Bukan Hanya Pasang Purnama, Peneliti Ungkap Penyebab Lain Banjir Rob di Pesisir Utara Jawa

Banjir rob yang terjadi di sejumlah wilayah di kawasan pesisir utara Jawa beberapa hari terakhir, tidak hanya disebabkan pasang purnama biasa.

oleh Arie Nugraha diperbarui 06 Des 2021, 06:35 WIB
Diterbitkan 06 Des 2021, 06:33 WIB
FOTO: Pembersihan Sampah Banjir Rob
Petugas PPSU membersihkan sampah saat terjadi banjir rob di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta, Selasa (9/11/2021). Walau terendam banjir rob, petugas PPSU tetap sigap bersihkan sampah yang mengambang terbawa air laut. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Bandung - Banjir rob yang terjadi di sejumlah wilayah di kawasan pesisir utara Jawa beberapa hari terakhir, tidak hanya disebabkan pasang purnama biasa. Peneliti Klimatologi Pusat Riset dan Teknologi Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRTA BRIN), Erma Yulihastin mengatakan, banjir rob tersebut juga disebabkan maraknya badai di lautan (storm surge) yang merupakan efek dari suatu sistem badai dalam pola garis-garis memanjang.

"Disebut juga dengan squall-line yang menjalar dan dihasilkan oleh suatu sistem tekanan rendah yang terus berproses terbentuk menjadi semakin matang dan semakin meluas," ujar Erma kepada Liputan6.com, Minggu (5/12/2021).

Erma menerangkan, badai ini dibangkitkan oleh tiga gangguan pusaran angin (vorteks) yang saat ini terbentuk di wilayah Indonesia.

Hal ini membuat cuaca di Indonesia saat ini sangat dikontrol oleh dinamika penguatan dan pelemahan pusaran angin skala meso, yang memiliki radius putar puluhan hingga ratusan kilometer, atau yang dinamakan dengan badai vorteks tersebut.

"Tiga vorteks tersebut berdampak dapat memicu cuaca ekstrem di sejumlah wilayah di sekitar area vorteks tersebut, yaitu sektor utara seperti Kalimantan dan sektor selatan seperti Jawa, Madura, Bali, Lombok, Nusa Tenggara Barat," kata Erma.

Erma menjelaskan keberadaan tiga vorteks yang terbentuk di wilayah Indonesia, bersamaan waktunya dengan meluruh yaitu dua siklon tropis yang terjadi di belahan bumi utara, yaitu siklon tropis Jawad di timur India dan siklon Nyatoh di timur Filipina yang kini bergerak ke utara.

Selain itu terdapat pula vorteks Borneo terbentuk sangat kuat di utara Kalimantan dan telah berperan mengaktifkan monsun Asia yang ditandai dengan pembentukan angin dari utara yang memasuki wilayah Indonesia dari Laut Tiongkok Selatan menuju Laut Jawa.

"Terdapat setidaknya beberapa hal yang menjadi faktor penyebab mengapa kita perlu menaruh perhatian khusus terhadap dinamika cuaca di wilayah Indonesia selama dasarian pertama bulan Desember 2021," ucap Erma.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Badai di Lautan

Erma melanjutkan pengaruh langsung dari vorteks Borneo ini adalah menimbulkan curah hujan tinggi dan angin kencang di sebagian wilayah Kalimantan, khususnya Kalimantan bagian tengah dan utara.

Pengaruh tidak langsung dari vorteks yaitu memicu pembentukan squall-line di atas laut Jawa yang berpotensi menjalar menuju daratan (pesisir utara Jawa).

"Hal ini dapat membuat banyak badai di atas lautan (storm surge) sehingga ancaman bagi banjir rob di pesisir utara Jawa. Tidak hanya berasal dari pasang purnama tapi juga diperparah dengan maraknya pembentukan badai di atas laut yang ditandai dengan hujan deras, gelombang tinggi, dan angin kencang," ungkap Erma.

Saat ini di Laut Jawa sedang terjadi pembentukan vorteks di utara Bali-Nusa Tenggara. Kondisi ini membuat angin monsun utara berbelok ke arah timur sehingga menggerakkan badai di atas lautan menjadi semakin cepat menjalar ke timur.

"Diperparah oleh keberadaan vorteks Samudera Hindia selatan Jawa yang juga berpotensi memperkuat angin monsun dan menahannya," sebut Erma.

Sehingga angin dari utara tersebut menuju wilayah darat seperti Jawa bagian barat dan dapat memicu hujan deras dan persisten di sejumlah wilayah di Jawa bagian barat.

Selain itu, vorteks dari Samudera Hindia juga dapat menghasilkan garis-garis badai yang bergerak dari barat ke timur sehingga mengancam seluruh wilayah di Jawa.

"Berdasarkan pantauan dari data uap air di atas wilayah Indonesia, tampak ada “jembatan” kelembapan yang menghubungkan Kalimantan dan Jawa melalui Laut Jawa, yang diperlihatkan dengan kelembapan tinggi di atas wilayah tersebut," tukas Erma.

Artinya, itu menunjukkan terdapat transfer kelembapan dari Kalimantan menuju Jawa melalui Laut Jawa yang dipicu dari pembentukan vorteks Borneo dan vorteks Laut Jawa. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya