Liputan6.com, Yogyakarta - Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengeluarkan 15 kali guguran lava pijar ke arah tenggara dan barat daya pada Jumat.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, menyebutkan berdasarkan periode pengamatan pukul 00.00-06.00 WIB, guguran lava pijar ke arah barat daya meluncur 11 kali dengan jarak maksimum 1.800 meter.
Sedangkan guguran lava ke arah tenggara meluncur empat kali dengan jarak maksimum 1.000 meter.
Advertisement
Baca Juga
"Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 20-100 meter di atas puncak kawah," ujar Hanik, dikutip Antara.
Selain guguran lava pijar, Gunung Merapi juga mengalami 41 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-30 milimeter (mm) selama 12-155 detik, dua kali gempa hembusan dengan amplitudo 3-4 mm selama 15-19 detik, dan dua kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3-8 mm selama 5-7 detik.
Sementara untuk periode pengamatan pada Kamis (10/3) malam, pukul 18.00-24.00 WIB, Gunung Merapi tercatat mengeluarkan satu kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimum 2.500 meter ke arah tenggara atau Kali Gendol.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Status Gunung Merapi
Hingga kini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, dan Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Sedangkan pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
Apabila gunung api itu mengalami letusan eksplosif, lontaran material vulkaniknya dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah potensi bahaya," demikian Hanik Humaida.
Advertisement