Jalan-Jalan ke Sentra Batik Tulis Berusia 3 Abad di Yogyakarta

Ada ratusan perempuan di Kampung Batik Giriloyo yang menjadikan batik tulis sebagai mata pencaharian.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Mar 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2022, 19:00 WIB
Mengintip Peserta Konferensi International Tempe Belajar Membatik
Ratusan peserta International Conference on Tempe belajar membatik di kampung batik Giriloyo Wukirsari Imogiri, Bantul Yogyakarta.

Liputan6.com, Yogyakarta - Siang itu, nampak seorang perempuan lanjut usia di Yogyakarta tengah khusyuk melukis kain putih dengan cairan lilin. Tangannya mahir menggoreskan sebuah canting bergerak sesuai pola di atas kain mori.

Di depannya terdapat sebuah kompor kecil dengan wajan yang berisi cairan lilin atau malam untuk membatik. Ia terlihat telaten membuat batik tulis, salah satu warisan budaya dunia.

Tentu ia tidak sendirian, ada ratusan perempuan di Kampung Batik Giriloyo yang menjadikan batik tulis sebagai mata pencaharian. Sehingga tak heran apabila Kampung Giriloyo ini dijuluki sebagai kampung batik dan sentra kain batik tulis khas Daerah Yogyakarta.

Kampung Batik Giriloyo telah dikenal sebagai salah satu sentra batik yang kaya akan sejarah. Batik khas Kampung Giriloyo ini sudah ada sejak abad ke -17.

Dikutip dari berbagai sumber, desa yang berada di Wukisari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta ini merupakan produsen batik sejak Kerajaan Mataram Islam. Pada zaman dahulu masyarakat setempat diajarkan membatik lantaran adanya kebutuhan sandang yang cukup banyak dari Kerajaan Mataram. Para perajin batik di desa ini mengembangkan batik klasik Mataram secara turun menurun.

Proses pembuatan batik di Kampung Batik Giriloyo ini dilakukan secara tradisional. Perlu kesabaran dan ketelitian yang luar biasa dari para pengrajin batik disini.

Terlebih proses pembuatan batik tulis memerlukan waktu yang cukup panjang. Butuh waktu minimal satu bulan lamanya untuk menghasilkan satu lembar kain batik dengan motif dengan sederhana.

Proses pewarnaan batik Giriloyo masih menggunakan pewarna alami, seperti kunyit, kulit kayu, dan daun jati. Meskipun kini untuk mempertajam warnanya sudah menggunakan pewarna sintetis.

Sehingga tak heran satu lembar kain batik tulis dari desa ini dibanderol mulai dari ratusan hingga jutaan rupiah.

Saat ini mengunjungi Kampung Batik Giriloyo tak hanya untuk berbelanja batik maupun melihat proses pembuatannya saja. Kini, para wisatawan juga dapat mencoba dan belajar bagaimana memproduksi batik tulis.

Selain menambah pengalaman, kegiatan ini dapat memberi pemahaman baru akan batik serta melatih kesabaran dan kreativitas. Untuk mengikuti workshop membatik, para wisatawan cukup membayar Rp 25.000 hingga Rp 50.000 saja.

(Tifani)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya