Menelusuri Museum Sadurengas, Cagar Budaya Sekitar IKN Nusantara

Museum Sadurengas merupakan salah satu cagar budaya yang berlokasi di sekitar Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, tepatnya di Kabupaten Paser.

oleh Apriyanto diperbarui 26 Jul 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2022, 06:00 WIB
Cagar Budaya
Museum Sadurengas salah satu cagar budaya yang bakal menarik pengunjung seiring hadirnya IKN Nusantara. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Paser - Wujud Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) tengah dinanti masyarakat. Namun, terlepas dari itu, ada lokasi yang menarik di ibu kota baru negara ini, yaitu salah satu cagar budaya yang ada di sekitar IKN Nusantara.

Seperti cagar budaya Museum Sadurengas di Jalan Keraton, Kecamatan Pasir Belengkong Kabupaten Paser. Menilik jauh ke belakang atau 2002 lalu, Kabupaten PPU masih bagian dari daerah yang memiliki moto olo manin aso buen si olondo. Memiliki arti hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Perjalanan menuju Museum Sadurengas jika dari Kota Balikpapan, lebih dulu melakukan penyeberangan jalur laut menuju Kabupaten PPU, bisa menggunakan kapal feri atau dengan sepeda boat maupun kapal kelotok. Setiba di PPU, melanjutkan perjalanan darat sepanjang 150 kilometer atau memakan waktu 3 jam untuk tiba di Kecamatan Tanah Grogot.

Setibanya di pusat kota Tana Paser Kecamatan Tanah Grogot, lokasi Museum Sadurengas sudah tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 6 kilometer menuju arah selatan dengan waktu tempuh berkisar 10 menit.

Museum Sadurengas berada tak jauh dari pinggiran Sungai Kandilo. Dulunya cagar budaya itu kediaman Sultan Pasir Aji Tenggara pada abad ke-18. "Dulunya kediaman Sultan Aji Tenggara. Karena dulu kerajaannya ada di Gunung Sahari," kata Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kabupaten Paser, Surfiani.

Kemudian dijadikan istana kesultanan oleh Sultan Ibrahim Khaliluddin pada abad ke-19. "Selain dijadikan kediaman juga sebagai istana kerajaan," tutur dia.

Museum berbahan dasar kayu ini terbagi dua bagian. Pada bagian pertama yakni bagian tengah sampai belakang menjadi tempat tinggal Sultan Aji Tenggara. Kemudian kedua dilakukan penambahan bangunan bagian depan masa kepemimpinan Sultan Ibrahim Khaliluddin. Inilah yang selanjutnya dijadikan museum hingga sekarang.

Bangunannya berbentuk panggung yang dalam bahasa Paser Kuta Imam Duyu Kina Lenja yang berarti rumah kediaman pemimpin yang bertingkat. Di museum ini terdapat berbagai koleksi benda kuno peninggalan sejarah Kesultanan Paser.

Di antaranya tempayan atau guci kuno peninggalan Dinasti Yuan, keris, tongkat kepala naga, mandau, tajau atau balanga, nisan panemban sia merupakan batu nisan kepala kampung pada era kepemimpinan Ratu Aji Putri Potung. Serta ada alat rumah tangga, alat kesenian, Al-Qur'an, pakaian Kesultanan Paser, serta kerangka ikan paus sepanjang 12 meter.

"Untuk Al-Qur'an tulis tangan dari seorang alim ulama zaman kesultanan," ungkap Surfiani.

Di sekitarnya terdapat makam para raja dari Kerajaan Sadurengas (Kesultanan Paser) yang sering dikunjungi dan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Kilan. Masyarakat sekitar memercayai dapat mengetahui nasibnya.

Koleksi Ada Titipan Ahli Waris

Cagar Budaya
Beberapa koleksi peninggalan sejarah di Museum Sadurengas. (Liputan6.com)

Cagar budaya ini baru dibuka untuk umum sejak 1979 silam. Sementara berbagai koleksi peninggalan kuno ada yang berstatus milik Museum Sadurengas dan sebagian lainnya punya ahli waris yang dititipkan atau yang telah diserahkan kepada Pemkab Paser.

"Ada surat penyerahan dari ahli waris kepada Pemkab Paser. Sedangkan koleksi yang dititipkan atau dihibahkan memang masih berpotensi untuk diambil ahli warisnya. Makanya setiap titipan itu kami membuat berita acara yang dipegang oleh pemerintah daerah dan juga oleh ahli waris," jelas Surfiani.

Untuk masuk ke Museum Sadurengas, pengunjung membayar Rp7.500 bagi orang dewasa dan pelajar Rp5.000.

Ketika masuk ke museum, pengunjung diminta membayar tiket masuk yang relatif cukup murah, yakni hanya Rp7.500. Dibuka untuk umum pada Senin sampai Kamis mulai pukul 09.00–12.00 Wita. Sedangkan, Sabtu dan Minggu dibuka sejak pukul 09.00–15.00 Wita. Sedangkan, Jumat tertutup bagi pengunjung.

Di samping bangunan museum, terdapat juga bangunan Masjid Nurul Ibadah yang merupakan satu kesatuan dengan museum Sadurengas, yang dibangun pada masa pemerintahan Aji Tenggara. Dengan satu kesatuan inilah, maka pada 1999 dikeluarkan SK Mendikbud tanggal 12 Januari, yang menyebutkan bahwa Museum Sadurengas dan masjid Nurul Ibadah sebagai Benda Cagar Budaya Nasional.

Dalam perkembangannya, museum dan masjid menjadi salah satu objek wisata favorit di kalangan wisatawan domestik hingga menjadi agenda tetap tahunan kunjungan wisata pada hari besar Islam hingga saat ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya