Sesalkan Tragedi Kanjuruhan, Mahyudin: Tidak Ada Pertandingan Sepak Bola Sebanding Nyawa

Sebanyak 129 orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan saat laga Arema Vs Persebaya, Sabtu malam (1/10/2022).

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 02 Okt 2022, 13:50 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2022, 13:34 WIB
Wakil Ketua DPD RI Mahyudin
Wakil Ketua DPD RI yang juga Dewan Pertimbangan Partai Perindo Mahyudin menyesalkan terjadinya kericuhan yang sampai menimbulkan banyak sekali korban jiwa. (Liputan6.com/ Ist)

Liputan6.com, Jakarta Arema FC menyampaikan duka cita mendalam atas jatuhnya korban dalam tragedi Kanjuruhan Sabtu malam (1/10/2022). "Arema FC turut bertanggung jawab untuk penanganan korban baik yang telah meninggal dunia dan yang luka-luka," ungkap Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris, seperti dikutip situs Arema.. 

Sebagai tindak lanjut, Manajemen Arema FC juga akan membentuk Crisis Center atau Posko Informasi korban untuk menerima laporan dan penanganan korban yang dirawat di rumah sakit.

"Manajemen juga akan membentuk crisis center atau posko informasi yang menghimpun dan menerima laporan untuk penanganan korban yang dirawat di rumah sakit," kata Haris. 

Manajemen Arema FC menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada keluarga korban. "Kepada keluarga korban manajemen Arema fc memohon maaf sebesar besarnya serta siap memberikan santunan. Manajemen siap menerima saran masukan dalam penanganan pasca musibah agar banyak yang diselamatkan," pungkas Abdul Haris.

Tragedi Kanjuruhan yang merenggut hingga ratusan nyawa menjadi perhatian banyak pihak, salah satunya Wakil Ketua DPD RI Mahyudin. 

"Kami mengucapkan duka cita mendalam atas terjadinya tragedi yang menelan korban jiwa pasca pertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang," kata Mahyudin yang juga sebagai Dewan Pertimbangan Partai Perindo, Minggu (2/10/2022).

Mahyudin menyesalkan terjadinya kericuhan yang sampai menimbulkan banyak sekali korban jiwa. Menurutnya, kejadian tersebut merupakan tragedi terbesar dalam sepak bola Indonesia, bahkan menjadi terbesar kedua dalam jumlah suporter yang tewas.

"Kita sangat menyesalkan terjadinya kericuhan, yang menimbulkan jumlah korban tewas dengan rekor terbesar kedua di dunia, setelah tragedi Estadio Nacional, di Lima, Peru tahun 1964 dengan 328 orang tewas. Kita harap ini yang terakhir, karena tidak ada pertandingan sepak bola sebanding dengan nyawa," katanya. 

 

Penyidikan dan Evaluasi

Mahyudin meminta pihak Menpora, Polri, PSSI, dan pihak-pihak terkait lainnya untuk duduk bersama, melakukan penyidikan atas kejadian ini. Ia juga meminta dilakukan evaluasi terhadap sistem pengamanan yang dilakukan dalam pertandingan Liga 1 selama ini, terutama dalam pertandingan yang banyak menyedot animo masyarakat.

"Harus segera dilakukan penyidikan siapa yang bertanggungjawab atas kejadian ini. Pihak Menpora, Polri dan PSSI juga harus bersama melakukan evaluasi terkait pengamanan dan persyaratan izin dalam pertandingan, terutama yang menarik animo besar masyarakat di kemudian hari," katanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya