Potret Buram Perantau Miskin Asal Enrekan di Tarakan, Tinggal di Gubuk 1x2 Meter

Hidup merantau tidak selamanya membawa kebahagian apalagi meraih kesuksesan di tanah rantau. Bahkan, tidak jarang orang yang merantau akan hidup luntang-lantung dan terlantar, hingga hidup di bawah garis kemiskinan.

oleh Abelda RN diperbarui 03 Okt 2021, 16:00 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2021, 16:00 WIB
Perantauan asal Sulsel
Perantauan asal Sulawesi Selatan yang nasibnya belum beruntung di Tarakan Kalimantan Utara.

Liputan6.com, Balikpapan - Hidup merantau tidak selamanya membawa kebahagian apalagi meraih kesuksesan di tanah rantau. Bahkan, tidak jarang orang yang merantau akan hidup luntang-lantung dan terlanta, hingga hidup di bawah garis kemiskinan.

Apalagi di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, tidak jarang orang yang hidupnya susah kini bertambah susah, lantara perekonomian yang semakin terpuruk dampak dari penyebaran Covid-19.

Samsul salah satunya. Perantau asal Kabupaten Enrekan, Sulawesi Selatan (Sulsel) ini terpaksa hidup dalam kondisi serba kekurangan, yang bisa dikatakan jauh di bawah garis kemiskinan bersama kedua anaknya yang masih balita dan bayi.

Bagaimana tidak, pria berusia sekitar 40 tahuan itu terpaksa tinggal di gubuk berukuran 1X2 meter beratap dan dinding dari terpal, yang dibangun di lahan orang lain di pinggir Jalan P. Aji Iskandar, Kelurahan Juata Permai, Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara).

Perantau ini tidak sendirian tinggal di gubuk tidak layak huni itu, melainkan tinggal bersama kedua anaknya yang masih berusia 2,5 tahun dan satu lagi bayi yang belum lama dilahirkan mantan istrinya, yakni berusia sekitar tiga Bulan.

"Gubuk ini saya buat dibantu warga sekitar, kalau tinggal di gubuk ini sudah setahunan," kata Samsul, Jumat (1/10/2021).

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Tak Punya Tempat Tinggal Permanen

Samsul di Tarakan
Samsul dan keluarganya di Tarakan Kalimantan Utara

Bukan tanpa sebab Samsul bersama kedua anaknya yang masih kecil itu tinggal di gubuk tanpa dialiri listrik berukuran 1X2 meter. Pasalnya, pria yang kerja serabutan dengan penghasilan minim itu tidak memiliki tempat tinggal permanen dan layak.

Selama merantau di Tarakan, Samsul juga diketahui masih memiliki keluarga di Kota Tarakan. Hanya saja, dirinya lebih memilih tinggal di gubuk bersama kedua anaknya, agar tidak menyusahkan keluarga yang lain.

Tidak hanya itu, Samsul juga sempat memiliki seorang istri. Namun sang istri lebih memilih pulang ke kampung halaman, meninggalkan suami dan anak-anaknya yang masih kecil dan membutuhkan kasih sayang seroang ibu.

"Ada, tapi saya tidak mau menyusahkan mereka (keluarga), terkadang mereka juga bantu merawat anak saya yang masih bayi," bebernya.

Keluarganya Kedinginan Saat Hujan

Samsul dan keluarga
Samsul dan keluarganya di Tarakan Kalimantan Utara.

Selama tinggal di gubuk tersebut, Samsul beserta kedua anaknya yang balita dan bayi itu merasakan kedinginan di kala hujan turun dan kepanasan jika terik mata hari. Hal ini diperparah jika kondisi jalan berdebu, hingga kedua anaknya harus terkena debu jalanan.

Untuk bisa bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan kedua buah hatinya, Samsul hanya bisa mengandalkan jualan bensin eceran, yang dijualnya di pinggir jalan dekat gubuk yang ditempati bersama buah hatinya.

Selain itu, Samsul juga rela mengumpulkan botol bekas air mineral yang kemudian dijualnya kembali, agar dapat menambah penghasilan dari berjualan bensin eceran, untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Bukan saya tidak mau dan tidak bisa bekerja lebih, tapi saya tidak bisa meninggalkan anak-anak yang masib kecil, makanya saya bekerja didekat pondok biar bisa sambil menjaga anak, karena saya harus menjadi bapak sekaligus ibu untuk anak-anak," tegasnya.

Kondisi Samsul yang tinggal di pondok bersama kedua anaknya itu pun sempat viral di media sosial (medsos). Alhasil, bantuan mulai berdatangan dari berbagai elemen masyarakat, salah satunya dari Himpunan Keluarga Massenrempulu (HIKMA) Kaltara.

Dibantu Warga Sekitar

Samsul
Samsul dan keluarganya yang tinggal di Tarakan Kaltara.

Mengetahui adanya warga perantau asal Enrekan yang membutuhkan uluran tangan, rombongan HIKMA langsung meninjau lokasi tempat tinggal Samsul untuk memberikan bantuan, yang dananya merupakan hasil urunan seluruh anggota HIKMA Kaltara.

"Kami sudah melihat langsung kondisi Bapak Samsul dan anaknya itu, memang sangat memprihatinkan dan membutuhkan uluran tangan dari maayarakat dan pemerintah," terang Fajar Ngewa, selaku Ketua Harian HIKMA Kaltara, usia meninjau gubuk Samsul.

Fajar menjelaskan, langkah awal yang dilakukan HIKMA Kaltara usai melihat gubuk milil Samsul, yakin bagaimana upaya HIKMA memberikan pelayanan atau bantuan agar Samsul dan kedua anaknya mendapatkan tempat hunian yang layak.

Dengan begitu, lanjut Fajar, baik Samsul maupun kedua anaknya tidak lagi merasakan kedinginan, kepanasan dan terkena debu di jalan lantaran tinggal di gubuk, yang berada di pinggir jalan raya.

"Rumah yang dikontrakan tidak permanen tapi tahap awal disewakan selama enam bulan, dengan harapkan dapat membantu memberikan hunian yang layak, agar kedepannya Samsul dan anak-anaknya bisa hidup mandiri," ungkap Fajar.

Empati Warga dalam Membantu Sesama

Rumah gubuk nenek Zahra di Bulungan Kaltara. Foto istimewa
Rumah gubuk nenek Zahra di Bulungan Kaltara.

Dikatakan Fajar, pada dasarnya Samsul saat ditemui dalam kondisi sehat bersama anak-anaknya. Hanya saja, Samsul ini memang tidak bisa bekerja jauh karena harus sambil menjaga anaknya yang masih balita dan bayi.

"Tapi Alhamdulillah, untuk anaknya yang bayi sudah dirawat oleh keluarganya, jadi ke depan HIKMA tinggal mendorong dan mensuport agar Samsul ini bisa hidup dan bekerja secara mandiri," sebutnya.

Fajar menjelaskan, selain membantu menyiapkan tempat yang layak untuk Samsul dan anaknya, HIKMA Kaltara juga memberikan bantuan berupa sembako dan perlengkapan lainnya, yang dibutuhkan.

"Ada juga kami berikan bantuan modal awal, dengan begitu Samsul bisa membuka usaha untuk dapat hidup mandiri ke depannya," jelasnya.

Fajar mengungkapkan, pada dasarnya Samsul ada mendapatkan bantuan dari pemerintah. Namun, apa yang diperoleh tentu terbatas dikarenakan bantuan yang diberikan bukan hanya untuk dirinya, oleh karena itu HIKMA Kaltara hadir untuk dapat membantu meringankan beban hidup Samsul.

"Memang belum lama ini ada bantuan juga untuknya, tapi kehadirian HIKMA Kaltara ini untuk ikut serta menopang kehidupan Samsul agar dapat hidup mandiri," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya