus menangani Covid-19. Bahkan, pendanaan khusus menangani bencana juga tidak dianggarkan.

"Kita enggak sempet konsentrasi (mitigasi), karena kita berhadapan dengan Covid-19. Karena kita enggak alokasi (dana mitigasi) ke sana," kata Gubernur Banten, Wahidin Halim, di rumahnya, Senin (24/05/2021).

Wahidin bersyukur ada gempa skala kecil, karena menurutnya, itu bisa mengurangi risiko gempa besar.

Mantan Wali Kota Tangerang dua periode itu mengibaratkan dengan gempa kecil, jurang dasar laut tertutup dikit demi sedikit, sehingga tidak langsung runtuh dalam jumlah besar yang mengakibatkan gempa besar.


Gubernur Banten Kesulitan Capai Shelter Saat Tsunami 2018

BNPB
Simulasi bencana gempa bumi dan tsunami BNPB di di Shelter Tsunami, Labuan, Pandeglang, Banten pada 14 Agustus 2019. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Terkait selter tsunami di Labuan, Kabupaten Pandeglang, sudah dibangun pemerintah pusat, tetapi kondisinya tidak terawat. Saat tsunami 2018 yang menyapu pesisir Banten, WH mengaku kesulitan mencari tempat evakuasi, sehingga saat alarm penanda tsunami berbunyi karena rusak, dia menyelematkan diri ke daerah Jiput yang lokasinya cukup jauh dari wilayah Carita, tempat dia meninjau reruntuhan bangunan.

"Saya berdoa semoga enggak ada gempa, tsunami, doa gubernur kan mewakili 12 juta penduduk, masih ada yang miskin ampuh makanya. Bagaimana mitigasi dan sosialisasi menjadi penting, diprogramkan mitigasi dan selter. Karena selter kalau dulu saya lewat situ juga kan bingung kalau ada gempa, tsunami, gue lari ke mana, gunung jauh banget, selter juga enggak ada. Makanya waktu tsunami itu kita lari ke Jiput," ujarnya. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya