Liputan6.com, Yogyakarta - Segala aktivitas menyenangkan dan bermanfaat dapat dilakukan orangtua dan anak secara bersama, salah satunya membacakan dongeng. Membacakan dongeng untuk anak dapat dilakukan sedini mungkin.
Namun tentunya, ada panduan tersendiri dalam membacakan dongeng sesuai umur anak kecil. Lantas, kapan sebaiknya anak mulai dibacakan dongeng?
1. Usia 0-6 bulan
Advertisement
Pada usia ini, penglihatan bayi masih berkembang. Untuk memulai aktivitas mendongeng bersama anak, kamu bisa memilih buku dengan komposisi teks yang sedikit atau justru tidak berupa teks.
Baca Juga
Pilih buku dengan gambar besar dan kontras yang tinggi. Pertimbangkan juga untuk memilih buku-buku dengan hal-hal interaktif, seperti boneka, cermin, atau mainan edukasi lainnya.
Meski demikian, kamu juga tetap bisa membacakan dongeng berupa teks. Hanya saja, pada usia ini, memahami kata-kata bukanlah hal yang penting.
Bagi bayi, membaca adalah tentang nada suara. Jadi, kamu bisa membuat intonasi suara yang beragam saat membacakan dongeng, seperti suara hewan, suara tertawa, senang, marah, menangis, dan sebagainya.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
7-12 Bulan
2. Usia 7-12 bulan
Ketika memasuki pertengahan tahun pertama mereka, bayi mungkin mulai memahami beberapa kata yang dibacakan. Kata-kata yang paling bermakna adalah nama dan hal-hal dari kehidupan sehari-hari mereka, seperti "guguk", "mama", "papa", atau "susu".
Buku yang hanya menampilkan satu objek atau satu orang per usia adalah yang terbaik. Mendengar orangtua menyebutkan sesuatu yang dia kenali akan memperkuat kosa kata bayi.
Secara perlahan, hal itu akan membantunya menyadari bahwa ilustrasi mewakili hal-hal nyata. Tunjuklah gambar-gambar yang diminati anak dan peragakan apa yang kamu baca dengan wajah, tangan, dan suara.
Selanjutnya, biarkan bayi mengoceh. "Percakapan" ini membantu bayi belajar bergiliran dan mengajarinya tentang berfokus pada hal yang sama ketika berbicara dengan orang lain.
3. Usia 13-18 bulan
Pada usia ini, orang tua bisa mulai memperkenalkan buku dengan satu atau dua kalimat per halaman. Semakin ekspresif saat memerankan cerita, akan semakin baik.
Misalnya, jika kamu membaca tentang hewan, maka buatlah suara hewan. Kamu juga bisa mengajaknya terlibat dalam cerita dengan mengajukan pertanyaan seperti, "Apa yang dikatakan anjing?" atau "Apakah kamu melihat kucing itu?".
Selain itu, kamu juga bisa meminta bayi untuk menunjukkan contoh kehidupan nyata dari apa yang digambarkan, misalnya letak hidung, mata, tangan, dan sebagainya. Pada usia ini, kamu dapat menampilkan lebih banyak gambar berupa hal-hal yang tidak ditemui bayi setiap hari.
Selain itu, pada usia 15-18 bulan, bayi mungkin mulai dapat menjawab pertanyaan dengan kata-kata. Jadi, beri bayi kesempatan dengan bertanya juga.
Kamu bisa menambah kosakata si kecil dengan menjawab pertanyaannya. Misalnya, jika awalnya anak hanya mengetahui tentang mobil, kamu bisa menambahkannya dengan menambahkan informasi lain pada benda yang ditunjuk anak, seperti "mobil hijau yang besar" atau sebagainya.
4. Usia 19-24 bulan
Mulai sekitar 18 bulan, anak-anak mungkin akan meminta untuk dibacakan buku yang sama berulang kali. Pengulangan ini memiliki manfaat pembelajaran juga.
Para ahli berpendapat bahwa pengulangan ini membantu anak-anak memahami dan kemudian mengingat kata-kata baru.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement