Liputan6.com, Garut - Tiga pekan menjelang Ramadan 1443 H/2022, harga daging ayam di sejumlah pasar tradisional Garut, Jawa Barat mulai naik. Rata-rata kenaikan berkisar Rp1.000 - Rp2.000 per kilogram dan terjadi dua kali dalam sepekan terakhir.
Jajang, salah satu pedagang ayam di pasar Kojengkang kawasan Suci, Karangpawitan, Garut mengatakan, kenaikan harga daging memang sudah biasa menjelang datangnya Ramadan, namun kondisi tahun ini terbilang lebih cepat dari perkiraan.
“Kalau sepekan menjelang Ramadan biasa, ini mah tiga minggu lagi mau ramadan sudah naik,” ujar dia, di Garut, Sabtu (12/3/2022).
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, kenaikan harga daging ayam telah mengalami kenaikan hingga empat kali dalam dua pekan terakhir. Awalnya daging ayam diperdagangakan di angka Rp 28 – 30 Ribu, kemudian naik di kisaran angka Rp 30-32 ribu per kilogram.
“Sekarang ayam dijual di angka Rp 33-34 ribu per kilogram,” ujar dia.
Dibanding tahun lalu, harga jual daging ayam pada Ramadan hingga lebaran Idul Fitri tahun ini diperkirakan melebihi angka Rp40 ribu per kilogram.
“Kalau tahun lalu angka Rp 34 ribu itu sudah berada dalam ramadan, saat ini sebelum masuk ramadan saja sudah Rp 34 ribu,” kata dia.
Dengan kondisi itu, Jajang mengaku keuntungan penjualan daging ayam terus menipis. “Sekarang paling ambil Rp1.000 per kilo yang penting lancar, daripada ngambil untung besar tapi penjualan harga ayam sulit,” kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Harapkan Subsidi
Hal senada disampaikan Yadi, pedagang lainnya di sekitar pemukiman penduduk wilayah Desa Tanjungsari, Karangpawitan. Harga penjualan daging ayam menjelang Ramadan memang cenderung naik.
“Kalau turun sepertinya sulit, yang ada setiap hari terus naik,” ujar dia.
Kenaikan harga daging ayam sulit diperkirakan setiap hari, akibatnya pedagang terus diliputi rasa was-was akibat terus melambungnya harga pembelian ayam hidup. “Kalau beli hidupnya saja sudah mahal berapa kami harus menjual,” ujar dia.
Bahkan saat pertengahan Februari lalu, pedagang ayam di Garut sempat melakukan mogok jualan akibat tingginya harga pembelian ayam hidup. “Pernah harga daging ayam sampai Rp 50 ribu, kami bingung menjualanya ya sudah tutup dulu,” kata dia.
Dengan semakin mendekatnya momen ramadan, kedua pedagang ayam tradisional itu berharap pemerintah segera turun tangan untuk menjaga stabilitas harga daging.
“Minimal ada bantuan atau subsidi buat ayam,” pinta Yadi dengan senyum ramahnya.
Advertisement