Liputan6.com, Manado - Merebaknya kembali penyakit yang diduga African Swine Fever (ASF) di beberapa wilayah Indonesia seperti Manokwari Papua Barat, dan Berau, Kalimantan Timur menjadi perhatian bagi peternak babi di Sulut. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2020 populasi babi Sulut menempati posisi keempat terbanyak di tanah air yakni mencapai 400.000 ekor.
"Posisi Sulut saat ini sudah terkepung oleh daerah wabah ASF termasuk juga ancaman penyebaran dari negara tetangga kita, Filipina," kata Kepala Karantina Pertanian Manado Donni Muksydayan Saragih, Kamis (17/6/2021).
Advertisement
Baca Juga
Hal yang sama juga disampaikannya saat menjadi salah satu narasumber pada dialog intraktif bersama RRI Manado. Ia mengatakan, kewaspadaan harus ditingkatkan lagi mengingat banyak warga Sulut yang mengantungkan ekonominya dari sektor tersebut.
Belajar dari kasus ASF di negara lain, ada beberapa faktor yang menyebabkan masuknya ASF ke Indonesia yaitu pemasukan daging babi dan produk babi lainnya baik impor, domestik dalam negeri.
“Begitu juga berasal dari sisa katering transportasi internasional baik dari laut maupun udara yang masuk dari negara atau daerah yang sedang wabah ASF, di mana kebanyakan tidak dibuang namun diolah kembali menjadi pakan ternak,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Peternak Babi Sulut Gilbert Wantalangi mengatakan, langkah efektif dalam mencegah terjadi ASF adalah melalui penerapan biosekuriti dan manajemen peternakan babi yang baik. Selain itu juga pengawasan yang ketat dan intensif.
“Tentunya kontribusi pemerintah dalam hal ini Karantina Pertanian dan Dinas-dinas terkait juga berperan," kata Gilbert.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Melarang Tamu dari Luar Sulut
Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sulut drh Hanna O Tioho menambahkan, untuk meningkatkan kewaspadaan, seluruh dinas di kabupaten maupun kota terus aktif melakukan sosialisasi ke peternak babi yang ada di Sulut.
"Kami juga menghimbau kepada peternak agar membatasi atau melarang tamu yang datang dari luar Sulut untuk masuk ke kandang," ujar Hanna.
Berdasarkan data lalu lintas pertanian dari IQFAST, Barantan, sampai Mei 2021 pengiriman daging babi Sulut ke berbagai wilayah seperti Maluku, Papua sampai ke Jakarta mencapai 450 ton. Dan angka ini meningkat sangat signifikan dibanding periode yang sama di tahun 2020 yang hanya 93 ton saja.
"Hal ini tentu menjadi berkah buat Sulut karena masih bebas dari ASF. Peningkatan terbesar karena mensuplai kebutuhan di Jakarta dan Tangerang. Untuk itu, mari kita perkuat kewaspadaan dan sinergisitas semua pihak agar ASF tidak masuk ke Sulut," ujar Donni.
Advertisement