Liputan6.com, Palu Lebih dari 3.000 ekor ternak babi di Sulawesi Tengah mati mendadak sejak Januari hingga Mei 2023 karena serangan wabah Demam Babi Afrika atau Virus African Swine Fever (ASF). Belum adanya obat dan vaksin dikhawatirkan membuat jumlah kasus bertambah.
Baca Juga
Advertisement
Virus Demam Babi di Sulawesi Tengah pertama kali ditemukan di Kabupaten Poso yang mengakibatkan sebanyak 60 ekor babi milik warga mati mendadak. Pemeriksaan laboratorium terhadap sampel ternak yang dilakukan Dinas Perkebunan dan Peternakan Sulteng memastikan hewan-hewan yang mati itu positif terjangkit Demam Babi Afrika.
Total Januari hingga 24 Mei 2023 tercatat sudah ada 2.971 babi milik peternak di Poso yang positif mati terjangkit virus tersebut. Virus itu juga menyerang ternak babi di Kabupaten Morowali Utara, sejauh 39 kasus ditemukan di daerah itu. Sehingga total telah ada 3.010 kematian babi akibat wabah Demam Babi Afrika.
Jumlah kasus bisa bertambah lantaran saat ini otoritas peternakan Sulteng masih menunggu hasil pemeriksaan sampel dari 11 babi yang mati di Kabupaten Parigi Moutong.
Sejauh ini Dinas Perkebunan dan Peternakan Sulawesi Tengah menyatakan penyemprotan disinfektan di kandang-kandang menjadi langkah pencegahan meluasnya wabah tersebut karena belum tersedianya vaksin virus itu.
"Kami juga mengawasi lalu lintas ternak. Karena saat ini belum tersedia vaksin jadi kalau yang tejangkit kami beri obat dan disinfektan," Kabid Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Perkebunan dan Peternakan Sulteng, Dandy Alfita, Kamis (25/5/2023).
Lalu lintas jual beli ternak dari luar Sulawesi Tengah disebut Dandy menjadi salah satu penyebab kemunculan ASF di Sulteng.
Virus African Swine Fever (ASF) pertama mewabah di Afrika. Ternak yang terjangkit Virus ini akan mengalami lesu, demam, tak nafsu makan hingga mati mendadak. Hingga saat ini tak ada vaksin maupun obat yang bisa menyembuhkan ternak dari penyakit tersebut.