Garut Klaim Surplus 25 Ribu Ton Beras Hingga Lebaran

Ketersediaan stok pangan dan beberapa komoditas protein hewani di Garut menjelang Ramadan tahun ini terbilang aman, kondisi ini berlaku juga untuk sejumlah sayuran.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 10 Apr 2021, 23:00 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2021, 23:00 WIB
Nampak seorang pegawai tengah memindahkan beras di salah satu gudang penyimpanan beras bulog.
Nampak seorang pegawai tengah memindahkan beras di salah satu gudang penyimpanan beras bulog. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut Menjelang datangnya momen suci Ramadan 1442 Hijriah tahun ini, Pemerintah Daerah (Pemda) Garut, Jawa Barat memastikan harga dan ketersediaan sejumlah kebutuhan bahan pokok (sembako) terutama beras dalam kondisi aman.

"Memang cabai beberapa waktu lalu sempat naik, namun kini berangsur turun, saat ini arus distribusi barang dalam keadaan dinamis," ujar Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Garut Yudi Hernawan, Jumat (9/4/2021).

Menurutnya, ketersediaan stok pangan dan beberapa protein hewani di Garut menjelang Ramadan terbilang aman. “Kondisi ini berlaku juga di sejumlah sayuran yang terbilang aman,” kata dia.

DKP mencatat, angka ketersediaan dan kebutuhan beras antara Januari-Mei 2021 di Garut, surplus hingga 25.812 ton.

Angka itu diperoleh dari ketersediaan beras mencapai 131.336 ton. Sementara, kebutuhan beras Garut hanya Rp 105.553 ton.

"Artinya ketersediaan beras menjelang Ramadan hingga Idul Fitri masih aman," kata dia.

Meski begitu, Yudi mengingatkan permintaan dan kebutuhan terhadap beras Garut yang terbilang tinggi dari daerah lain, harus menjadi perhatian pemerintah.

“Stok beras premium Garut itu biasanya dibutuhkan untuk menyuplai kebutuhan Bandung dan Jabodetabek,” kata dia.

Sementara masyarakat Garut, akhirnya hanya mengonsumsi beras pasokan dari kota Banjar, Ciamis, Majenang.

“Intinya soal dinamika pasar, beras Garut harganya lebih tinggi, sementara yang masuk masih di bawahnya jadi ada selisih harga,” kata dia.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Cabai dan Ikan Melimpah

Harga cabai inul atau rawit yang sempat meroket beberapa waktu lalu perlahan mulai turun menjelang datangnya Ramadan 1442 Hijriah.
Harga cabai inul atau rawit yang sempat meroket beberapa waktu lalu perlahan mulai turun menjelang datangnya Ramadan 1442 Hijriah. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Kedua, selain beras stok cabai, baik inul atau rawit maupun cabai besar dalam kondisi melimpah. DKP mencatat angka ketersediaan cabai merah hingga Mei mendatang mencapai 37.750 ton, sementara kebutuhan masyarakat hanya 534 ton.

“Artinya ada sekitar 37.215 ton yang keluar,” kata dia.

Sementara, ketersediaan cabai rawit mencapai 24.432 ton, sedangkan kebutuhan masyarakat Garut hanya berkisar di angka 1.642 ton, atau ada surplus pasokan hingga 22.790 ton.

“Memang sejak lama dari Kementan (Kementerian Pertanian) meminta Garut memasok ke Bandung dan Jabodetabek,” ucap dia.

Menurutnya, tanah gembur vulkanik area pertanian Garut terutama di sekitar 750-1.200 mdpl dinilai cocok untuk budi daya cabai sehingga menghasilkan produksi yang melimpah.

“Coba lihat mulai kaki gunung Papandayan, Darajat, Cikuray, banyak ditanami cabai karena memang sifatnya tanahnya sangat mendukung,” dia menjelaskan.

Namun, pasokan cabai yang melimpah kadang menjadi bumerang bagi warga Garut, akibat fluktuasi harga yang terbilang tinggi.

“Masyarakat itu lihatnya harga cabai di kota besar, jika naik ya di Garut juga tetap naik terkena imbas, meskipun pasokan melimpah,” kata dia.

Sementara untuk protein hewani hanya komoditas susu sapi dan ikan yang tercatat surplus pasokan. Untuk susu sapi pasokan Garut hingga Mei mendatang mencapai 9.605 ton, sementara kebutuhan hanya 2.675 ton atau surplus hingga 6.930 ton.

“Sedangkan untuk ikan selain ikan tawar, kami juga memiliki potensi melimpah dari ikan tangkap laut, sehingga pasokan tidak pernah kurang,” ujarnya.

Yudi menyatakan, khusus kebutuhan daging sapi, ayam dan telur ayam hingga kini masih bergantung pada pasokan luar, sehingga kerap terjadi fluktuasi harga akibat tidak meratanya kebutuhan dengan ketersediaan barang.

“Itu kembali ke hukum alam ekonomi, kalau suplai tidak sesuai dengan demand ya jelas harga naik,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya