Liputan6.com, Solo - Ada yang menarik yang dilakukan anak-anak di Pondok Pesantren Baitul Mustofa, Mojosongo, Solo. Mereka rutin membaca Al-Quran hanya dengan penerangan lampu senthir (lampu minyak) dan lilin.
Meski dengan penerangan terbatas, tak menyurutkan antusias para santri di pondok pesantren tersebut melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Aktivitas tersebut menjadi tradisi tiap tahun para santri menjelang Lailatul Qadar, di mana malam tersebut sangat dinantikan oleh seluruh umat Islam di dunia.
Para santri putra dan putri tampak bersaut-sautan dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an di bawah sinaran lampu senthir dan lilin itu.Â
Advertisement
Baca Juga
Kepala MI Ulumul Quran Ali Bin Abi Tholib, Kedung Tungkul, Mojosongo, Solo, Diah Sukmawati menjelaskan rutinitas membaca Al-Qur'an dengan senthir dan lilin ini memiliki filosofi, yakni memberi penerangan.
Â
Filosofi Menerangi Langkah Para Remaja
Filosofinya adalah di mana senthir menjadi simbol untuk para remaja dan anak-anak sebagai akses penerangan antar sesama umat manusia.
"Sehingga dapat memberikan kesejukan kepada masyarakat. Sedangkan, kegiatan ini sejak lama. Tapi masa pandemi tahun 2020 sempat dihentikan,"Â kata Diah kepada wartawan di Mojosongo, Selasa (26/4/2022).
Dia melanjutkan, aktivitas tadarusan Al-Qur'an dalam rangka mendapatkan Lailatul Qadar itu diadakan pada malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadan.
"Membaca, menghafal, dan mempelajari Al-Qur'an bisa menjadikan jujur akan dosa-dosanya yang diperbuat, tidak mengulangi kesalahannya, dan selalu berprasangka baik kepada Allah," tutur Diah.
Sementara itu, Arden, salah seorang santri, menyebut sudah empat kali ini mengikuti tradisi membaca Al-Qur'an setiap Ramadhan ini dengan puluhan peserta lainnya.
"Bacaan surat di Al-Qur'an sudah ditentukan. Nanti tinggal gantian yang membaca. Meski memakai lampu senthir, namun tetap kelihatan terang," Kata Arden.
Advertisement