Stok Melimpah, Bulog Banyumas Kirim 500 Ton Beras ke Luar Jawa

Bulog Banyumas sudah berupaya menyerap gabah semaksimal mungkin. Bahkan, seluruh gudang bulog telah penuh, termasuk empat gudang filial

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jun 2021, 20:03 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2021, 19:44 WIB
Ratusan Ribu Ton Beras Tak Terpakai di Gudang Bulog
Pekerja saat mengangkut karung berisi beras yang belum terpakai di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Kelapa Gading, Kamis (18/3/2021). Dirut Perum Bulog Budi Waseso menegaskan tahun ini Indonesia tidak akan mengimpor beras. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Banyumas - Perum Bulog Cabang Banyumas, Jawa Tengah mengirim beras untuk daerah di luar Jawa untuk memenuhi kebutuhan beras di wilayah seberang. Pengiriman ini juga merupakan upaya pengurangan stok gabah dan beras di wilayah Ini.

Sejauh ini Bulog Banyumas telah mengirimkan 500 ton beras untuk daerah luar Jawa. Pengiriman akan terus dilakukan secara bertahap.

“Nih, kita juga sudah sampai mengirim sampai ke luar Jawa. Kemarin sih sudah 500 ton,” kata Kepala Cabang Bulog Banyumas, Dani Satrio, Rabu (9/6/2021).

Dia menjelaskan, saat ini stok beras di tingkat petani, pedagang sedang melimpah. Akibatnya, pasar beras lesu.

Bulog Banyumas sudah berupaya menyerap gabah semaksimal mungkin. Bahkan, seluruh gudang bulog telah penuh, termasuk empat gudang filial (tambahan) di empat kabupaten wilayah kerja Bulog Banyumas. Sementara, pada Juli nanti panen raya masa tanam kedua (MT 2) juga sudah dimulai.

“Intinya langkah kita itu, banyak kita sudah ngambil (dari petani) maksimal Mas. Itu gudang-gudang di Cilacap saja semuanya sudah penuh,” ujarnya.

Dani menengarai harga gabah di pasaran jatuh karena kulitasnya yang rendah. Selain itu, kebutuhan beras pada masa pandemi Covid-19 juga turun, karena banyaknya pembatasan aktivitas masyarakat.

“Ya (harga anjlok) itu karena kualitas. Tidak semuanya sesuai dengan Permendag,” ucap Dani.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Harga Gabah Anjlok di Cilacap

Petani Banyumas dan Cilacap panen raya masa tanam kedua (MT 2) 2018 pada Juli dan Agustus lalu. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Petani Banyumas dan Cilacap panen raya masa tanam kedua (MT 2) 2018 pada Juli dan Agustus lalu. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Menurut dia, kebutuhan beras juga menurun akibat pandemi Covid-19. Pasalnya, banyak pembatasan aktivitas yang menyebabkan serapan beras seret.

Sementara, harga gabah di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah terjun bebas sejak panen raya masa tanam pertama (MT 1) Maret lalu. Hingga saat ini, harga gabah belum beranjak naik dan menyebabkan gabah di tingkat petani menumpuk.

Presidium Serikat Tani Mandiri (Stam) Cilacap, Petrus Sugeng mengatakan, petani kesulitan menjual gabah. Selain itu, harga gabah kering giling (GKG) juga sangat rendah, yakni Rp3.500 – Rp3.800 per kilogram. Itu pun masih diutang.

“Masyarakat itu sekarang kesulitan untuk menjual gabah. Padahal harganya sudah sangat rendah,” katanya.

Akibatnya, petani terpaksa menyimpan gabahnya di gudang tanpa bisa menjual. Padahal, dalam kondisi normal, harga gabah kering giling mencapai Rp4.500 – Rp4.800 di tingkat petani. Namun, kini harga gabah turun dan sulit dijual.

“Alasannya pedagang kesulitan menjual berasnya,” Sugeng menuturkan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya