Berdialek Sunda, Film Before Now and Then Diapresiasi Ridwan Kamil

Film besutan sutradara Kamila Andini berhasil memenangkan kategori Global Feature Competition atau penghargaan film panjang internasional terbaik di ajang Jakarta Film Week 2022.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 19 Okt 2022, 09:17 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2022, 09:06 WIB
Before Now and Then
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menghadiri Pemutaran Film Nana (Before, Now, and Then) di Ciwalk XXI, Selasa (18/10/2022). (Foto: Biro Adpim Jabar/ Yogiprayoga)

Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengapresiasi penayangan film Before, Now and Then (Nana) yang menggunakan dialektika bahasa Sunda.

Diketahui, film ini berkompetisi dengan film lainnya di Festival Film Internasional Berlin ke-72 pada Februari 2022. Selain itu, film ini juga berhasil menyabet berbagai penghargaan dan diapresiasi oleh 17 negara dengan 50 tempat yang berbeda.

Teranyar, film besutan sutradara Kamila Andini ini berhasil memenangkan kategori Global Feature Competition atau penghargaan film panjang internasional terbaik di ajang Jakarta Film Week 2022.

"Hari ini kita menyaksikan dan merayakan sebuah peristiwa bersejarah. Disebut bersejarah karena film di era hari ini berbahasa daerah, khususnya berbahasa Sunda yang hasilnya luar biasa," kata Emil, sapaan Ridwan Kamil usai menonton film tersebut di XXI Cihampelas Walk, Selasa (18/10/2022). 

Penggunaan bahasa Sunda, menurut Emil, menjadi suatu gebrakan nyata dalam melestarikan kembali kebudayaan daerah.  

"Di tengah gempuran makin melemahnya penggunaan bahasa ibu, kita punya medium berupa film yang membangkitkan lagi semangat kebudayaan, bahwa kita ini memang kaya dengan nilai-nilai identitas," ujarnya. 

Emil pun mengaku terharu ketika menonton film yang berlatarkan Indonesia di era 60-an, pasca kemerdekaan. Dimulai dari alunan musiknya, serta gestur dari para pemerannya membuat emosi penonton ikut terbawa ke dalam suasana film. 

"Secara sinematografi sebagai moviegowers, saya juga sangat terharu. Sinematografinya, musiknya keren banget, saya apresiasi. Sehingga tanpa bicara pun saya perhatikan emosinya mengalir karena faktor kualitas dari musikalnya juga luar biasa," ucapnya. 

Pemprov Jabar pun mendukung penuh pembuatan produksi film tersebut dari awal. Hal itu sebagai komitmen nyata pemerintah dalam memajukan industri film Indonesia di kancah internasional. 

"Film ini didukung dari awal oleh Pemda Provinsi Jabar. Kita support berbagai fasilitas karena memang saya sangat ingin tanah Jawa Barat dijadikan lokasi-lokasi syuting. Mau konteks zaman dulu, bangunan heritage juga banyak di Bandung. Alamnya indah, semua ada, termasuk kampung yang masih karuhun di Ciptagelar," tuturnya. 

Eksplorasi Budaya

Film Before Now And Then (Nana) di ajang Berlinale 2022
Before, Now and Then (Nana) mengisahkan perempuan Indonesia yang hidup di Jawa Barat dekade 1960-an, yang diangkat dari kisah nyata kehidupan Raden Nana Sunani. Lari dari gerombolan yang ingin menjadikannya istri serta membuatnya kehilangan ayah dan anak, Nana hidup dengan menak Sunda hingga bersahabat dengan salah satu simpanan suaminya. (Foto: Dok. Poplicist)

Sutradara film Before, Now and Then (Nana) Kamila Andini mengatakan, penggunaan bahasa daerah sebagai bentuk eksplorasi budaya lokal di Indonesia. 

"Saya selalu berusaha untuk memakai bahasa lokal, juga mengeksplorasi budaya lokal di Indonesia. Di film ini kesempatan yang spesial dan sangat membahagiakan karena bicara tentang tanah dan akar budaya sendiri, keluarga saya semua dari Jawa Barat," katanya. 

Tak hanya itu, Kamila mengungkapkan, penuturan kata yang terucap dalam film tersebut merupakan memorinya sejak kecil.

"Ini yang saya dengar sejak kecil, bahasa ibu saya jadi lantunan cianjuran. Bahasa yang ada di situ sesuatu yang sangat dekat dan personal," ujarnya. 

"Jadi kesempatan yang sangat luar biasa bagi saya sebagai kreator menampilkan kembali memori-memori dari diri saya, yang kiranya bisa menjadi relasi untuk semua berlatar belakang Sunda. Semoga saya bisa mengolah budaya yang sangat kaya ini, dan bisa diteruskan," sambung Kamila.

Sinopsis

Sebagai informasi, Before, Now, and Then (Nana) adalah film tentang kisah hidup seorang wanita bernama Raden Nana Sunani atau yang kerap disebut Nana. Nana sendiri diperankan oleh aktris Happy Salma.

Nana disebut tidak bisa lepas dari trauma masa lalu. Dia kehilangan keluarga yang dicintai pada masa perang di Jawa Barat karena harus melarikan diri dari kawanan orang yang memburu mereka.

Setelah perang usai, Nana pun menetap di Bandung. Lantas, dia menikah dengan seorang pria yang lebih tua. Keluarga sang suami yang sangat kaya membuat Nana kerap mendapatkan pandangan rendah. Keadaan itu pun membuat sang wanita sadar akan perannya.

Nana dituntut selalu bersikap lembut dan patuh kepada suami, baik sebagai istri maupun ibu. Suatu saat, Nana bertemu dengan perempuan lain dari suaminya. Wanita itu bernama Ino.

Merasa satu nasib, Nana dan Ino memutuskan untuk saling mendukung antara satu dengan yang lain sebagai sesama perempuan.

Film ini adalah adaptasi dari novel biografis Raden Nana Suryani karya penulis Ahda Imran dengan judul buku Jais Darga Namaku. Film berdurasi 103 menit dan menggunakan bahasa Sunda itu juga telah berhasil meraih sejumlah penghargaan selain pada ajang Jakarta Film Week 2022.

Penghargaan itu antara lain dari Berlin International Film Festival 2022 untuk kategori Best Supporting Performance dan Brussels International Film Festival 2022 untuk kategori International Competition. Before, Now & Then (Nana) rencananya akan tayang di bioskop Amerika Utara pada awal 2023.

Selain Happy Salma, aktor dan aktris dalam film ini antara lain Ibnu Jamil sebagai Raden Icang, Arawinda Kirana yang memerankan tokoh Dais, Rieke Diah Pitaloka bermain sebagai Ningsih, Laura Basuki menjadi Ino, Arswendy Bening Swara berperan sebagai Pak Darga, dan Chempa Puteri melakoni tokoh Dais kecil.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya