Pencinta Wayang di Yogyakarta Bakal Makin Sehat Jiwa dan Raga

Puluhan pencinta wayang dari berbagai latar belakang di Yogyakarta berkumpul untuk mengikuti Jalan Sehat Bersama Wayang, Minggu (27/2/2022).

oleh Switzy Sabandar diperbarui 28 Feb 2022, 16:30 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2022, 16:30 WIB
Lintas Komunitas Wayang Merdeka
Puluhan pencinta wayang dari berbagai latar belakang di Yogyakarta berkumpul untuk mengikuti Jalan Sehat Bersama Wayang, Minggu (27/2/2022).

Liputan6.com, Yogyakarta - Untuk pertama kalinya, pencinta wayang di Yogyakarta berkumpul dan melakukan aktivitas yang menyehatkan jiwa dan raga. Puluhan pencinta wayang dari berbagai latar belakang di Yogyakarta berkumpul untuk mengikuti Jalan Sehat Bersama Wayang, Minggu (27/2/2022).

Jalan sehat dilakukan dengan mengitari Alun-Alun Kidul Yogyakarta sejauh tiga kilometer. Para peserta mengikuti kegiatan dengan membawa simbol wayang masing-masing.

“Ada yang bawa wayang, ada juga yang pakai kaus wayang,” ujar Miko Jatmiko, koordinator Lintas Komunitas Wayang Merdeka.

Seusai berjalan kaki, mereka beraktivitas di antara pohon beringin kembar yang terdapat di Alun-Alun Kidul. Sebagian melukis dan membuat sketsa.

Menurut Miko, kegiatan ini juga bertujuan untuk merespons pandangan miring tentang wayang yang sempat viral baru-baru ini. Namun, pencinta wayang memilih untuk merespons lewat budaya yang bermakna budi dan daya.

“Karena merespons dengan budi, jadi pakai yang indah-indah saja, tidak perlu marah-marah,” ucapnya.

Ia berencana kegiatan ini akan digelar rutin setiap bulan dengan lokasi yang berbeda-beda.  Ada rencana, bulan depan kegatan jalan sehat diadakan di Malioboro, Candi Prambanan, dan sebagainya.

Tidak hanya itu, hasil karya para seniman yang terlibat dalam kegiatan ini juga bakal dikumpulkan. Artinya, tidak menutup kemungkinan karya-karya yang lahir dari Jalan Sehat Bersama Wayang akan dipamerkan.

Sementara, pegiat wayang sekaligus pendiri Rumah Budaya Kahangnan, Hangno Hartono, menilai kegiatan ini sebagai cara mengembalikan wayang seusai marwahnya, yakni pendidikan moral, dan bukan penghakiman baik dan buruk. Ia menganalogikan dalam cerita wayang, Kurawa kembali dihidupkan setelah perang Baratayuda.

“Terkait kasus viral yang ada, sebagai warga Yogyakarta pencinta wayang sudah seharusnya mengungkapkan ini dalam bahasa yang sarat filosofi dan tidak bertindak anarkistis,” tuturnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya