Namanya Mencuat dalam Sebuah Film, Bagaimana Riwayat Hidup Raden Saleh?

Raden Saleh mulai belajar melukis sejak muda.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 03 Sep 2022, 04:00 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2022, 04:00 WIB
20160510-Buku Raden Saleh-Jakarta-Gempur M Surya
Salah satu lukisan yang terdapat dalam Buku Raden Saleh: Awal Seni Lukis Modern Indonesia, Jakarta, Selasa (10/5/2016). (Liputan6.com/gempur M Surya)

Liputan6.com, Bandung - Indonesia punya film heist yang ternyata memang berisi cerita pencurian. Mencuri Raden Saleh, film garapan Angga Dwimas Sasongko yang ditulis oleh Husein M Atmodjo ini merupakan film Indonesia pertama yang mengusung genre heist.

Bercerita mengenai Piko, yang memiliki pekerjaan gelap sebagai pemalsu lukisan. Mendapat pekerjaan untuk memalsukan lukisan karya Raden Saleh, dengan rencana yang mereka sebut "Penangkapan Pangeran Diponegoro".

Lukisan yang akan mereka curi tersebut disimpan di istana negara. Maka dari itu, mereka pun membentuk tim dan menyusun sebuah rencana mulai dari pemalsuan, peretasan, sampai manipulasi.

Lalu, bagaimana sebenarnya riwayat hidup Raden Saleh? Berikut informasi sosok Raden Saleh yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber. 

Raden Saleh Sjarif Boestaman atau lebih dikenal Raden Saleh merupakan pelopor pelukis modern di Indonesia. Ia dilahirkan di Semarang pada 1807 dan merupakan aristokrat Jawa yang berdarah campuran Hadramaut-Jawa.

Darah Hadramaut Raden Saleh berasal dari ayahnya, Husen bin Alwi bin Awal bin Yahya, yang juga merupakan Sayyid atau keturunan Muhammad.

Sayyid, dalam khazanah Islam nusantara merujuk pada keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Sedangkan Starif, merupakan keturunan Husein bin Ali bin Abi Thalib.

Lazimnya, seorang Sayyid, atau Habib menonjolkan sisi sebagai cucu Rasulullah. Namun, berbeda dengan Raden Saleh yang memilih gelar Jawa, yakni Raden.

Mulai Melukis Sejak Usia Muda

Ruang Diponegoro
Lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal de Kock dilukis oleh Raden Saleh di Ruang Diponegoro, Museum Sejarah Jakarta (dok. Liputan6/Fairuz Fildzah)

Raden Saleh mulai belajar melukis sedari muda pada Auguste Antoine Joseph Payen (1792-1853), seorang pelukis Belgia beraliran naturalis. Payen yang mengetahui bakat Raden Saleh kemudian mengirim bangsawan Jawa itu untuk menuntut ilmu di Eropa dibawah bimbingan Cornelis Kruseman dan Andreas Schelfhout.

Sosok Schelfhout yang melukis dengan aliran romantik inilah yang kemudian mulai memengaruhi Raden Saleh untuk melukis dengan gaya seni tersebut.

Tak hanya itu, Raden Saleh merupakan pionir pelukis aliran romantik di Asia. Jejak aliran romantik dalam seni rupa ini kemudian diikuti oleh Juan Luna, seorang pelukis Filipina.

Selama berkarya, Raden Saleh banyak membuat lukisan bertema perburuan, potret, dan lain sebagainya. Dalam beberapa karyanya, Raden Saleh juga banyak dipengaruhi juga oleh pelukis masa sebelumnya. Sebut saja Rembrandt Harmenszoon van Rijn, pada karya lukisan Kapal Karam Dilanda Badai yang dilukis pada 1840.

Selain Rembrandt, pelukis lain seperti Caspar David Friedrich, Eugène Delacroix, dan Horace Vernet juga ikut memengaruhi karya Raden Saleh. Salah satu pengaruh dari Delacroix dan Vernet membuat Raden Saleh kemudian melukis dengan gaya orientalis. Hal itu tampak pada lukisan Perkelahian Dengan Singa yang dilukis pada 1870.

Pada lukisan ini tampak pengaruh orientalis Perancis. Raden Saleh sendiri memang pernah ke Paris dan bertemu dengan Vernet dan mereka kedua pergi ke Aljazair yang saat itu merupakan koloni Perancis.

Aliran seni rupa orientalis juga mengacu pada karya-karya pelukis abad-19 Masehi di Eropa yang mengkhususkan diri terhadap gambaran Timur Tengah. Raden Saleh sendiri ada dalam bagian seni rupa ini, meskipun pada masa kemudian ia juga diketahui melukis orientalis yang bernuansa Jawa.

Pada karyanya, Raden Saleh juga mengubah figur orang Arab menjadi bangsawan Jawa yang melakukan perburuan binatang. Selain itu, Raden Saleh juga menggambarkan bangunan kuno yang telah runtuh, seperti dalam karya Runtuhan Kuil (Candi Mendut) yang dilukis pada 1860.

Patron Gaya Melukis

Penangkapan Pangeran Diponegoro versi Raden Saleh
Pangeran Diponegoro dalam lukisan Raden Saleh tampak menunjukkan air muka penuh amarah dan sikap menghina (Istimewa).

Ada dua patron yang diikuti Raden Saleh selama tinggal di Eropa. Pertama, Raja Willem I dari Belanda dan kedua Ernest II dari Saxe-Coburg dan Gotha. Raden Saleh bahkan mendapatkan tempat istimewa bagi Ernest II dan mulai dari 1839 sampai lima tahun kemudian tinggal di Jerman.

Ernest II yang merupakan saudara lelaki Pangeran Albert dari Saxe-Coburg dan Gotha atau suaminya Ratu Victoria dari Britania Raya . Dia adalah patron terpenting Raden Saleh. Raden Saleh bahkan melukis Ernest dengan istrinya, Putri Alexandrine dari Baden.

Selama di Jerman, Raden Saleh tidak hanya tinggal di Istana Saxe-Coburg dan Gotha saja. Ia juga sempat tinggal di Maxen. Bahkan untuk menghormati Raden Saleh, di sana dibangun Das Blaue Häusel von Maxen oleh Friedrich Anton Serres. Selama di Maxen, yang menjadi tempat pertemuan para pekerja seni di Eropa, Raden Saleh juga bertemu dengan komponis romantik seperti Liszt dan Schumann.

Kembali ke Hindia-Belanda

Between life and death karya Raden Saleh. (Sumber Foto: Setkab.go.id)
Between life and death karya Raden Saleh. (Sumber Foto: Setkab.go.id)

Selama di Eropa, Raden Saleh kerap mengenakan busana Eropa atau Timur Tengah. Ia dikenal sebagai Der Prinz von Java atau Pangeran Jawa. Di Eropa, karena kedudukannya sebagai seorang bangsawan, Raden Saleh sangat dihormati oleh aristokrat Jerman.

Selain itu, ia juga diketahui bergabung dengan Freemason atau Tarekat Mason pada 1836. Ia merupakan orang Indonesia pertama yang bergabung dengan Freemason. Pada saat itu, memang banyak pekerja seni di Eropa yang juga anggota Tarekat Mason.

Setelah 20 tahun tinggal di Eropa, Raden Saleh kembali ke Hindia-Belanda tepatnya pada 1852. Di tanah air, ia menikahi wanita Indo-Jerman bernama Constancia von Mansfeld. Dari istrinya ini turut pula membantu Raden Saleh membangun rumah yang terinspirasi oleh Kastil Callenberg di mana dulu ia pernah tinggal di sana bersama keluarga Ernest II. 

Sepeninggal kematian Constancia von Mansfeld, Raden Saleh menikah lagi dengan Raden Ayu Danudirdja yang merupakan bangsawan Kraton Yogyakarta. Ia bersama istri, sempat kembali ke Eropa mengunjungi Belanda, Perancis, Jerman, dan Italia.

Namun, kunjungan ke Eropa berakhir karena istrinya Raden Ayu Danudirdja jatuh sakit di Paris. Mereka kemudian kembali lagi ke Buitenzog alias Bogor, di mana Raden Saleh menyewa rumah dengan pemandangan Gunung Salak yang tidak jauh dari Istana Gubernur Jenderal.

Pada Jumat pagi, 23 April 1880, Raden Saleh tiba-tiba jatuh sakit dan mengaku diracuni oleh salah satu pembantunya. Namun, berdasarkan pemeriksaan medis diketahui adanya gumpalan aliran darah di dekat jantungnya.

Raden Saleh pun dinyatakan meninggal pada hari itu juga dan dimakamkan dua hari kemudian di Kampung Empang, Bogor. Adapun pernikahan antara Raden Saleh denagan masing-masing istrinya, Constancia von Mansfeld dan Raden Ayu Danudirdja tidak memiliki keturunan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya