Grebeg Syawal, Tradisi Lebaran di Yogyakarta dan Surakarta

Grebeg syawal merupakan hajatan berupa syukuran untuk mengakhiri Ramadan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 20 Apr 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2023, 10:00 WIB
Gunungan Grebeg Syawal Ludes Diserbu Warga
Sejumlah abdi dalem membawa gunungan Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta di halaman Masjid Gede Kauman, (29/7/2014). (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Liputan6.com, Yogyakarta - Terdapat sebuah tradisi unik saat Hari Raya Idulfitri di Yogyakarta, yakni grebeg syawal. Kegiatan ini biasanya digelar tepat pada 1 Syawal.

Dalam tradisi ini, nantinya terdapat gunungan yang diarak dan dibagikan ke masyarakat setempat. Gunungan tersebut umumnya berisi berbagai hasil bumi.

Gunungan pada tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun ini akan diarak mulai dari Pagelaran Keraton Yogyakarta menuju halaman Masjid Agung di Kauman. Saat sampai di Masjid, gunungan akan didoakan oleh Kyai Penghulu dan para ulama keraton.

Usai berdoa, gunungan akan dilepas untuk diperebutkan oleh masyarakat. Proses berebutan inilah yang menjadi bagian paling ditunggu masyarakat.

Sayangnya, pada masa pandemi, tradisi ini sempat diberhentikan sementara demi menghindari kerumunan. Namun, rencananya tahun ini grebeg syawal akan kembali dilaksanakan.

Selain di Yogyakarta, tradisi grebeg syawal juga dilakukan di Surakarta. Mengutip dari kebudayaan.pdkjateng.go.id, grebeg syawal merupakan hajatan berupa syukuran untuk mengakhiri Ramadan.

Grebeg syawal ini biasanya digelar oleh Keraton Kasunanan Surakarta. Sama seperti grebeg syawal di Yogyakarta, grebeg syawal di Surakarta juga disimbolkan dengan gunungan yang selalu diperebutkan masyarakat di akhir upacara.

Gunungan tersebut biasanya berbentuk runcing atau disebut gunungan jaler (laki-laki). Selain itu, ada juga gunungan berbentuk tumpul menyerupai kubah yang disebut gunungan estri (perempuan).

(Resla Aknaita Chak)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya