Liputan6.com, Jakarta - Lomba panjat pinang kerap menjadi bagian tak terpisahkan di tengah perayaan HUT Republik Indonesia. Sebatang pohon pinang atau bambu yang tinggi mencapai dua meter dipasang tengah lapang, di bagian atas terdapat rentetan hadiah menarik menanti.
Tim panjat pinang dengan kompak mengatur strategi untuk mencapai puncak. Bertelanjang dada, tim panjat pinang mengerahkan kekuatan tubuhnya untuk saling menopang satu sama lain.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Beberapa daerah menerapkan panjat pinang dengan melumurkan cairan oli di sebuah bambunya.
Namun, apakah kalian tahu di balik serunya perlombaan panjat pinang itu. Dilansir dari berbagai sumber, terdapat sejarah dan fakta menarik terkait lomba panjat pinang.
Simak fakta menarik di balik lomba panjat pinang:
Sejak Masa Penjajahan
Asal usul panjat pinang dimulai sejak masa penjajahan Belanda. Saat itu, bangsa Belanda menggunakan panjat pinang sebagai hiburan di acara perayaan penting, seperti pesta pernikahan, ulang tahun orang-orang penting, dan perayaan penting lainnya.
Cara permainannya pun sama seperti saat ini, pohon pinang dilumuri oli atau minyak agar sulit untuk dipanjat lalu sekolompok orang harus bisa memanjat untuk mendapatkan hadiah di puncak pohon pinang tersebut.
Di puncak sudah tergantung hadiah-hadiah yang menarik, hadiahnya pun berbeda dengan masa kini. Dahulu, hadiah-hadiah tersebut berupa barang-barang pokok, seperti beras, tepung, pakaian, dan lain-lain.
Peserta lomba sangat berusaha keras untuk mendapatkan barang-barang pokok tersebut, karena pada zaman itu barang pokok memiliki nilai yang sangat mahal.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Perayaan Ratu Belanda
Jika saat ini panjat pinang dilakukan sebagai peringatan hari kemerdekaan Indonesia, tetapi pada zaman kolonial, panjat pinang dilakukan sebagai hiburan untuk memperingati ulang tahun Ratu Belanda Wihelmina.
Wihelmina adalah ahli waris mahkota Kerajaan Belanda. Uniknya, jika saat ini panjat pinang dilakukan setiap tanggal 17 Agustus, dahulu panjat pinang dilakukan setiap tanggal 31 Agustus yang merupakan hari ulang tahun ratu.
Ulang tahun ratu merupakan acara besar yang dirayakan keluarga, koleganya, kalangan bangsawan, dan koloni-koloni Belanda di belahan dunia lain.
Sehingga pada perayaan ulang tahunnya selalu dihadirkan hiburan panjat pinang yang sampai saat ini masih menjadi tradisi perlombaan di Indonesia.
Simbol Penindasan
Pada zaman kolonial peserta lomba panjat pinang adalah masyarakat Indonesia, sedangkan orang-orang Belanda hanyalah sebagai penonton.
Masyarakat Indonesia yang berusaha dengan susah payah saling injak-menginjak temannya untuk berusaha mendapatkan hadiah berupa barang-barang pokok yang saat itu bernilai tinggi menggambarkan bahwa saat itu masyarakat Indonesia miskin.
Sedangkan, orang-orang Belanda hanya menonton yang menurut mereka itu adalah pertunjukan yang menarik.
Mereka menikmati pertunjukan itu. Menurut mereka, itu adalah hiburan. Mereka tertawa melihat masyarakat Indonesia yang melakukan panjat pinang terjatuh, terinjak-injak, dan kesulitan.
Meskipun terdapat sisi pilu di dalam sejarah lomba panjat pinang, ada hal positif yang dapat kita ambil. Lomba panjat pinang juga menjadi simbol perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Para pejuang kemerdekaan berusaha dengan sekuat tenaga meskipun harus jatuh berkali-kali, terinjak, dan bahkan membahayakan diri mereka sendiri.
Mereka tetap gigih mencapai puncak kemerdekaan. Kegigihan dan semangat tersebutlah yang harus kita contoh seperti para pejuang kemerdekaan pada saat itu.
Advertisement