Liputan6.com, Jakarta - TNI mengirim sejumlah prajuritnya yang berasal dari pasukan elite Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) guna memastikan proses evakuasi WNI dari Sudan ke Indonesia berjalan lancar.
Baca Juga
Advertisement
Diketahui, saat ini, Sudan tengah mengalami konflik perang saudara yang memanas antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Kelompok Paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Adapun sekitar 15 prajurit TNI dari Kopasgat tersebut tergabung dalam tim evakuasi WNI di Sudan untuk menjaga proses evakuasi. Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menjelaskan. penjagaan tersebut dilakukan karena adanya serangan ketika masa jeda.
"Karena itu (konflik di Sudan) sesama militer dan paramiliter sangat besar potensinya (ancaman terhadap keselamatan), tetapi kemarin ada jeda kemanusian, istilahnya gencatan senjata untuk memberi ruang bagi WNA (warga negara asing di Sudan) dievakuasi. Kemarin ada informasi, saat jeda itu ada serangan lagi, makannya kami mengirim tim Kopasgat yang nantinya mengamankan bandara tempat evakuasi,” ujarnya mengutip dari Antara, Selasa (25/4/2023).
Yudo mengatakan, meskipun saat ini potensi ancaman ketika proses evakuasi masih bisa terjadi, tetapi pihaknya belum ada rencana menambah pasukan. Terutama untuk prajurit TNI yang kini bertugas bersama pasukan perdamaian PBB di negara-negara sekitar Sudan.
Selain itu, pihaknya juga tidak ingin mencampuri urusan dalam negeri yang ada di Sudan kecuali jika WNI terancam. Serta, masih akan terus melakukan monitor untuk kegiatan evakuasi tersebut.
"Sementara ini belum. Kami tidak mau mencampuri urusan dalam negeri mereka, kecuali kalau betul-betul terancam WNI. Nanti akan ada perintah lebih lanjut. Kami juga akan monitor kegiatan (evakuasi) ini," ucap Yudo.
Tim evakuasi dari TNI sendiri terdiri dari TNI AU, Kopasgat, BAIS TNI, Puspen TNI, serta dokter dari TNI. Tim ini dipimpin oleh Kolonel Penerbang Noto Casnoto dan dijadwalkan pergi pada Selasa (25/4/2023) pagi.
Rencana evakuasi ini menggunkan pesawat TNI AU Boeing A-7305 tipe 737-400 yang dapat mengangkut 100 orang dalam sekali penerbangan. Adapun di Sudan, tim evakuasi berfokus mengumpulkan WNI di Port Sudan untuk diangkut ke Jeddah, Arab Saudi.
Lokasi ini ditetapkan agar bisa diangkut dengan waktu lebih cepat. Mengingat perjalanan dari Ibu Kota Sudan, Khartoum cukup lama.
Laksamana Yudo juga mengatakan timnya di Sudan sudah mengumpulkan WNI di Port Sudan dan Khartoum menggunakan jalur darat.
"Perjalanan penerbangan dari Port Sudan ke Jeddah 45 menit, sementara dari Khartoum sekitar 1,5 jam, sehingga kami ambil dulu yang bisa lebih cepat untuk diangkut. Perjalanan 45 menit itu sehari bisa selesai (evakuasi) kalau situasinya aman tentunya, situasi mendukung. Kalau 45 menit bolak-balik bisa 2-3 kali bisa," tuturnya.
Ratusan WNI Akan Dievakuasi
Panglima TNI mengatakan jika ada sekitar 291 WNI yang akan dievakuasi. Adapun prioritas evakuasi yang diutamakan adalah wanita hamil, orang sakit, anak-anak, hingga lanjut usia.
Sehingga pihaknya dan tim evakuasi kan mendahulukan beberapa prioritas tersebut ketika melakukan evakuasi nantinya. Adapun Kementerian Luar Negeri sendiri mencatat ada sekitar 1.209 WNI yang menetap di Sudan dan sebagian besar berstatus sebagai pelajar serta mahasiswa.
"Sementara ini, yang kami terima (informasinya) ada kurang lebih 291 (WNI) yang sudah standby di Port Sudan. Ini dari Kemlu (Kementerian Luar Negeri) diutamakan ibu hamil, ada yang sakit juga, ada orang tua, dan anak-anak. Mungkin nanti akan kami dahulukan itu," ujar Yudo.
Advertisement