Rumah IVAA, Surganya Para Pencinta Buku, Seni, dan Sejarah

IVAA merupakan organisasi nirlaba yang berkembang dari Yayasan Seni Cemeti (1955-2007), mengikuti arah baru sebagai pusat penyelenggaraan arsip seni rupa.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 28 Okt 2022, 22:00 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2022, 22:00 WIB
Ilustrasi membaca buku. ©2015 Pixabay
Ilustrasi membaca buku. ©2015 Pixabay

Liputan6.com, Yogyakarta - Bagi pencinta buku sekaligus pegiat seni dan sejarah, destinasi tempat di Yogyakarta yang satu ini pasti akan menjadi surga yang bikin betah. Tempat tersebut adalah Indonesian Visual Art Archive (IVAA) yang berlokasi di Gang Hiperkes 188 A-B Jalan Ireda, Dipowinatan Keparakan, Keparakan, Mergangsan, Yogyakarta.

Mengutip dari koalisiseni.or.id, IVAA didirikan pada April 2007. IVAA merupakan organisasi nirlaba yang berkembang dari Yayasan Seni Cemeti (1955-2007), mengikuti arah baru sebagai pusat penyelenggaraan arsip seni rupa.

Rumah IVAA terdiri dari perpustakaan, ruang arsip, dan ruang pertemuan (amphi-teater kecil) yang biasanya dimanfaatkan sebagai forum kesenian lintas disiplin. Ruang pertemuan tersebut juga difungsikan sebagai tempat untuk mengeksplorasi praktik baru di berbagai media.

Secara umum, koleksi di Rumah IVAA terdiri dari foto, rekaman audio visual, dan dokumen cetak tentang praktik seni sejak pra-kemerdekaan hingga saat ini. Dokumen cetak tersebut meliputi katalog pameran, laporan penelitian tentang seni visual, kliping koran, portofolio seniman, dan buku teks.

Tak hanya berupa domumen cetak, koleksi tersebut juga dapat diakses secara online melalui laman http://archive.ivaa-online.org. IVAA juga disebut menjadi salah satu titik pertemuan antara seniman, kurator, akademisi, dan orang-orang yang bekerja di bidang seni serta humaniora.
Sejak 2016, IVAA fokus pada perluasan subjek seni dengan membuat katalog praktik seni warga dalam menghadapi urbanisme kota hingga konflik tanah di Yogyakarta. IVAA juga menyelenggarakan pameran, program publik, serta pertukaran budaya yang memperluas diskusi tentang seni dan demokrasi, politik kearsipan, dan kemungkinan dekolonisasi budaya.

Salah satu kegiatan yang pernah digelar IVAA adalah Festival Arsip: Kuasa Ingatan, pada 2017. Festival tersebut digelar dalam rangka memperpendek jurang antara publik dan arsip yang selalu dipandang sepi, berdebu, dan membosankan.

Pada 2019, juga digelar kegiatan Pusparagam Pengarsipan dengan mengundang beberapa pemerhati arsip dari berbagai lokasi di Indonesia. Mereka memproduksi karya seni dan mempresentasikannya sebagai metode kolaborasi produksi pengetahuan melalui praktik kearsipan.

Adapun pada 2020, juga telah digelar Festival Arsip: Ephemera, yakni sebuah perayaan pengetahuan dengan metode kolaboratif antara IVAA dan komunitas Kampung Dipowinatan, Yogyakarta. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengaktifkan ingatan dan pengetahuan tentang lanskap sosio-spasial.

Rumah IVAA memiliki dua lantai. Pada lantai satu terdapat IVAA Shop yang menjual buku terbitan cetak dan merchandise, seperti kartu pos. Pada ruang perpustakaan, terdapat berbagai macam keleksi buku, di antaranya filsafat, sejarah teori seni, ilmu sosial dan humaniora, seni lukis, arsitektur dan desain interior, musik, seni pertunjukan dan teater, serta masih banyak lagi.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya