Kasus Covid-19 Meningkat Signifikan, Ketersediaan BOR RS di Sumut Relatif Aman

Kasus Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) mulai meningkat signifikan belakangan ini. Namun, keterisian tempat tidur masih relatif aman atau rendah. Saat ini Keterisian Tempat Tidur (BOR) di rumah sakit dan isolasi terpusat hanya sebesar 14,07 persen.

oleh Reza Efendi diperbarui 14 Feb 2022, 07:45 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2022, 07:45 WIB
Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi
Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi

Liputan6.com, Medan Kasus Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) mulai meningkat signifikan belakangan ini. Namun, keterisian tempat tidur masih relatif aman atau rendah. Saat ini Keterisian Tempat Tidur (BOR) di rumah sakit dan isolasi terpusat hanya sebesar 14,07 persen.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, saat mengikuti rapat koordinasi evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Luar Jawa Bali secara virtual di kediamannya, Jalan Pantai Bunga, Deli Tua, Deli Serdang, Minggu (13/2/2022).

Disampaikan Gubernur Edy, per tanggal 12 Februari 2022 kasus konfirmasi positif bertambah 955, sehingga di Sumut kasus aktif sebesar 4.728. Sedangkan keterisian tempat tidur di rumah sakit dan isolasi terpusat, dari kapasitas total 2.215 tempat tidur, hanya ada 73 orang yang dirawat. Orang yang menjalani isolasi mandiri 4.486.

"Keterisian rumah sakit relatif terkendali, masih jauh di bawah ambang maksimal yang dianjurkan WHO, yaitu 60 persen," kata Edy Rahmayadi.

Tidak hanya kamar atau tempat tidur, ketersediaan oksigen di Sumut juga aman. Sumut memiliki ketersediaan sebanyak 49.843 meter kubik oksigen, sementara kebutuhan saat ini baru mencapai 10.889 meter kubik per hari.

Untuk capaian vaksinasi, dosis pertama di Sumut sudah mencapai 90 persen, dan dosis kedua sudah memasuki angka 60 persen. Hingga kini baru 12 kabupaten dan kota saja yang capaian dosis keduanya sudah di atas 70 persen.

Gubernur Edy juga melaporkan sudah membuat edaran kepada kepala daerah di 33 kabupaten dan kota mengenai 10 langkah antisipasi lonjakan kasus Covid-19. Di antaranya, menghentikan Pembelajaran Tatap Muka apabila hasil surveilans di sekolah sudah mencapai di atas 5 persen.

Kemudian melaksanakan Swab RT-PCR bagi pelaku perjalanan dari DKI Jakarta, Jawa dan Bali di bandara, pelabuhan, dan terminal bus. Serta mengaktifkan isolasi terpusat untuk pasien yang tidak memenuhi syarat klinis dan rumah.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Prediksi Puncak Kasus Covid-19

Ilustrasi pasien Covid-19 (Liputan6.com / Abdillah)
Ilustrasi pasien Covid-19 (Liputan6.com / Abdillah)

Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan, puncak kasus Covid-19 pada 2 hingga 3 minggu ke depan akan pindah ke luar Jawa dan Bali. Pemerintah daerah perlu melakukan beberapa hal. Di antaranya mempercepat vaksinasi.

"Vaksiansi dosis kedua, ketiga ini untuk terus didorong terutama lansia dan komorbid," kata Airlangga.

Menko Airlangga juga meminta kepala daerah agar mengimbau masyarakat agar terus menjalankan protokol kesehatan di setiap kegiatan. Serta juga penggunaan aplikasi peduli lindungi juga harus didorong.

Ketersediaan Obat-obatan Sangat Penting

Ilustrasi vaksin Covid-19.
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Liputan6.com)

Airlangga juga mengharapkan kepala daerah agar mendorong orang tanpa gejala atau gejala ringan untuk isolasi mandiri di rumah. Ketersediaan obat-obatan sangat penting dan harus dipersiapkan. Menteri Kesehatan akan menyiapkan telemedisin yang akan dikembangkan di seluruh kota-kota, terutama yang aglomerasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya