Menyoal Kompensasi Poso Energy yang Jauh dari Kerugian Peternak dan Petani

Kompensasi untuk warga sekitar Danau Poso yang terdampak Proyek PLTA disebut jauh dari nilai kerugian. Sejumlah warga mengaku terpaksa menerima lantaran terlilit utang dan khawatir kerugian yang makin besar.

oleh Heri Susanto diperbarui 19 Sep 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2022, 09:00 WIB
Area penggembalaan kerbau di desa Tokilo, Poso
Area padang penggembalaan kerbau yang terendam luapan Danau Poso di Desa Tokilo, Poso. (Foto: Rai).

Liputan6.com, Poso PT Poso Energy mengklaim sejak Juli tahun 2021 telah membayarkan kompensasi untuk warga terdampak luapan Danau Poso yang tersebar di 16 Desa. Kompensasi yang diberikan di antaranya untuk petani sawah dan peternak kerbau.

Manajer Lingkungan dan CSR PT Poso Energy Irma Suriani menungkapkan kompensasi itu untuk kerugian warga selama 3 tahun sejak tahun 2019. Pembayaran terbesar diberikan untuk sawah-sawah terdampak dengan penerima lebih dari 900 pemilik sawah.

Kompensasi diberikan bertahap. Tahap pertama dengan nilai 10 kg beras per are, tahap kedua 15 kg, lalu di tahun 2021 petani menerima nilai 15 kg. Tahun 2021 untuk warga yang bisa sekali tanam diberi kompensasi satu kali. Sementara yang sama sekali tidak bisa menanam menerima 2 kali kompensasi.

“Nilai yang diterima pemilik sawah bervariasi. Terendah Rp300 ribu sampai Rp45 juta. Bahkan ada sampai Rp86 juta per orang per sekali kompensasi,” Irma mengatakan, Rabu (14/9/2022).

Irma juga menyebut pihaknya sudah membayar kompensasi atas 97 kerbau dan sapi peternak yang mati setelah kawasan penggembalaan terendam di Desa Tokilo.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Terpaksa Menerima

sawah yang terendam di Desa Meko
Area persawahan di Desa Meko yang rusak akibat terendam luapan Danau Poso. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Sejumlah petani mengaku terpaksa menerima kompensasi itu meski nilainya jauh dari nilai pendapatan mereka sebelum bencana luapan Danau Poso terjadi lantaran terlanjur terlilit utang garap sawah dan kebutuhan ekonomi sehari-hari.

“Rata-rata sawah di sini bisa menghasilkan 40 sampai 50 kg per are atau senilai Rp435 ribu untuk 50 kg beras yang mereka hasilan per are,” I Gede Sukaartana (48 th), salah satu petani terdampak di Desa Meko, Poso menceritakan.

Sejumlah petani di desa itu bahkan mengaku belum bisa menggarap lahan sejak akhir 2019. Uang kompensasi yang sudah diterima digunakan untuk membayar utang saat menggarap lahan sebelum terdampak, membiayai sekolah anak, dan kebutuhan sehari-hari. sebagian menjadi buruh tani dengan upah Rp80 ribu per hari agar tetap berpenghasilan.

Hal serupa dirasakan peternak kerbau di Desa Tokilo. Kompensasi Rp7 juta untuk satu ekor kerbau dewasa yang mati dan Rp2,5 juta untuk anakan dinilai jauh dari harga ternak sebenarnya yakni Rp17 juta dan Rp12 juta.

“Kami terpaksa terima karena sekarang lahan gembala tersisa 100 hektera dari sebelumnya 300 hektare. Ternak kami yang ratusan bisa mati juga karena tidak dapat pakan,” Benhur Bondeke (51 th), salah satu peternak mengungkapkan.

Menanggapi itu Irma ngotot bahwa kompensasi yang diberikan sudah berdasarkan keputusan bersama bahkan melibatkan pemerintah desa. Saat ini pihak perusahaan kata dia sudah menutup kompensasi kerugian warga untuk tahun 2019 sampai 2021. Selanjutnya Poso Energy akan menggarap kompensasi jangka panjang untuk warga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya