Liputan6.com, Banjarmasin - Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi yang masih memegang teguh tradisi dan adat istiadat daerahnya. Meski zaman sudah berkembang, masyarakat Kalimantan Selatan masih tetap memegang teguh tradisi tersebut.
Hingga sekarang, sejumlah upacara adat masih dilakukan di hari-hari tertentu. Hal ini merupakan upaya melestarikan kebudayaan di tengah gempuran modernisasi.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Ada banyak upacara adat Kalimantan Selatan yang masih dilakukan. Berikut adalah empat di antaranya:
1. Babalian Tandik
Babalian Tandik adalah ritual yang diadakan oleh Suku Dayak dalam kurun waktu satu minggu. Puncak ritual ini umumnya dilakukan di ambang mulut goa.
Pelaksanaan puncak ritual umumnya dibarengi dengan sesaji pemotongan hewan kurban. Selanjutnya, upacara ini ditutup dengan Upacara Badudus atau penyiraman air dudus.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Upacara Badudus
2. Upacara Badudus
Upacara Badudus menjadi upacara penutup dalam tradisi Babalian Tandik dengan menyiramkan air dudus. Mengutip buku "Utang Banjar dan Kebudayaannya" (2007), badudus merupakan upacara yang dilakukan saat masa peralihan dari remaja menuju dewasa.
Upacara ini adalah ritual yang dilakukan untuk membersihkan jiwa serta raga. Mereka yang mengadakan upacara ini dinobatkan sebagai orang dewasa dan akan menjadi calon pengantin.
Ritual Badudus biasanya dilangsungkan saat pernikahan, penobatan terhadap seseorang, dan juga saat hamil tujuh bulan (tian mandaring). Secara umum, makna ritual Badudus adalah pembersihan diri, baik lahir maupun batin.
3. Basunat
Basunat dianggap sangat penting sebagai penyempurna, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Umumnya, ritual ini dilakukan sejak masih anak-anak, yakni mulai usia 6 hingga 12 tahun.
Ritual ini memiliki tiga prosesi yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan. Bagi masyarakat setempat, tradisi ini dinilai memiliki aspek religius, identitas sosial, solidaritas sosial, dan harmonisasi tradisi leluhur dengan ajaran Islam.
4. Mallasuang Manu
Mallassuang Manu merupakan ritual khas kaum muda-mudi Suku Mandar, Kalimantan Selatan. Tradisi ini dilakukan dengan melepas beberapa pasang ayam jantan dan betina.
Ayam tersebut nantinya akan diperebutkan oleh masyarakat setempat. Pelepasan ayam tersebut dimaksudkan sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar mendapatkan jodoh.
Tradisi ini sudah berlangsung secara turun-temurun. Biasanya tradisi ini dilaksanakan di sebuah pulau kecil.
Pulau yang berbentuk hati tersebut oleh masyarakat setempat dijuluki sebagai Pulau Cinta. Pulau ini memiliki luas sekitar 500 m² dan hanya terdiri dari batu-batu besar dan sejumlah pohon di dalamnya.
(Resla Aknaita Chak)
Advertisement