Liputan6.com, Bengkulu - Guritan merupakan sebuah kesenian teater tradisional masyarakat Bengkulu. Kesenian ini sudah ada sejak dulu dan merupakan warisan nenek moyang.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, nama 'guritan' diambil dari kata 'gurit' yang berarti cerita. Sesuai namanya, kesenian teater ini diwarnai dengan membawakan cerita atau pawang guritan.
Bentuk kesenian ini mengingatkan pada jenis kesenian bakaba. Sudah ada sejak dahulu, konon kesenian ini merupakan warisan nenek moyang yang masih memuja dewa tujuh.
Advertisement
Baca Juga
Hal tersebut juga dipercayai oleh masyarakat sekitar bahwa guritan atau andai-andai didendangkan oleh orang yang telah direstui oleh dewa mereka. Adapun pertunjukan kesenian ini juga bergantung pada keahlian pawang pembawa ceritanya.
Seseorang yang berperan sebagai pawang pembawa cerita akan duduk di bawah dengan beralaskan tikar. Dengan posisi menghadap ke penonton, ia akan mulai bercerita dan memainkan guritan.
Pertunjukan guritan biasanya dilakukan semalam suntuk atau lebih. Tak heran jika kesenian ini juga memerlukan imajinasi yang tinggi.
Umumnya pawang memakai gerigik dan bantal. Gerigik diletakkan di muka, sementara kepala ditundukkan agar kening bisa bertumpu pada lengan.
Mulut pawang diletakkan pada gerigik agar suara dapat terdengar jelas karena pantulan dari gerigik. Selanjutnya, bantal dialaskan pada paha sebelah kanan untuk ketahanan fisik sang pawang.
Seorang pawang pun kemudian akan melantunkan cerita sambil berlagu. Mengutip dari kikomunal-indonesia.dgip.go.id, guritan juga merupakan kesenian berupa penuturan sejarah zaman dahulu. Sebagai pengeras suara, guritan biasanya menggunakan sambang, yakni bambu yang berfungsi sebagai penyimpan air untuk memasak.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak