Bukan Gelombang Panas, Ini Penyebab Suhu Panas Terik di Banyumas dan Cilacap

Terkait dengan suhu panas terik yang akhir-akhir ini dirasakan oleh sebagian masyarakat di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk di Banyumas dan Cilacap,BMKG memberikan penjelasan

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Mei 2022, 07:30 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2022, 07:30 WIB
Pesisir selatan Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Pesisir selatan Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Akhir-akhir ini masyarakat di berbagai daerah di Indonesia merasakan suhu panas terik, termasuk di Banyumas dan Cilacap. Pada siang hingga awal malam, warga kegerahan.

Ada yang menghubungkan suhu panas menyengat ini dengan gelombang panas. Belakangan, klaim ini dibantah oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Prakirawan Stasiun Meteorologi Tunggulwulung, Rendi Krisnawan mengatakan, terkait dengan suhu panas terik yang akhir-akhir ini dirasakan oleh sebagian masyarakat di sejumlah wilayah di Indonesia, BMKG memberikan penjelasan sebagai berikut.

Berdasarkan data hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum terukur selama periode tanggal 01 – 07 Mei 2022 berkisar antara 33 - 36.1 °C dengan suhu maksimum tertinggi hingga 36.1 °C terjadi di wilayah Tangerang-Banten dan Kalimarau-Kalimantan Utara.

Suhu maksimum tertinggi di Indonesia pada bulan April selama 4-5 tahun terakhir sekitar 38.8°C di Palembang pada tahun 2019, sedangkan di bulan Mei sekitar 38.8 °C di Temindung Samarinda pada tahun 2018.

Fenomena suhu udara terik yang terjadi pada siang hari tersebut dipicu oleh beberapa hal. Posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator yang mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau.

Pada masa transisi, tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang, sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup dominan.

Kedua, dominasi cuaca yang cerah dan tingkat perawanan yang rendah tersebut dapat mengoptimumkan penerimaan sinar matahari di permukaan Bumi, sehingga menyebabkan kondisi suhu yang dirasakan oleh masyarakat menjadi cukup terik pada siang hari.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Bukan Fenomena Gelombang Panas

Alami Masalah Kecantikan Saat Suhu Panas, Coba Hal Ini
Alami Masalah Kecantikan Saat Suhu Panas, Coba Hal Ini

Suhu panas terik yang terjadi di wilayah Indonesia bukan fenomena gelombang panas. Menurut WMO (World Meteorological Organization), Gelombang Panas atau dikenal dengan "Heatwave" merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut di mana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C atau lebih.

Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah. Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah fenomena kondisi suhu panas/terik dalam skala variabilitas harian.

BMKG memperkirakan, kewaspadaan kondisi suhu panas/terik pada siang hari masih harus diwaspadai hingga pertengahan Mei.

Dengan kondisi tersebut, BMKG menghimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh terutama bagi warga yang beraktifitas di luar ruangan pada siang hari dan juga kepada warga yang akan melaksanakan perjalanan mudik atau mudik balik supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya.

Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi cuaca terkini, BMKG membuka layanan informasi cuaca 24 jam, yaitu melalui http://www.bmkg.go.id;- follow media sosial @infoBMKG;- aplikasi iOS dan android "Info BMKG";- atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Suhu Terik di Banyumas dan Cilacap

Rendi Krisnawan mengungkapkan, khusus wilayah Jateng selatan saat ini sudah memasuki musim pancaroba atau transisi. Posisi semu matahari sudah berada di sisi utara ekuator yang menandakan bahwa musim kemarau akan tiba.

Di musim transisi musim hujan ke kemarau tutupan awan cenderung rendah sehingga cuaca cenderung cerah menyengat sejak pagi. Akibatnya, suhu udara meningkat dalam beberapa hari terakhir.

“Bukan karena gelombang panas,” tegasnya, Selasa (10/5/2022).

Kata dia, kondisi ini diperkirakan akan berlangsung hingga pertengahan Mei mendatang. Pada akhir Mei, curah hujan akan semakin turun dan kemarau diperkirakan akan tiba pada Juni. Saat ini curah hujan di berbagai wilayah di Jateng selatan juga sudah mulai menurun.

Di antaranya, Cilacap, Banyumas, Kebumen dan Purworejo. Khusus Banjarnegara dan Wonosobo, curah hujan masih cukup tinggi.

“(Cilacap selatan) masih ada potensi curah hujan, dalam satu dasarian antara 50-100 mililiter, masuk ke dalam kategori menengah. Tetapi untuk wilayah Cilacap tengah hingga barat dan juga Cilacap bagian utara, curah hujan sudah mulai menurun, untuk akhir Mei hingga awal Juni. Yakni 21-75 mililiter per dasarian,” jelas Rendi.

Seperti diketahui, suhu meningkat beberapa hari terakhir. Ada sebagian yang mengaitkannya dengan munculnya fenomena gelombang panas atau dikenal dengan ‘Heatwave’.

Gelombang panas sendiri merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut di mana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5 derajat Celsius atau lebih.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya