Duh, Keterisian Tempat Isolasi RS di Jabar Naik 8 Persen Usai Libur Lebaran

Keterisian tempat tidur isolasi (bed occupancy rate/BOR) di rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 di Jawa Barat mengalami kenaikan sebesar 8% pasca periode libur lebaran.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 01 Jun 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2021, 07:00 WIB
Ridwan Kamil
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Keterisian tempat tidur isolasi (bed occupancy rate/BOR) di rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 di Jawa Barat mengalami kenaikan sebesar 8 persen usai periode libur lebaran.

"Terjadi kenaikan dalam bed occupancy rate. Biasanya kita naik satu persen, minggu ini naiknya 8 persen dari 30,6% menjadi 38,2% kenaikan BOR. Kalau sampai 10% itu berarti memang ada lonjakan," kata Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam jumpa pers daring, Senin (31/5/2021).

Emil, sapaan Ridwan Kamil menduga kenaikan keterisian tempat tidur RS rujukan Covid-19 akibat warga yang nekat mudik. Mereka yang telah mudik kemungkinan terpapar Covid-19 ketika sudah kembali ke tempat asalnya.

"Ini adalah imbas dari libur dan mudik yang bocor yang sudah kita upayakan dan mudah-mudahan jadi pembelajaran bahwa apa yang dulu kita upayakan memang sebenarnya untuk menghindari hal-hal seperti ini (kenaikan kasus Covid-19)," ujar mantan Wali Kota Bandung itu.

Berdasarkan pengamatannya, sejumlah rumah sakit juga mulai menunjukkan kenaikan keterisian perawatan pasien Covid-19. Bahkan angkanya ada yang sudah mencapai 70-80 persen.

"Kemudian sudah ada rumah sakit-rumah sakit yang sudah ada di ambang batas seperti RS Al Ihsan, RS Santosa, RS Immanuel itu sudah ada yang 70 persen, 80 persen. Di atas 90 persen itu sudah saya koreksi tolong kalau sudah mendekati 70 persen untuk segera mengalokasikan jumlah kamar-kamar rawat yang tadinya untuk pasien umum kepada pasien covid," tuturnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kedisiplinan Prokes Harus Ditingkatkan

Penumpang MRT Wajib Pakai Masker
Calon penumpang mengenakan masker saat menunggu datangnya kereta di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Senin (6/4/2020). PT MRT Jakarta tak akan menerima penumpang tanpa menggunakan masker seusai seruan Gubernur DKI Anies Baswedan untuk mencegah penyebaran virus Corona (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Dalam kesempatan itu, Emil juga melaporkan penurunan kedisiplinan masyarakat terhadap protokol kesehatan selama satu pekan terakhir. Dia mencatat, angka kedisiplinan turun hingga 72%.

"Rata-rata di Jawa Barat itu 80%, kalau turun paling ke 79%. Minggu ini turun sampai ke 72 %. Jadi, saya mengingatkan lagi seiring banyaknya varian baru seperti di Cilacap dan lain-lain itu enggak ada solusinya kecuali kedisiplinannya lebih ketat," ujarnya.

"Dengan penurunan kedisiplinan, kami mengimbau warga Jawa Barat untuk tidak menyepelekan covid yang semakin ganas jangan sampai negara nanti kehilangan kendali dalam masalah ini. Pak Kapolda dan Pak Pangdam sudah menyiapkan penguatan-penguatan untuk menaikkan kembali kedisiplinan kita di Jawa Barat di atas 80 persen," kata dia menambahkan.

Kasus Covid-19 di 3 Kabupaten Tinggi

Beberapa petugas satgas pancegahan Covid-19 tengah melakukan penjagaan ketat di area lokasi terjadinya outbreak satu kampung Banjarsari, Bungbulang, Garut.
Beberapa petugas satgas pancegahan Covid-19 tengah melakukan penjagaan ketat di area lokasi terjadinya outbreak satu kampung Banjarsari, Bungbulang, Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Selain BOR dan penurunan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan, Emil juga menyoroti kasus Covid-19 yang angkanya cukup tinggi di tiga wilayah. Ke-3 daerah tersebut yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Garut.

Sementara daerah lain kasus aktifnya di bawah 10 persen. Adapun kasus aktif di Cianjur sebanyak 49 persen, Bogor 47 persen, dan Garut 27 persen. 

"Saya mengingatkan ada tiga kabupaten yang kasusnya selalu tinggi dan sembuhnya selalu rendah yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Garut. Jadi saya mengingatkan para tim di satgas Cianjur Bogor dan Garut untuk memerhatikan kenapa kasusnya begitu tinggi dan kesembuhannya begitu rendah. Apakah penularan kurang terantisipasi atau obat juga kurang maksimal sehingga sembuhnya lama," kata dia.

Emil pun memerintahkan agar Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar beserta jajaran memberikan atensi terhadap hal tersebut serta memberikan antisipasi kepada ketiga daerah itu.

Pengetesan 3 Daerah Rendah

Operasi gabungan dan pelaksanaan rapid test di Kabupaten Pangandaran dan Bandung Barat. (sumber foto : Humas Pemprov Jabar)
Operasi gabungan dan pelaksanaan rapid test di Kabupaten Pangandaran dan Bandung Barat. (sumber foto : Humas Pemprov Jabar)

Di sisi lain, Emil juga menyoroti rendahnya pengetesan swab PCR di tiga daerah yaitu Kabupaten Pangandaran, Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Sumedang.

"Ada daerah-daerah yang tes PCR-nya sangat rendah sehingga mengakibatkan validitas data selalu jadi pertanyaan. Rata-rata pengetesan per minggunya di bawah 100. Jadi tolong agar meningkatkan pengetesan seperti halnya Bandung, Depok, Bekasi yang di atas 1.000 pengetesan," katanya.

Terkait vaksinasi, Emil juga menyebutkan ada beberapa daerah yang sangat rendah cakupan vaksinasinya. Yaitu, Kabupaten Sukabumi, Kuningan, dan Indramayu.

"Tiga wilayah ini kurang maksimal dalam jumlah vaksinasi yang ditargetkan menyebabkan rata-rata di Jawa Barat ikut terbawa rendah. Untuk vaksinasi lansia yang kita juga ditegur terendahnya ada di Kabupaten Majalengka, Subang, Garut. Sehingga mengakibatkan akumulasi vaksinasi lansia kita belum baik," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya